Deflasi Tak Jadi Alasan Menurunkan Suku Bunga Acuan
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan belum akan menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) meski laju inflasi sepanjang tahun ini relatif rendah.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, kondisi ekonomi global yang masih relatif tidak stabil membuat bank sentral tetap berhati-hati dalam memutuskan kebijakan terutama yang menggunakan instrumen suku bunga.
"Untuk melihat tingkat bunga itu memang tidak hanya dari inflasi. Paling utama yang mesti kita pertimbangkan adalah kondisi saat ini penuh ketidakpastian. Ketidakpastian itu berasal dari dua hal yakni kenaikan suku bunga AS dan pelemahan ekonomi Tiongkok," jelasnya, kemarin.
Dia melanjutkan, kondisi eksternal terutama terkait rencana kenaikan suku bunga AS oleh The Fed dan melambatnya ekonomi China, berpengaruh terhadap negara berkembang termasuk Indonesia.
"Mohon pengertian karena kondisi ekstern sangat tidak stabil. Kalau kita melakukan yang tidak hati-hati maka akan berdampak. Sederhananya, inflasi juga satu faktor, tapi kita juga mesti memperhitungkan ekspektasi depresiasi. Ekspektasi depresiasi cukup tinggi dan ada hubungannya dengan persepsi. Jadi, ekspektasi depresiasi cukup berisiko kalau kita melakukan penyesuaian tingkat bunga," tandas Agus.
Baca: BPS Catat September Alami Deflasi 0,05%
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, kondisi ekonomi global yang masih relatif tidak stabil membuat bank sentral tetap berhati-hati dalam memutuskan kebijakan terutama yang menggunakan instrumen suku bunga.
"Untuk melihat tingkat bunga itu memang tidak hanya dari inflasi. Paling utama yang mesti kita pertimbangkan adalah kondisi saat ini penuh ketidakpastian. Ketidakpastian itu berasal dari dua hal yakni kenaikan suku bunga AS dan pelemahan ekonomi Tiongkok," jelasnya, kemarin.
Dia melanjutkan, kondisi eksternal terutama terkait rencana kenaikan suku bunga AS oleh The Fed dan melambatnya ekonomi China, berpengaruh terhadap negara berkembang termasuk Indonesia.
"Mohon pengertian karena kondisi ekstern sangat tidak stabil. Kalau kita melakukan yang tidak hati-hati maka akan berdampak. Sederhananya, inflasi juga satu faktor, tapi kita juga mesti memperhitungkan ekspektasi depresiasi. Ekspektasi depresiasi cukup tinggi dan ada hubungannya dengan persepsi. Jadi, ekspektasi depresiasi cukup berisiko kalau kita melakukan penyesuaian tingkat bunga," tandas Agus.
Baca: BPS Catat September Alami Deflasi 0,05%
(izz)