DBS Ramal Rupiah Masih Tertekan Tahun Depan
A
A
A
JAKARTA - DBS Group Research meramalkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) masih akan tertekan pada tahun depan. Itu akibat masih berlanjutnya kebijakan pelonggaran kuantitatif (QE) oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BOJ).
Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi mengemukakan, jika banyak uang yang dicetak melalui kebijakan pelonggaran kuantitatif akan membuat nilainya menjadi tergerus. Sementara, USD masih tetap perkasa.
"Secara teori, kalau begitu banyak uang dicetak maka nilainya menurun. Secara relatif, nilai mata uang yen dan euro melemah terhadap USD," ujarnya di Jakarta, Selasa (27/10/2015).
Dia menjelaskan, kondisi yen yang melemah memengaruhi mata uang negara lain di sekitarnya termasuk rupiah. (Baca: Mata Uang Negara ASEAN Ini Paling Kuat Lawan USD)
"Dampaknya ke Indonesia simpel, USD menguat, yen melemah, mata uang Asia akan bergerak di tengah. Tidak sekuat USD, tapi tidak selemah yen dan euro," jelas Gundy.
Faktor yang menghantui rupiah diramal masih berasal dari perbedaan kebijakan moneter di Amerika Serrikat (AS), Eropa, dan Jepang sebagai pemilik tiga mata uang raksasa.
Sementara itu, lanjut dia, kekhawatiran naiknya suku bunga acuan Bank Sentral AS (Fed rate) tidak terlalu berpengaruh signifikan pada tahun depan.
"Bank Sentral Eropa akan terus cetak uang, beda dengan AS yang akan perketat kebijakan moneter. Jadi walaupun The Fed tunda menaikkan suku bunga sampai tahun depan, USD menguat terus ke yen dan euro," kata Gundy.
Kendati demikian, dia belum bisa memperkirakan secara rinci akan bergerak di level berapa nilai tukar rupiah pada 2016.
"Kita akan sampaikan nanti, masih dihitung ulang, ada sedikit revisi," tandasnya.
Baca:
Yen Berkibar, Rupiah Ditutup Bersinar
Rupiah Siang Ini Perkasa, IHSG Merah Merona
USD Dalam Tekanan, Rupiah Dibuka Menawan
Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi mengemukakan, jika banyak uang yang dicetak melalui kebijakan pelonggaran kuantitatif akan membuat nilainya menjadi tergerus. Sementara, USD masih tetap perkasa.
"Secara teori, kalau begitu banyak uang dicetak maka nilainya menurun. Secara relatif, nilai mata uang yen dan euro melemah terhadap USD," ujarnya di Jakarta, Selasa (27/10/2015).
Dia menjelaskan, kondisi yen yang melemah memengaruhi mata uang negara lain di sekitarnya termasuk rupiah. (Baca: Mata Uang Negara ASEAN Ini Paling Kuat Lawan USD)
"Dampaknya ke Indonesia simpel, USD menguat, yen melemah, mata uang Asia akan bergerak di tengah. Tidak sekuat USD, tapi tidak selemah yen dan euro," jelas Gundy.
Faktor yang menghantui rupiah diramal masih berasal dari perbedaan kebijakan moneter di Amerika Serrikat (AS), Eropa, dan Jepang sebagai pemilik tiga mata uang raksasa.
Sementara itu, lanjut dia, kekhawatiran naiknya suku bunga acuan Bank Sentral AS (Fed rate) tidak terlalu berpengaruh signifikan pada tahun depan.
"Bank Sentral Eropa akan terus cetak uang, beda dengan AS yang akan perketat kebijakan moneter. Jadi walaupun The Fed tunda menaikkan suku bunga sampai tahun depan, USD menguat terus ke yen dan euro," kata Gundy.
Kendati demikian, dia belum bisa memperkirakan secara rinci akan bergerak di level berapa nilai tukar rupiah pada 2016.
"Kita akan sampaikan nanti, masih dihitung ulang, ada sedikit revisi," tandasnya.
Baca:
Yen Berkibar, Rupiah Ditutup Bersinar
Rupiah Siang Ini Perkasa, IHSG Merah Merona
USD Dalam Tekanan, Rupiah Dibuka Menawan
(rna)