USD Dalam Tekanan, Rupiah Dibuka Menawan
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka menawan terhadap dolar Amerika Serikat (USD) karena mata uang negara Paman Sam tersebut berada dalam tekanan menjelang pertemua Federal Reserve (The Fed).
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.626/USD, menguat 17 poin dari posisi kemarin di Rp13.643/USD.
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada angka Rp13.632/USD. Posisi tersebut membaik 41 poin dibanding posisi kemarin di Rp13.673/USD.
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level 13.607/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke Rp13.640/USD. Posisi ini menguat tipis 8 poin dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.648/USD.
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.649/USD. Posisi ini positif 19 poin dibanding sebelumnya di level Rp13.668/USD.
Sementara USD berada di bawah tekanan pada Selasa setelah mengecewakannya data penjualan rumah di AS, sehingga mendorong imbal hasil obligasi menurun dan meningkatkan spekulasi investor bahwa The Fed akan memilih untuk menaikkan suku bunga sebelum akhir tahun ini.
Data yang dirilis pada Senin menunjukkan penjualan rumah AS untuk keluarga tunggal jatuh mendekati level terendah satu tahun pada September setelah naik selama dua bulan berturut-turut.
Data yang mengecewakan mendukung ekspektasi bahwa bank sentral AS akan meninggalkan suku bunga mendekati nol pada Rabu, pada penutupan pertemuan dua hari mendatang.
Dikutip dari Reuters, terhadap mitra Jepang, USD merosot sekitar 0,2% menjadi 120,89, menjelang pertemuan Bank Sentral Jepang (BOJ) pada akhir pekan ini.
Sementara mayoritas pejabat Bank Sentral Jepang akan lebih memilih untuk menunda meningkatkan program stimulusnya. Semenetara poyeksi kebijakan moneter yang berbeda mendukung USD terhadap euro, yang berada di 1,1057.
Investor meperkirakan Bank Sentral Eropa (ECB) memperluas atau memperpanjang program pembelian aset untuk mendukung ekonomi zona Eropa. (Baca: Pelemahan Rupiah Diprediksi Bisa Membesar)
Indeks USD terhadap enam mata uang rival, turun 0,1% ke 94,769. Sementara imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun berada di 2,054% pada perdagangan Asia, dibandingkan dengan penutupan Rabu pekan lalu di 2,058%.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.626/USD, menguat 17 poin dari posisi kemarin di Rp13.643/USD.
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada angka Rp13.632/USD. Posisi tersebut membaik 41 poin dibanding posisi kemarin di Rp13.673/USD.
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level 13.607/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke Rp13.640/USD. Posisi ini menguat tipis 8 poin dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.648/USD.
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.649/USD. Posisi ini positif 19 poin dibanding sebelumnya di level Rp13.668/USD.
Sementara USD berada di bawah tekanan pada Selasa setelah mengecewakannya data penjualan rumah di AS, sehingga mendorong imbal hasil obligasi menurun dan meningkatkan spekulasi investor bahwa The Fed akan memilih untuk menaikkan suku bunga sebelum akhir tahun ini.
Data yang dirilis pada Senin menunjukkan penjualan rumah AS untuk keluarga tunggal jatuh mendekati level terendah satu tahun pada September setelah naik selama dua bulan berturut-turut.
Data yang mengecewakan mendukung ekspektasi bahwa bank sentral AS akan meninggalkan suku bunga mendekati nol pada Rabu, pada penutupan pertemuan dua hari mendatang.
Dikutip dari Reuters, terhadap mitra Jepang, USD merosot sekitar 0,2% menjadi 120,89, menjelang pertemuan Bank Sentral Jepang (BOJ) pada akhir pekan ini.
Sementara mayoritas pejabat Bank Sentral Jepang akan lebih memilih untuk menunda meningkatkan program stimulusnya. Semenetara poyeksi kebijakan moneter yang berbeda mendukung USD terhadap euro, yang berada di 1,1057.
Investor meperkirakan Bank Sentral Eropa (ECB) memperluas atau memperpanjang program pembelian aset untuk mendukung ekonomi zona Eropa. (Baca: Pelemahan Rupiah Diprediksi Bisa Membesar)
Indeks USD terhadap enam mata uang rival, turun 0,1% ke 94,769. Sementara imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun berada di 2,054% pada perdagangan Asia, dibandingkan dengan penutupan Rabu pekan lalu di 2,058%.
(rna)