BI Nilai Pemulihan Ekonomi Global Masih Terbatas
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai pemulihan ekonomi global saat ini masih terbatas, meski tekanan di pasar keuangan global sudah mulai mereda.
Terbatasnya pemulihan ekonomi global terutama bersumber dari masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi emerging market, khususnya China yang diperkirakan terus melambat.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengemukakan, tren tersebut tercermin dari indikator manufaktur China yang menurun disertai dengan ekspor yang masih lemah.
"Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara maju membaik, meskipun masih belum solid. Pemulihan ekonomi AS masih rentan, tercermin dari indikator ketenagakerjaan yang masih lemah," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Melemahnya indikator ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) dan rilis minutes FOMC September 2015 yang cenderung dovish menguatkan kembali perkiraan penundaan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS.
"Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan terus membaik, ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan sektor manufaktur yang ekspansif," ujar dia.
Pemulihan ekonomi global yang masih terbatas ini, lanjut Tirta, berdampak pada harga komoditas internasional yang masih terus menurun. Sejalan dengan penundaan kenaikan FFR, tekanan di pasar keuangan global pada awal Oktober 2015 mulai mereda.
"Namun, Bank Indonesia akan terus mencermati risiko global yang berpotensi mendorong tekanan pembalikan modal portfolio dari emerging markets, termasuk dari Indonesia," pungkasnya.
Terbatasnya pemulihan ekonomi global terutama bersumber dari masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi emerging market, khususnya China yang diperkirakan terus melambat.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengemukakan, tren tersebut tercermin dari indikator manufaktur China yang menurun disertai dengan ekspor yang masih lemah.
"Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara maju membaik, meskipun masih belum solid. Pemulihan ekonomi AS masih rentan, tercermin dari indikator ketenagakerjaan yang masih lemah," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Melemahnya indikator ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) dan rilis minutes FOMC September 2015 yang cenderung dovish menguatkan kembali perkiraan penundaan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS.
"Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan terus membaik, ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan sektor manufaktur yang ekspansif," ujar dia.
Pemulihan ekonomi global yang masih terbatas ini, lanjut Tirta, berdampak pada harga komoditas internasional yang masih terus menurun. Sejalan dengan penundaan kenaikan FFR, tekanan di pasar keuangan global pada awal Oktober 2015 mulai mereda.
"Namun, Bank Indonesia akan terus mencermati risiko global yang berpotensi mendorong tekanan pembalikan modal portfolio dari emerging markets, termasuk dari Indonesia," pungkasnya.
(izz)