Euro Jeblok, Rupiah Dibuka Jungkir Balik
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini dibuka jungkir balik setelah kemarin menguat, sejalan dengan jebloknya euro terhadap USD pascakomentar Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB).
Data Yahoo Finance, rupiah berada pada level Rp13.905/USD. Posisi itu terdepresiasi 272 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp13.633/USD.
Sedangkan rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas ini pada level Rp14.010/USD, melemah dari posisi kemarin di Rp13.878/USD.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp13.483/USD dan pada pukul 10.00 WIB mundur ke Rp13.517/USD. Posisi tersebut masih membaik dibanding posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp13.640/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.491/USD, menguat sebesar 149 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.640/USD
Sementara euro tergelincir ke posisi terendah dua bulan terhadap USD pada hari ini setelah Bank Sentral Eropa (ECB) membuka kemungkinan program stimulus pada akhir tahun ini, membuat euro terguncang. Euro terhadap USD jatuh ke level 1,1072 pada perdagangan awal di Asia.
Gubernur ECB Mario Draghi mengatakan pada hari Kamis bahwa bank sentral sedang mempelajari langkah-langkah stimulus baru yang bisa meluncurkan pada Desember dan siap untuk memangkas suku bunga deposito yang lebih dalam ke wilayah negatif.
Komentarnya mengirim euro meluncur 2,0% semalam, penurunan terbesar kedua sejak 2011, sebelumnya jatuh pada 22 Januari 2015 ketika ECB mengumumkan skema pembelian obligasi. Terhadap poundsterling Inggris, euro jatuh ke 72,05 pence, mendekati level terendah pada 22 September rendah di 71,97.
"Ketika (ECB anggota dewan eksekutif Benoit) Coeure mengatakan pada Mei bahwa ECB bisa memperluas program pelonggaran kuantitatifnya, euro jatuh di bawah 1,10/USD. Apa yang berbeda dengan saat ini, di mana menunggu waktu kebijakan moneter AS. Pada saat itu, semua orang berpikir AS akan menaikkan suku bunga segera," kata Kepala Strategi Mata Uang di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Minori Uchida, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (23/10/2015).
Meskipun para pembuat kebijakan Federal Reserve AS telah mengatakan suku bunga bisa dinaikkan pada Desember, kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan menguatnya USD membuat banyak investor bertaruh bahwa Fed akan menunggu setidaknya sampai awal tahun depan sebelum mengerek suku bunga.
(Baca: Rupiah Berpeluang Reli Didukung Paket Kebijakan)
Data Yahoo Finance, rupiah berada pada level Rp13.905/USD. Posisi itu terdepresiasi 272 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp13.633/USD.
Sedangkan rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas ini pada level Rp14.010/USD, melemah dari posisi kemarin di Rp13.878/USD.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp13.483/USD dan pada pukul 10.00 WIB mundur ke Rp13.517/USD. Posisi tersebut masih membaik dibanding posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp13.640/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.491/USD, menguat sebesar 149 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.640/USD
Sementara euro tergelincir ke posisi terendah dua bulan terhadap USD pada hari ini setelah Bank Sentral Eropa (ECB) membuka kemungkinan program stimulus pada akhir tahun ini, membuat euro terguncang. Euro terhadap USD jatuh ke level 1,1072 pada perdagangan awal di Asia.
Gubernur ECB Mario Draghi mengatakan pada hari Kamis bahwa bank sentral sedang mempelajari langkah-langkah stimulus baru yang bisa meluncurkan pada Desember dan siap untuk memangkas suku bunga deposito yang lebih dalam ke wilayah negatif.
Komentarnya mengirim euro meluncur 2,0% semalam, penurunan terbesar kedua sejak 2011, sebelumnya jatuh pada 22 Januari 2015 ketika ECB mengumumkan skema pembelian obligasi. Terhadap poundsterling Inggris, euro jatuh ke 72,05 pence, mendekati level terendah pada 22 September rendah di 71,97.
"Ketika (ECB anggota dewan eksekutif Benoit) Coeure mengatakan pada Mei bahwa ECB bisa memperluas program pelonggaran kuantitatifnya, euro jatuh di bawah 1,10/USD. Apa yang berbeda dengan saat ini, di mana menunggu waktu kebijakan moneter AS. Pada saat itu, semua orang berpikir AS akan menaikkan suku bunga segera," kata Kepala Strategi Mata Uang di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Minori Uchida, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (23/10/2015).
Meskipun para pembuat kebijakan Federal Reserve AS telah mengatakan suku bunga bisa dinaikkan pada Desember, kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan menguatnya USD membuat banyak investor bertaruh bahwa Fed akan menunggu setidaknya sampai awal tahun depan sebelum mengerek suku bunga.
(Baca: Rupiah Berpeluang Reli Didukung Paket Kebijakan)
(rna)