Pertamina Galau Jokowi Minta Harga BBM Premium Turun
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) nampak galau atas permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Apalagi, saat ini BUMN minyak dan gas (migas) tersebut masih rugi sekitar Rp15 triliun lantaran menjual harga BBM di bawah keekonomian.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengakui Jokowi meminta perseroan untuk mengevaluasi kembali harga BBM premium. Hal ini semata-mata untuk mendukung upaya memperbaiki kondisi perekonomian di Tanah Air. (Baca: Jokowi Minta Pertamina Turunkan Harga BBM Premium).
Sejauh ini, mantan Bos Semen Indonesia ini belum dapat menentukan apakah harga BBM berkadar research octane number (RON) 88 tersebut masih dapat diturunkan. "Itu yang akan kita evaluasi (penurunan harga premium), dan ke depan bisa kita laporkan," tuturnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (1/10/2015).
Dia menyebutkan, untuk periode Agustus 2015 saja perseroan masih mengalami kerugian sekitar 2% atas penjualan harga premium. "Ya kita lihat apakah langkah-langkah efisiensi dan sebagainya," imbuh dia.
Kendati demikian, Dwi mengungkapkan bahwa dengan Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap dan Kilang Trans Pacific Petroleum Indonesia (TPPI) di Tuban, sejatinya perseroan dapat menurunkan impor BBM yang kemudian akan dapat dioptimalisasi untuk proyek lain.
Selain itu, implementasi penggunaan biodiesel sebesar 15% tahun ini juga akan mampu meningkatkan efisiensi perseroan lantaran impor solar akan dapat ditekan.
"Ya pokoknya ruang improvement tentu selalu ada, jadi tinggal kita lihat nanti sekarang seberapa dan ke depan seperti apa dan sebagainya," tandasnya.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengakui Jokowi meminta perseroan untuk mengevaluasi kembali harga BBM premium. Hal ini semata-mata untuk mendukung upaya memperbaiki kondisi perekonomian di Tanah Air. (Baca: Jokowi Minta Pertamina Turunkan Harga BBM Premium).
Sejauh ini, mantan Bos Semen Indonesia ini belum dapat menentukan apakah harga BBM berkadar research octane number (RON) 88 tersebut masih dapat diturunkan. "Itu yang akan kita evaluasi (penurunan harga premium), dan ke depan bisa kita laporkan," tuturnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (1/10/2015).
Dia menyebutkan, untuk periode Agustus 2015 saja perseroan masih mengalami kerugian sekitar 2% atas penjualan harga premium. "Ya kita lihat apakah langkah-langkah efisiensi dan sebagainya," imbuh dia.
Kendati demikian, Dwi mengungkapkan bahwa dengan Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap dan Kilang Trans Pacific Petroleum Indonesia (TPPI) di Tuban, sejatinya perseroan dapat menurunkan impor BBM yang kemudian akan dapat dioptimalisasi untuk proyek lain.
Selain itu, implementasi penggunaan biodiesel sebesar 15% tahun ini juga akan mampu meningkatkan efisiensi perseroan lantaran impor solar akan dapat ditekan.
"Ya pokoknya ruang improvement tentu selalu ada, jadi tinggal kita lihat nanti sekarang seberapa dan ke depan seperti apa dan sebagainya," tandasnya.
(izz)