Yen Terkapar Atas USD, Rupiah Ditutup Tepar
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan ditutup tepar, sejalan terkaparnya yen terhadap euro dan USD pascajebloknya bursa saham China.
Data Yahoo Finance, rupiah berada pada level Rp13.770/USD, dengan kisaran harian Rp13.488-Rp13.820/USD. Posisi itu terdepresiasi 62 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp13.708/USD.
Sedangkan rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas sore ini pada level Rp13.741/USD, melemah dari posisi pembukaan di Rp13.772/USD.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp13.724/USD. Posisi tersebut memburuk 41 poin dibanding posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp13.683/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.696/USD, merosot sebesar 62 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.634/USD.
Sementara mata uang terkait komoditas, seperti dolar Australia dan Selandia Baru jatuh pada hari ini karena saham China anjlok, sementara data perdagangan dari Jepang mengangkat momok resesi yang dialami ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut.
Yen melemah terhadap USD dan euro setelah banyak data mengganggu arus perdagangan Asia, dengan ekspor Jepang tumbuh di laju paling lambat sejak pertengahan 2014, terutama karena melemahnya ekonomi di China. Itu memberi peluang pelonggaran kuantitatif lebih lanjut oleh Bank Sentral Jepang (BOJ).
Dolar Australia, yang digunakan sebagai proksi yang lebih cair untuk investasi China karena hubungan dagang Australia ke China, turun 0,7% terhadap USD menjadi 0,7213, sementara dolar Selandia Baru turun 0,6% menjadi 0,6700.
Penurunan itu terjadi saat indeks Shanghai ditutup anjlok lebih dari 3%. Saham emerging market lainnya juga jatuh setelah data terbaru mengisyaratkan prospek pertumbuhan suram. (Baca: Bursa China Anjlok Terdalam, IHSG Mampu Reli)
"Data Jepang agak menyedihkan saat koreksi di saham China, menciptakan beberapa kecemasan bagi mata uang yang berisiko," kata ahli strategi valuta asing di Nordea Niels Christensen, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (21/10/2015).
Pasar saham Eropa melemah pada perdagangan sesi awal di London, dengan indeks patokan Eropa jatuh 0,2%.
Pedagang yakin euro rentan terhadap volatilitas menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis. Sementara ECB tidak mungkin melakukan pelonggaran kuantitatif bulan ini. Akibatnya, investor tetap waspada terhadap bank sentral yang mengisyaratkan stimulus pada akhir tahun ini.
Baca:
Rupiah Siang Ini Koreksi, IHSG Naik Tinggi
Rupiah Dibuka Tiarap ke Rp13.700-an/USD
Data Yahoo Finance, rupiah berada pada level Rp13.770/USD, dengan kisaran harian Rp13.488-Rp13.820/USD. Posisi itu terdepresiasi 62 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp13.708/USD.
Sedangkan rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas sore ini pada level Rp13.741/USD, melemah dari posisi pembukaan di Rp13.772/USD.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp13.724/USD. Posisi tersebut memburuk 41 poin dibanding posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp13.683/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.696/USD, merosot sebesar 62 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.634/USD.
Sementara mata uang terkait komoditas, seperti dolar Australia dan Selandia Baru jatuh pada hari ini karena saham China anjlok, sementara data perdagangan dari Jepang mengangkat momok resesi yang dialami ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut.
Yen melemah terhadap USD dan euro setelah banyak data mengganggu arus perdagangan Asia, dengan ekspor Jepang tumbuh di laju paling lambat sejak pertengahan 2014, terutama karena melemahnya ekonomi di China. Itu memberi peluang pelonggaran kuantitatif lebih lanjut oleh Bank Sentral Jepang (BOJ).
Dolar Australia, yang digunakan sebagai proksi yang lebih cair untuk investasi China karena hubungan dagang Australia ke China, turun 0,7% terhadap USD menjadi 0,7213, sementara dolar Selandia Baru turun 0,6% menjadi 0,6700.
Penurunan itu terjadi saat indeks Shanghai ditutup anjlok lebih dari 3%. Saham emerging market lainnya juga jatuh setelah data terbaru mengisyaratkan prospek pertumbuhan suram. (Baca: Bursa China Anjlok Terdalam, IHSG Mampu Reli)
"Data Jepang agak menyedihkan saat koreksi di saham China, menciptakan beberapa kecemasan bagi mata uang yang berisiko," kata ahli strategi valuta asing di Nordea Niels Christensen, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (21/10/2015).
Pasar saham Eropa melemah pada perdagangan sesi awal di London, dengan indeks patokan Eropa jatuh 0,2%.
Pedagang yakin euro rentan terhadap volatilitas menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis. Sementara ECB tidak mungkin melakukan pelonggaran kuantitatif bulan ini. Akibatnya, investor tetap waspada terhadap bank sentral yang mengisyaratkan stimulus pada akhir tahun ini.
Baca:
Rupiah Siang Ini Koreksi, IHSG Naik Tinggi
Rupiah Dibuka Tiarap ke Rp13.700-an/USD
(rna)