WIKA Bitumen Targetkan Pendapatan Rp1,68 T

Selasa, 15 September 2015 - 10:02 WIB
WIKA Bitumen Targetkan...
WIKA Bitumen Targetkan Pendapatan Rp1,68 T
A A A
JAKARTA - PT Wijaya Karya (WIKA) Bitumen mengincar pendapatan sebesar USD120 juta atau setara Rp1,68 triliun (Rp14.000/USD) melalui pembangunan pabrik aspal hibrid di Pulau Buton, Sulawesi Selatan, yang ditargetkan beroperasi 2017 mendatang.

Presiden Direktur Wijaya Karya Bitumen, Arifin Fahmi, mengatakan, pembangunan pabrik tersebut merupakan hasil kerja sama induk usaha yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan PT Pertamina (Persero). ”Akhir tahun ini feasibility study pabrik akan selesai, sehingga segera bisa dibangun, dan tahun 2017 kami berharap sudah beroperasi,” kata Arifin kepada sejumlah media di Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, pabrik aspal hibrid tersebut membutuhkan modal investasi sebesar USD100 juta. Sumber pendanaan, kata Arifin, sebagian besar atau 70% berasal dari pinjaman perbankan. Untuk sisanya diperoleh dari internal perusahaan, baik Pertamina maupun WIKA. ”Pabrik ini berdiri di lahan WIKA seluas 32,5 hektare (ha) yang terletak di Pulau Buton. Total lahan yang kami miliki sebesar 400 ha dan bisa ditambah menjadi 1.000 ha,” paparnya.

Arifin menambahkan, jika telah beroperasi, pabrik aspal hibrid ini bisa memproduksi 300.000 ton setiap tahunnya. Dengan nilai jual mencapai USD400 per ton, perseroan berambisi bisa memperoleh pendapatan hingga USD120 juta dalam satu tahun. ”Kontribusi penjualan sekitar 20% itu bisa digunakan untuk holding , hasil penjualan juga akan di blend ke produk Pertamina. Kami optimistis pendapatannya bisa USD120 juta hingga USD300 juta, karena kapasitas produksinya yang juga tumbuh,” ujar dia.

Menurut Arifin, kebutuhan aspal hibrid di Indonesia mencapai 1,2 juta ton per tahunnya. Sementara sebagian besar atau 70% penggunaan aspal hibrid di Tanah Air berasal dari barang impor. Jadi, dengan dibangunnya pabrik di Buton tersebut, memberikan potensi cukup besar untuk pangsa pasar di Indonesia. ”Sebenarnya pabrik ini direncanakan sudah cukup lama untuk dibangun, tapi yang menghambat karena pasar di Indonesia belum banyak menggunakannya. Namun, saat ini masyarakat sudah berubah dan lebih memilih aspal hibrid,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Wijaya Karya, Bintang Perbowo, menjelaskan, kerja sama antara perseroan dengan Pertamina ini akan menjadi landasan bagi kedua perusahaan BUMN untuk melakukan kajian bersama (feasibility study ) mengenai potensi pengembangan bisnis aspal di Indonesia.

”Feasibility study ini ter-kait kajian aspek teknikal seperti desain pabrik, kajian operasional produksi, hingga komersial,” kata Bintang.

Heru febrianto
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7212 seconds (0.1#10.140)