RI Alami Siklus Gejolak Ekonomi Setiap 7 Tahun
A
A
A
JAKARTA - Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis Kantor Staf Presiden, Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, Indonesia mengalami siklus gejolak ekonomi setiap 7 tahun sekali.
Menurutnya, dalam siklus tersebut terkadang pertumbuhan ekonomi jauh lebih cepat, bisa juga lambat, bahkan jatuh meskipun belum masuk pada tahap resesi.
"Ekonomi kadang tumbuh lebih cepat, jatuh, lambat, resesi. Siklus kita 7 tahunan, tidak bisa dihindari, kalau Amerika Serikat sepuluh tahun," ujarnya dalam Polemik Sindo Trijaya di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (29/8/2015).
Dia menuturkan dalam masa gejolak pemerintah harus bisa tepat dalam mengambil kebijakan, sehingga mendapatkan hasil akhir yang baik.
"Bagaimana jago pemerintah kita tentukan hasil akhir waktu ekonomi melambat atau akan krisis. Tergantung pemerintah jalankan seperti apa," jelas Purbaya.
Dia menambahkan, kondisi ekonomi saat ini masih belum masuk tahap mengkhawatirkan, hanya mengalami perlambatan.
"Belum kritis, melambat saja. Angka PDB menggambarkan ekonomi. Refleksi PDB -13,1% di 1998. Kita sekarang 4,7%, jauh dari 1998," pungkasnya.
Baca juga:
Bos IMF Tidak Bisa Intervensi Indonesia
Rupiah Melemah, BI Harus Awasi Ketat Transaksi Valas
Kuatkan Rupiah, Pemerintah Fokus Pasar Valas dan SBN
Menurutnya, dalam siklus tersebut terkadang pertumbuhan ekonomi jauh lebih cepat, bisa juga lambat, bahkan jatuh meskipun belum masuk pada tahap resesi.
"Ekonomi kadang tumbuh lebih cepat, jatuh, lambat, resesi. Siklus kita 7 tahunan, tidak bisa dihindari, kalau Amerika Serikat sepuluh tahun," ujarnya dalam Polemik Sindo Trijaya di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (29/8/2015).
Dia menuturkan dalam masa gejolak pemerintah harus bisa tepat dalam mengambil kebijakan, sehingga mendapatkan hasil akhir yang baik.
"Bagaimana jago pemerintah kita tentukan hasil akhir waktu ekonomi melambat atau akan krisis. Tergantung pemerintah jalankan seperti apa," jelas Purbaya.
Dia menambahkan, kondisi ekonomi saat ini masih belum masuk tahap mengkhawatirkan, hanya mengalami perlambatan.
"Belum kritis, melambat saja. Angka PDB menggambarkan ekonomi. Refleksi PDB -13,1% di 1998. Kita sekarang 4,7%, jauh dari 1998," pungkasnya.
Baca juga:
Bos IMF Tidak Bisa Intervensi Indonesia
Rupiah Melemah, BI Harus Awasi Ketat Transaksi Valas
Kuatkan Rupiah, Pemerintah Fokus Pasar Valas dan SBN
(dmd)