Polemik Blok Masela, Bos SKK Migas Temui Rizal Ramli
A
A
A
JAKARTA - Sempat berbeda pendapat soal pembangunan kilang di Blok Masela, Maluku, Menko bidang Kemaritiman Rizal Ramli akhirnya bertemu dengan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) Amien Sunaryadi untuk merembukkan solusi terbaik dalam pembangunan kilang di blok migas tersebut.
Rizal mengatakan, pertemuan tersebut untuk bertukar pikiran dan mencari solusi optimum terkait pembangunan kilang di Ladang Abadi tersebut. Terutama terkait ongkos yang harus dikeluarkan dalam pembangunan kilang menggunakan sistem pipanisasi (offshore) dan sistem LNG terapung (floating LNG).
"Karena memang tidak cukup hanya membandingkan ongkos-ongkos, itu pendekatan accounting, tapi kita ingin pendekatan ekonomi," katanya di Balai Sudirman, Jakarta, Kamis (8/10/2015).
Menurutnya, pembangunan kilang di Ladang Abadi tersebut juga harus melihat pendekatan sosial supaya bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
"Supaya manfaatnya juga sebesar-besarnya buat rakyat dan masyarakat kita, terutama penduduk Maluku. Jadi kalau hanya bandingkan cost-cost itu kerjaan accounting, ini perlu wawasan yang lebih luas daripada sekitar itu," terang Rizal.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said lagi-lagi memiliki perbedaan pendapat dengan Rizal Ramli soal pembangunan kilang di Blok Masela, Maluku.
Menurutnya, rekomendasi SKK Migas untuk membuat kilang dengan menggunakan fasilitas pengolahan LNG terapung (floatingLNG/FLNG) lebih dapat dipercaya.
"Yang jelas SKK Migas rekomendasi offshore. Saya percaya pada sistem yang dari SKK Migas," katanya di Kantor Ditjen Kelistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu, 23 September 2015.
Selain itu, sambung mantan Bos Pindad ini, pembangunan kilang di Blok Masela dalam hitungan SKK Migas akan lebih hemat jika menggunakan sistem offshore atau dengan LNG terapung.
Sudirman menambahkan, pemerintahan Jokowi juga memiliki visi untuk menumbuhkan industri maritim. Sebab itu, sistem offshore lebih tepat dibanding dengan pembangunan pipa (onshore) seperti yang diinginkan Rizal Ramli.
"Dan musti diingat, kita juga punya visi menumbuhkan industri maritim. LNG memberi kesempatan industri perkapalan dan kapasitas nasional akan diserap besar-besaran," tandasnya.
Rizal mengatakan, pertemuan tersebut untuk bertukar pikiran dan mencari solusi optimum terkait pembangunan kilang di Ladang Abadi tersebut. Terutama terkait ongkos yang harus dikeluarkan dalam pembangunan kilang menggunakan sistem pipanisasi (offshore) dan sistem LNG terapung (floating LNG).
"Karena memang tidak cukup hanya membandingkan ongkos-ongkos, itu pendekatan accounting, tapi kita ingin pendekatan ekonomi," katanya di Balai Sudirman, Jakarta, Kamis (8/10/2015).
Menurutnya, pembangunan kilang di Ladang Abadi tersebut juga harus melihat pendekatan sosial supaya bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
"Supaya manfaatnya juga sebesar-besarnya buat rakyat dan masyarakat kita, terutama penduduk Maluku. Jadi kalau hanya bandingkan cost-cost itu kerjaan accounting, ini perlu wawasan yang lebih luas daripada sekitar itu," terang Rizal.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said lagi-lagi memiliki perbedaan pendapat dengan Rizal Ramli soal pembangunan kilang di Blok Masela, Maluku.
Menurutnya, rekomendasi SKK Migas untuk membuat kilang dengan menggunakan fasilitas pengolahan LNG terapung (floatingLNG/FLNG) lebih dapat dipercaya.
"Yang jelas SKK Migas rekomendasi offshore. Saya percaya pada sistem yang dari SKK Migas," katanya di Kantor Ditjen Kelistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu, 23 September 2015.
Selain itu, sambung mantan Bos Pindad ini, pembangunan kilang di Blok Masela dalam hitungan SKK Migas akan lebih hemat jika menggunakan sistem offshore atau dengan LNG terapung.
Sudirman menambahkan, pemerintahan Jokowi juga memiliki visi untuk menumbuhkan industri maritim. Sebab itu, sistem offshore lebih tepat dibanding dengan pembangunan pipa (onshore) seperti yang diinginkan Rizal Ramli.
"Dan musti diingat, kita juga punya visi menumbuhkan industri maritim. LNG memberi kesempatan industri perkapalan dan kapasitas nasional akan diserap besar-besaran," tandasnya.
(izz)