Ditanya Mafia Pulsa Listrik, Sudirman: Rizal Lagi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said tidak banyak berkomentar soal tudingan Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli soal adanya mafia dalam bisnis pulsa (token) listrik prabayar PT PLN (Persero).
Menurutnya, yang terpenting saat ini bukan soal pernyataan kontroversial yang sering dilontarkan mantan Menko bidang Perekonomian tersebut. Namun dirinya kini lebih baik tutup telinga dan fokus untuk menyelesaikan target proyek listrik 35.000 megawatt (MW). (Baca: Rizal Ramli Tuding Ada Mafia Bisnis Pulsa Listrik).
"Rizal (Menko bidang Kemaritiman dan Sumber Daya-Rizal Ramli) lagi. Buat saya, yang penting mari kita kerja keras untuk menyelesaikan target 35.000 MW. Ya (soal token pulsa listrik), mari kita selesaikan target 35.000 MW," tegasnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/9/2015).
Seperti diberitakan sebelumnya, Rizal Ramli lagi-lagi membuat pernyataan mencengangkan dengan mengatakan bahwa ada mafia dalam bisnis pulsa (token) listrik PT PLN (Persero).
Dia menjelaskan, sejak dulu masyarakat diwajibkan untuk menggunakan sistem pulsa untuk listrik PLN. Hal ini diduga lantaran adanya praktik monopoli di tubuh BUMN kelistrikan tersebut pada masa lalu.
"Itu kejam sekali. Karena misalnya kan masih ada anak yang masih belajar jam 8 malam, tapi tiba-tiba listriknya mati. Terus mau cari pulsa listrik kan tidak semudah beli pulsa telepon," katanya di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (7/9/2015).
Menurutnya, pulsa listrik yang dibeli seharga Rp100 ribu pun tidak serta merta listrik yang didapat masyarakat juga seharga tersebut. Namun masyarakat hanya mendapat listrik seharga Rp73 ribu dengan harga Rp100 ribu.
"Mereka beli pulsa (listrik) Rp100 ribu, yang tersedia Rp73 ribu tersedot provider. Padahal beli pulsa telepon saja, kalau beli pulsa Rp100 ribu paling dipotong cuma jadi Rp95 ribu," imbuh dia.
Baca Juga:
YLKI Beberkan Komponen Biaya Pulsa Listrik PLN
YLKI Ragukan Data Rizal Ramli soal Mafia Pulsa Listrik
PLN Klarifikasi Pernyataan Rizal Ramli soal Pulsa Listrik
Menurutnya, yang terpenting saat ini bukan soal pernyataan kontroversial yang sering dilontarkan mantan Menko bidang Perekonomian tersebut. Namun dirinya kini lebih baik tutup telinga dan fokus untuk menyelesaikan target proyek listrik 35.000 megawatt (MW). (Baca: Rizal Ramli Tuding Ada Mafia Bisnis Pulsa Listrik).
"Rizal (Menko bidang Kemaritiman dan Sumber Daya-Rizal Ramli) lagi. Buat saya, yang penting mari kita kerja keras untuk menyelesaikan target 35.000 MW. Ya (soal token pulsa listrik), mari kita selesaikan target 35.000 MW," tegasnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/9/2015).
Seperti diberitakan sebelumnya, Rizal Ramli lagi-lagi membuat pernyataan mencengangkan dengan mengatakan bahwa ada mafia dalam bisnis pulsa (token) listrik PT PLN (Persero).
Dia menjelaskan, sejak dulu masyarakat diwajibkan untuk menggunakan sistem pulsa untuk listrik PLN. Hal ini diduga lantaran adanya praktik monopoli di tubuh BUMN kelistrikan tersebut pada masa lalu.
"Itu kejam sekali. Karena misalnya kan masih ada anak yang masih belajar jam 8 malam, tapi tiba-tiba listriknya mati. Terus mau cari pulsa listrik kan tidak semudah beli pulsa telepon," katanya di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (7/9/2015).
Menurutnya, pulsa listrik yang dibeli seharga Rp100 ribu pun tidak serta merta listrik yang didapat masyarakat juga seharga tersebut. Namun masyarakat hanya mendapat listrik seharga Rp73 ribu dengan harga Rp100 ribu.
"Mereka beli pulsa (listrik) Rp100 ribu, yang tersedia Rp73 ribu tersedot provider. Padahal beli pulsa telepon saja, kalau beli pulsa Rp100 ribu paling dipotong cuma jadi Rp95 ribu," imbuh dia.
Baca Juga:
YLKI Beberkan Komponen Biaya Pulsa Listrik PLN
YLKI Ragukan Data Rizal Ramli soal Mafia Pulsa Listrik
PLN Klarifikasi Pernyataan Rizal Ramli soal Pulsa Listrik
(izz)