Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tak Akan Mencapai 300 Km/Jam
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution membeberkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih memilih kereta dengan kecepatan menengah kurang dari 300 km/jam. Hal ini lantaran ada beberapa hal teoritis yang tidak sesuai dengan perhitungan.
Menurut Darmin, ada perhitungan khusus antara jarak, kecepatan, jumlah stasiun dan waktu tempuh yang normal. "Begini, kalau kereta api Jakarta-Bandung yang jaraknya lebih kurang 150 kilometer (km) itu apalagi dengan stasiun 5-8 pemberhentian, itu sebenarnya walau kecepatannya bisa teoritis 300 km/jam tidak akan pernah bisa mencapai itu. Makanya, keputusan presiden adalah kalau begitu jangan kereta api cepat, kereta api kecepatan menengah saja 200-250 km/jam," terangnya, usai rapat koordinasi malam ini di kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Kamis (3/9/2015)
Karena, lanjut dia, untuk mencapai kecepatan 250 km itu memerlukan waktu 14 menit. Maka belum sampai kecepatan maksimum sudah mulai harus di rem. Sehingga kecepatannya hanya 200-an km. (Baca: Lirik China, Jokowi Beralasan Kereta Cepat Murni Bisnis)
Dari segi biaya juga pasti akan lebih murah dari kereta cepat, dan perbedaan waktu tempuhnya juga tidak terlalu signifikan. "Terus juga, beda sampainya, dari Jakarta-Bandung paling-paling lebih lambat 10-11 menit, biayanya berkurang jauh. Kita memang harus mengecek persisnya tapi bisa 30-40% lebih murah," katanya.
Saat ditanya mengenai proposal yang diajukan China dan Jepang dalam pembuatan kereta cepat tersebut, Darmin mengungkapkan, ada hal yang banyak tak terinci dalam keduanya, sehingga pemerintah memutuskan untuk diserahkan ke B to B.
"Ya, selain itu memang dari hasil assesment konsultan cukup banyak hal yang tidak detil dirinci di kedua proposal menyangkut standar pemeliharaan dari KA ini, standar servisnya, apa namanya standar pelayannya dan seterusnya. Sehubungan dengan itu Indonesia perlu merumuskan kereta api seperti apa yang kita perlukan," tegasnya.
Baca juga:
Darmin: China dan Jepang Punya Keunggulan Berbeda
ADB Tak Tertarik Biayai Kereta Cepat Jokowi
Jonan Soroti Aspek Keamanan Kereta Cepat
Menurut Darmin, ada perhitungan khusus antara jarak, kecepatan, jumlah stasiun dan waktu tempuh yang normal. "Begini, kalau kereta api Jakarta-Bandung yang jaraknya lebih kurang 150 kilometer (km) itu apalagi dengan stasiun 5-8 pemberhentian, itu sebenarnya walau kecepatannya bisa teoritis 300 km/jam tidak akan pernah bisa mencapai itu. Makanya, keputusan presiden adalah kalau begitu jangan kereta api cepat, kereta api kecepatan menengah saja 200-250 km/jam," terangnya, usai rapat koordinasi malam ini di kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Kamis (3/9/2015)
Karena, lanjut dia, untuk mencapai kecepatan 250 km itu memerlukan waktu 14 menit. Maka belum sampai kecepatan maksimum sudah mulai harus di rem. Sehingga kecepatannya hanya 200-an km. (Baca: Lirik China, Jokowi Beralasan Kereta Cepat Murni Bisnis)
Dari segi biaya juga pasti akan lebih murah dari kereta cepat, dan perbedaan waktu tempuhnya juga tidak terlalu signifikan. "Terus juga, beda sampainya, dari Jakarta-Bandung paling-paling lebih lambat 10-11 menit, biayanya berkurang jauh. Kita memang harus mengecek persisnya tapi bisa 30-40% lebih murah," katanya.
Saat ditanya mengenai proposal yang diajukan China dan Jepang dalam pembuatan kereta cepat tersebut, Darmin mengungkapkan, ada hal yang banyak tak terinci dalam keduanya, sehingga pemerintah memutuskan untuk diserahkan ke B to B.
"Ya, selain itu memang dari hasil assesment konsultan cukup banyak hal yang tidak detil dirinci di kedua proposal menyangkut standar pemeliharaan dari KA ini, standar servisnya, apa namanya standar pelayannya dan seterusnya. Sehubungan dengan itu Indonesia perlu merumuskan kereta api seperti apa yang kita perlukan," tegasnya.
Baca juga:
Darmin: China dan Jepang Punya Keunggulan Berbeda
ADB Tak Tertarik Biayai Kereta Cepat Jokowi
Jonan Soroti Aspek Keamanan Kereta Cepat
(dmd)