Waspadai Koreksi Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini diproyeksi terkoreksi, tertekan melemahnya sejumlah data Asia.
"Pelaku pasar kembali dimungkinkan akan melepas rupiah dan kembali beralih ke USD seiring kurang baiknya data-data di Asia, khususnya China," ujar Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Dia memprediksi rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) akan berada pada rentang Rp13.578-Rp13.580.
Kemarin, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.563/USD, merosot sebesar 31 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.534/USD.
Sementara nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp13.517/USD. Posisi tersebut membaik 23 poin dibanding posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp13.540/USD.
Melemahnya sejumlah data China, seperti laju PDB, industrial production, dan lainnya memberikan imbas negatif pada laju mata uang Asia. Di sisi lain, pelemahan ini turut terimbas pelemahan sejumlah harga minyak mentah dunia setelah merespon data-data dari China.
"Dengan pelemahan tersebut, memberikan ruang bagi USD untuk dapat terlihat lebih menguat," ujarnya.
"Pelaku pasar kembali dimungkinkan akan melepas rupiah dan kembali beralih ke USD seiring kurang baiknya data-data di Asia, khususnya China," ujar Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Dia memprediksi rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) akan berada pada rentang Rp13.578-Rp13.580.
Kemarin, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.563/USD, merosot sebesar 31 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.534/USD.
Sementara nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp13.517/USD. Posisi tersebut membaik 23 poin dibanding posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp13.540/USD.
Melemahnya sejumlah data China, seperti laju PDB, industrial production, dan lainnya memberikan imbas negatif pada laju mata uang Asia. Di sisi lain, pelemahan ini turut terimbas pelemahan sejumlah harga minyak mentah dunia setelah merespon data-data dari China.
"Dengan pelemahan tersebut, memberikan ruang bagi USD untuk dapat terlihat lebih menguat," ujarnya.
(rna)