BNI Syariah Bukukan Pertumbuhan Aset Lampaui Industri
A
A
A
JAKARTA - Hingga September 2015, BNI Syariah membukukan kinerja yang cukup bagus mengikuti induk usahanya. Kinerja keuangan perseroan mengalami kenaikan, terlihat dari aset yang membengkak 23,13% menjadi Rp22,7 triliun.
Pertumbuhan aset perseroan diyakini masih akan lebih tinggi dari rata-rata industri. Hingga akhir tahun 2015 nilai aset industri akan maksimal 12%, sedangkan perseroan masih dapat mencapai 20%.
Presiden Direktur BNI Syariah. Dinno Indiano mengatakan, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan aset dengan dukungan kenaikan laba bersih sebesar 50,7%. Hingga kuartal III 2015 laba bersih tercatat sebanyak Rp156,6 miliar, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp103,9 miliar. Kenaikan laba tersebut disebabkan karena peningkatan pendapatan setelah distribusi bagi hasil lebih tinggi dari beban operasional.
"Pendapatan setelah distribusi bagi hasil mengalami kenaikan 34,26% menjadi Rp 1,171 triliun. Sedangkan untuk beban operasional menjadi Rp1,01 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp732,9 miliar," ujar Dinno dalam siaran persnya, Jumat (23/10/2015).
Dia menjelaskan mesin pertumbuhan yang menjadi tumpuan perseroan dari kenaikan pembiayaan sebesar 20,5% menjadi Rp16,9 triliun. Dari total pembiayaan sebagian besar merupakan pembiayaan cabang reguler yang meliputi pembiayaan konsumtif sebesar 53,92%, pembiayaan produktif 22,41%, dan pembiayaan komersial 15,25%.
Sementara pembiayaan mikro dan kartu Hasanah Card masing-masing berkontribusi 6,2% dan 2,3% dari total pembiayaan. "Pembiayaan konsumtif yang menyumbang mayoritas pembiayaan BNI Syariah, didominasi oleh pembiayaan Griya Ib Hasanah, yaitu dengan komposisi sebesar 85,44%," ujarnya.
Tidak hanya itu, dengan pembiayaan yang mengalami kenaikan, tercatat dana pihak ketiga (DPK) juga naik 26,77% menjadi Rp18,9 triliun. Kenaikan DPK ini sebanyak 56,07% merupakan deposito. Sisanya, 35% tabungan dan 8,7% berupa giro. Rasio permodalan dalam Capital Adequacy Ratio (CAR) per September 2014 sebesar 19,35% menjadi 15.38%. Dengan tergerusnya CAR, pihaknya akan memikirkan tambahan modal, bisa dari induk atau melalui mekanisme strategic partner
Sementara kenaikan non performing fund (NPF) atau rasio kredit macet secara year on year menjadi 2,54% dari periode yang sama tahun lalu 1,99%.
Dinno mengatakan, akan menjaga NPF dengan berbagai kebijakan yang dapat menahan laju NPF naik ke atas. "Kami terus berusaha menjaga NPF untuk dipertahankan supaya kebijakan prudent dengan prosedur pembiayaan pruden sampai pencairan kebijakan dijalankan secara konsisten. Secara industri kami masih lebih baik dalam menjaga NPF, " tandasnya.
Pertumbuhan aset perseroan diyakini masih akan lebih tinggi dari rata-rata industri. Hingga akhir tahun 2015 nilai aset industri akan maksimal 12%, sedangkan perseroan masih dapat mencapai 20%.
Presiden Direktur BNI Syariah. Dinno Indiano mengatakan, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan aset dengan dukungan kenaikan laba bersih sebesar 50,7%. Hingga kuartal III 2015 laba bersih tercatat sebanyak Rp156,6 miliar, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp103,9 miliar. Kenaikan laba tersebut disebabkan karena peningkatan pendapatan setelah distribusi bagi hasil lebih tinggi dari beban operasional.
"Pendapatan setelah distribusi bagi hasil mengalami kenaikan 34,26% menjadi Rp 1,171 triliun. Sedangkan untuk beban operasional menjadi Rp1,01 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp732,9 miliar," ujar Dinno dalam siaran persnya, Jumat (23/10/2015).
Dia menjelaskan mesin pertumbuhan yang menjadi tumpuan perseroan dari kenaikan pembiayaan sebesar 20,5% menjadi Rp16,9 triliun. Dari total pembiayaan sebagian besar merupakan pembiayaan cabang reguler yang meliputi pembiayaan konsumtif sebesar 53,92%, pembiayaan produktif 22,41%, dan pembiayaan komersial 15,25%.
Sementara pembiayaan mikro dan kartu Hasanah Card masing-masing berkontribusi 6,2% dan 2,3% dari total pembiayaan. "Pembiayaan konsumtif yang menyumbang mayoritas pembiayaan BNI Syariah, didominasi oleh pembiayaan Griya Ib Hasanah, yaitu dengan komposisi sebesar 85,44%," ujarnya.
Tidak hanya itu, dengan pembiayaan yang mengalami kenaikan, tercatat dana pihak ketiga (DPK) juga naik 26,77% menjadi Rp18,9 triliun. Kenaikan DPK ini sebanyak 56,07% merupakan deposito. Sisanya, 35% tabungan dan 8,7% berupa giro. Rasio permodalan dalam Capital Adequacy Ratio (CAR) per September 2014 sebesar 19,35% menjadi 15.38%. Dengan tergerusnya CAR, pihaknya akan memikirkan tambahan modal, bisa dari induk atau melalui mekanisme strategic partner
Sementara kenaikan non performing fund (NPF) atau rasio kredit macet secara year on year menjadi 2,54% dari periode yang sama tahun lalu 1,99%.
Dinno mengatakan, akan menjaga NPF dengan berbagai kebijakan yang dapat menahan laju NPF naik ke atas. "Kami terus berusaha menjaga NPF untuk dipertahankan supaya kebijakan prudent dengan prosedur pembiayaan pruden sampai pencairan kebijakan dijalankan secara konsisten. Secara industri kami masih lebih baik dalam menjaga NPF, " tandasnya.
(dmd)