Rupiah Diprediksi Bergejolak Jelang Rapat The Fed
A
A
A
JAKARTA - PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya memprediksi rupiah masih akan bergejolak, menjelang rapat Komite pasar Terbuka Federal (FOMC), yang digelar pada Oktober 2015.
Menurut dia, tren gejolak rupiah masih akan terus terjadi hingga menjelang rapat The Fed pada akhir bulan ini. Pasar juga masih akan menduga-duga hasil keputusan dalam rapat itu.
"FOMC meeting kan bulan ini, itu yang jadi sentimen utama. Jelang itu, pasti ada gejolak. Meskipun meeting-nya Oktober ini tapi keputusan naik atau tidaknya belum tentu di bulan ini juga," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (4/10/2015).
Meski demikian, William melihat ada sedikit gejala penurunan USD di indeks USD. Penurunan tersebut berpeluang membuat mata uang Garuda bergerak ke arah positif.
Dia berharap, penurunan USD dapat membawa efek berkepanjangan untuk rupiah, sehingga mata uang domestik bisa pulih dari koreksinya yang terus-menerus.
"USD sekarang sudah mulai ada penurunan, USD indeks itu juga akan mempengaruhi ke apresiasi nilai tukar kita. USD indeks itu saya lihat sudah ada tanda-tanda menurun, yang sudah terlihat beberapa waktu ini. Mudah-mudahan efeknya bisa lebih panjang terhadap rupiah," tutur dia.
Untuk pekan depan, William memperkirakan bahwa rupiah berkesempatan berada pada kisaran Rp14.550-Rp14800/USD. Sementara rupiah pada perdagangan akhir pekan ini berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp14.709/USD, melemah 55 poin dibanding sebelumnya di level Rp14.654/USD.
Sementara berdasarkan data Bloomberg, rupiah pada level Rp14.646/USD. Posisi tersebut terapresiasi 44 poin dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp14.691/USD.
Baca:
Rupiah Berakhir Mantap di Zona Hijau
Gubernur BI: Rupiah Masih Tersengat Kondisi Global
Menurut dia, tren gejolak rupiah masih akan terus terjadi hingga menjelang rapat The Fed pada akhir bulan ini. Pasar juga masih akan menduga-duga hasil keputusan dalam rapat itu.
"FOMC meeting kan bulan ini, itu yang jadi sentimen utama. Jelang itu, pasti ada gejolak. Meskipun meeting-nya Oktober ini tapi keputusan naik atau tidaknya belum tentu di bulan ini juga," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (4/10/2015).
Meski demikian, William melihat ada sedikit gejala penurunan USD di indeks USD. Penurunan tersebut berpeluang membuat mata uang Garuda bergerak ke arah positif.
Dia berharap, penurunan USD dapat membawa efek berkepanjangan untuk rupiah, sehingga mata uang domestik bisa pulih dari koreksinya yang terus-menerus.
"USD sekarang sudah mulai ada penurunan, USD indeks itu juga akan mempengaruhi ke apresiasi nilai tukar kita. USD indeks itu saya lihat sudah ada tanda-tanda menurun, yang sudah terlihat beberapa waktu ini. Mudah-mudahan efeknya bisa lebih panjang terhadap rupiah," tutur dia.
Untuk pekan depan, William memperkirakan bahwa rupiah berkesempatan berada pada kisaran Rp14.550-Rp14800/USD. Sementara rupiah pada perdagangan akhir pekan ini berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp14.709/USD, melemah 55 poin dibanding sebelumnya di level Rp14.654/USD.
Sementara berdasarkan data Bloomberg, rupiah pada level Rp14.646/USD. Posisi tersebut terapresiasi 44 poin dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp14.691/USD.
Baca:
Rupiah Berakhir Mantap di Zona Hijau
Gubernur BI: Rupiah Masih Tersengat Kondisi Global
(rna)