Menkeu: Antisipasi Harga Komoditas Telat Dilakukan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah sebelumnya terlambat melakukan antisipasi terhadap harga komoditas yang sedang melambung.
Menurutnya, dalam bisnis ada satu siklus yang membuat harga tidak akan berada dalam posisi terlalu tinggi dalam jangka waktu lama karena suatu waktu akan kembali menurun.
"Kita tidak pernah antisipasi di (pemerintahan) sebelumnya. Membuat kita sadar terlambat antisipasi kondisi buruk. Kalau harga sedang bagus, lupa jangka panjang," ujarnya di Jakarta, Senin (7/9/2015).
Bambang menjelaskan, pengusaha dan pemerintah sering terlena ketika harga komoditas seperti perkebunan dan pertambangan sedang tinggi. Menurut dia, mereka lupa kalau harganya suatu saat akan anjlok.
"Ada masalah bom waktu adalah waktu harga sedang di atas, ada kemungkinan jadi di bawah," jelas Bambang.
Dia menambahkan, pengusaha sebenarnya tahu persis kondisi ini, tapi lebih memilih menikmati situasi tersebut. Bahkan, banyak yang memilih langsung beralih ke bisnis yang harganya sedang melambung.
"Contohnya batu bara ketika harga tinggi, pindah bisnis masuk ke batu bara padahal ada binsis lain seperti manufaktur dan infrastruktur. Pengusaha tahu persis ada siklus, bisa di atas sekali, pada saat lain kita di bawah," pungkasnya.
Menurutnya, dalam bisnis ada satu siklus yang membuat harga tidak akan berada dalam posisi terlalu tinggi dalam jangka waktu lama karena suatu waktu akan kembali menurun.
"Kita tidak pernah antisipasi di (pemerintahan) sebelumnya. Membuat kita sadar terlambat antisipasi kondisi buruk. Kalau harga sedang bagus, lupa jangka panjang," ujarnya di Jakarta, Senin (7/9/2015).
Bambang menjelaskan, pengusaha dan pemerintah sering terlena ketika harga komoditas seperti perkebunan dan pertambangan sedang tinggi. Menurut dia, mereka lupa kalau harganya suatu saat akan anjlok.
"Ada masalah bom waktu adalah waktu harga sedang di atas, ada kemungkinan jadi di bawah," jelas Bambang.
Dia menambahkan, pengusaha sebenarnya tahu persis kondisi ini, tapi lebih memilih menikmati situasi tersebut. Bahkan, banyak yang memilih langsung beralih ke bisnis yang harganya sedang melambung.
"Contohnya batu bara ketika harga tinggi, pindah bisnis masuk ke batu bara padahal ada binsis lain seperti manufaktur dan infrastruktur. Pengusaha tahu persis ada siklus, bisa di atas sekali, pada saat lain kita di bawah," pungkasnya.
(rna)