USD Naik, Konsumsi Produk Impor Harus Dikurangi
A
A
A
DEPOK - Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengajak seluruh warga untuk tidak mengonsumsi dan menggunakan produk impor. Salah satu langkah yang dapat dilakukan pemerintah daerah, yakni mengontrol pembelanjaan APBD dari biaya pembelian produk impor.
"Jangan makan barang impor terlalu banyak itu paling penting, jangan gunakan barang impor terlalu banyak. Tingkatkan kapasitas dan produktivitas produk-produk dalam negeri. Pembelanjaan APBN dan APBD kebijakan konten dalam negeri, dipantau presiden," tegasnya di Balaikota Depok, Senin (31/8/2015).
Seperti diketahui, saat ini para perajin tahu dan tempe terpukul dengan kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah. Hal itu berpengaruh pada harga kedelai impor.
Dia meminta agar seluruh pemerintah daerah sebaiknya memperhatikan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap pembelanjaan. Ahli Teknologi Pangan dari A&M Texas University ini juga mengkritik pemerintah selama ini belum menggalakkan gerakan menanam kedelai.
"Stok dalam negeri kedelai tak cukup harus tetap impor, yang penting ada niat untuk itu, selama ini saya enggak lihat ada gerakan nanam kedelai," tukasnya.
Pihaknya mendukung gerakan perajin tahu tempe untuk lebih menggunakan kedelai lokal. "Kedelai lokal sejak dulu harus begitu, apresiasi produk lokal. Kualitas tidak bisa dibanding-bandingkan karbohidrat tak sama dengan beras padi, kedelai untuk tempe cari yang rasanya bisa dipakai untuk kecap, tempe juga bagus, dan lainnya," tutur Nur Mahmudi.
Pihaknya juga mengajak seluruh industri dalam negeri tetap meningkatkan kapasitas produksi di tengah tekanan dolar. "Kalau industri sebaiknya tingkatkan kapasitas produksi. Orientasinya ekspor bagus juga, tapi jangan berdoa dolar terus tinggi," tandasnya.
"Jangan makan barang impor terlalu banyak itu paling penting, jangan gunakan barang impor terlalu banyak. Tingkatkan kapasitas dan produktivitas produk-produk dalam negeri. Pembelanjaan APBN dan APBD kebijakan konten dalam negeri, dipantau presiden," tegasnya di Balaikota Depok, Senin (31/8/2015).
Seperti diketahui, saat ini para perajin tahu dan tempe terpukul dengan kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah. Hal itu berpengaruh pada harga kedelai impor.
Dia meminta agar seluruh pemerintah daerah sebaiknya memperhatikan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap pembelanjaan. Ahli Teknologi Pangan dari A&M Texas University ini juga mengkritik pemerintah selama ini belum menggalakkan gerakan menanam kedelai.
"Stok dalam negeri kedelai tak cukup harus tetap impor, yang penting ada niat untuk itu, selama ini saya enggak lihat ada gerakan nanam kedelai," tukasnya.
Pihaknya mendukung gerakan perajin tahu tempe untuk lebih menggunakan kedelai lokal. "Kedelai lokal sejak dulu harus begitu, apresiasi produk lokal. Kualitas tidak bisa dibanding-bandingkan karbohidrat tak sama dengan beras padi, kedelai untuk tempe cari yang rasanya bisa dipakai untuk kecap, tempe juga bagus, dan lainnya," tutur Nur Mahmudi.
Pihaknya juga mengajak seluruh industri dalam negeri tetap meningkatkan kapasitas produksi di tengah tekanan dolar. "Kalau industri sebaiknya tingkatkan kapasitas produksi. Orientasinya ekspor bagus juga, tapi jangan berdoa dolar terus tinggi," tandasnya.
(izz)