Setahun Pemerintahan Jokowi-JK Rupiah Terus Merosot

Selasa, 20 Oktober 2015 - 13:02 WIB
Setahun Pemerintahan...
Setahun Pemerintahan Jokowi-JK Rupiah Terus Merosot
A A A
JAKARTA - Tepat hari ini, 20 Oktober 2015 pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK) resmi menginjak usia satu tahun. Banyak kalangan menilai kinerja Jokowi belum maksimal terutama mengatasi nilai tukar rupiah yang terus merosot.

Pada dasarnya di Indonesia, rupiah dikendalikan oleh pasar. Artinya peran dari negara secara langsung untuk memengaruhi nilai kurs itu tidak terlalu besar sebagaimana pengaruhnya seperti di China.

Jadi, peran pemerintahan Indonesia terhadap nilai tukar sebenarnya tidak terlalu besar dibandingkan peran pasar. Namun, bukan berati tidak ada yang tidak dilakukan pemerintah.

Tepat satu hari pasca Jokowi dilantik (21 Oktober 2014), rupiah sempat menguat di level Rp11.993 per dollar (Jisdor BI). Terhitung, sejak Oktober 2014 hingga awal Maret 2015 rupiah stabil di level Rp12.000-Rp12.800 an. Namun, akhirnya terpuruk menembus angka Rp13.047 pada 9 Maret 2015.

Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai, pelemahan tersebut sebagain besar disebabkan faktor eksternal mulai dari faktor komoditas yang turun, isu fed rate yang naik hingga devaluasi yuan.

"Tapi itu juga ditambah dengan faktor domestik sehingga menambah kuatnya pelemahan rupiah. Nah faktor domestik itu yakni struktur ekonomi. Akan susah bagi kita untuk mendapatkan nilai tukar yang kuat dengan struktur ekonomi seperti sekarang dimana neraca transaksi berjalan kita yang masih bergantung pada financial," kata Analis CORE Indonesia Mohammad Faisal di Jakarta, Selasa (20/10/2015).

Kemudian dari sisi nonfinancial barang dan jasa yang hampir tidak surplus karena bergantung pada ekspor komoditas. Selain itu, dari perdagangan jasa, Indonesia juga masih mengalami defisit yang terus menerus dan ini belum ada kecenderungan perbaikan yang signifikan.

"Sebenarnya kan kuncinya ada di parwisata. Dan itu yang dilakukan negara tetangga seperti Vietnam di mana pariwisata mereka maju pesat. Jadi dari sisi jasa pariwisata banyak pemasukan dolar, sehingga memperkuat nilai tukar mereka. Selain itu, devisa-devisa dalam negeri juga banyak sehingga menguatkan mata uang mereka," jelas Faisal.

Jadi, investasi yang banyak ke Indonesia inilah yang seharusnya menolong nilai tukar rupiah. Maka, pemerintah harus lebih fokus lagi dan lebih memprioritaskan sektor jasa pariwisata, pasalnya jasa pariwisata sangat potensial untuk Indonesia.

"Makanya saya berharap dengan adanya prioritas di pariwisata dan ada follow-up kebijakan bebas visa dan lainnya itu bisa menjadi lompatan buat bantu rupiah kita," tukasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0739 seconds (0.1#10.140)