Rupiah Menuju Kenaikan Mingguan Terbaik Lebih dari Satu Dekade
A
A
A
KUALA LUMPUR - Rupiah dan ringgit menuju kenaikan mingguan terbaik lebih dari satu dekade atau masing-masing sejak 2001 dan 1998 karena Indonesia dan Malaysia memanfaatkan reli pasar saham, rebound harga komoditas dan tanda-tanda Federal Reserve (The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga tahun ini.
Rupiah melonjak 3,8% menjadi Rp13.371/USD pada siang tadi di Jakarta, kenaikan pekan ini menjadi 9,5%. Ringgit naik 2,9% pada hari Jumat dan 7,3% sejak 2 Oktober menjadi 4,1165. Reli minggu ini terjadi setelah mata uang Malaysia dan Indonesia masing-masing kehilangan 14% dan 9% pada kuartal terakhir.
Mengecewakannya data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang mendorong kembali harapan bagi ekonomi terbesar dunia akan menaikkan biaya pinjaman memacu keuntungan di saham negara berkembang dan mata uang pekan ini dan yang diperkuat oleh rilis risalah dari pertemuan The Fed pada September lalu.
Naiknya harga minyak dan komoditas juga memberi manfaat bagi Malaysia dan Indonesia. (Baca: Ringgit Menuju Kenaikan Mingguan Terbesar Sejak 1998)
"Apa yang kita lihat adalah bahwa orang-orang terus menutup posisi jangka pendek mereka dalam dua mata uang ini. Ini akan menjadi penting untuk menunggu Data China karena bisa menjadi titik balik dan reli tidak didukung oleh fundamental," kata ahli strategi valuta asing Asia di Standard Chartered Plc Divya Devesh, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (9/10/2015).
Bursa saham di Kuala Lumpur telah naik 5% dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah melonjak 9,4% pada pekan ini. Dana asing melakukan aksi beli di pasar saham Indonesua mencapai USD148 juta saham Indonesia dalam empat hari pertama pekan itu, inflow terbesar sejak April 2015.
Sementara obligasi Indonesia yang telah reli pekan ini, mendorong imbal hasil dengan tenor hingga September 2026 turun 62 basis poin menjadi 8,76%. Sementara obligasi Malaysia bertenor 10 tahun stabil di 4,13%.
Kendati demikian, ringgit masih menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia tahun ini dengan penurunan 15%, sedangkan rupiah telah turun 7,6%. Investor luar negeri menarik sekitar USD2 miliar dari saham dan obligasi Indonesia pada kuartal terakhir. Dana asing telah keluar sebesar 18,3 miliar ringgit atau setara USD4,4 miliar di bursa saham Malaysia tahun ini.
Baca:
USD Tertekan The Fed, Rupiah Kembali Injak Gas
Mantap! Rupiah dan IHSG Siang Ini Makin Perkasa
Rupiah melonjak 3,8% menjadi Rp13.371/USD pada siang tadi di Jakarta, kenaikan pekan ini menjadi 9,5%. Ringgit naik 2,9% pada hari Jumat dan 7,3% sejak 2 Oktober menjadi 4,1165. Reli minggu ini terjadi setelah mata uang Malaysia dan Indonesia masing-masing kehilangan 14% dan 9% pada kuartal terakhir.
Mengecewakannya data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang mendorong kembali harapan bagi ekonomi terbesar dunia akan menaikkan biaya pinjaman memacu keuntungan di saham negara berkembang dan mata uang pekan ini dan yang diperkuat oleh rilis risalah dari pertemuan The Fed pada September lalu.
Naiknya harga minyak dan komoditas juga memberi manfaat bagi Malaysia dan Indonesia. (Baca: Ringgit Menuju Kenaikan Mingguan Terbesar Sejak 1998)
"Apa yang kita lihat adalah bahwa orang-orang terus menutup posisi jangka pendek mereka dalam dua mata uang ini. Ini akan menjadi penting untuk menunggu Data China karena bisa menjadi titik balik dan reli tidak didukung oleh fundamental," kata ahli strategi valuta asing Asia di Standard Chartered Plc Divya Devesh, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (9/10/2015).
Bursa saham di Kuala Lumpur telah naik 5% dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah melonjak 9,4% pada pekan ini. Dana asing melakukan aksi beli di pasar saham Indonesua mencapai USD148 juta saham Indonesia dalam empat hari pertama pekan itu, inflow terbesar sejak April 2015.
Sementara obligasi Indonesia yang telah reli pekan ini, mendorong imbal hasil dengan tenor hingga September 2026 turun 62 basis poin menjadi 8,76%. Sementara obligasi Malaysia bertenor 10 tahun stabil di 4,13%.
Kendati demikian, ringgit masih menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia tahun ini dengan penurunan 15%, sedangkan rupiah telah turun 7,6%. Investor luar negeri menarik sekitar USD2 miliar dari saham dan obligasi Indonesia pada kuartal terakhir. Dana asing telah keluar sebesar 18,3 miliar ringgit atau setara USD4,4 miliar di bursa saham Malaysia tahun ini.
Baca:
USD Tertekan The Fed, Rupiah Kembali Injak Gas
Mantap! Rupiah dan IHSG Siang Ini Makin Perkasa
(rna)