Bahaya jika Jokowi Terima Tawaran AS Gabung TPP
A
A
A
JAKARTA - Ketua Koalisi Anti Utang (KAU) Dani Setiawan mengatakan, jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima tawaran Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama agar Indonesia bergabung dalam Tras-Pacific Partnership (TPP) akan menjadi ancaman.
Obama saat ini tengah menawarkan Indonesia untuk masuk dalam TPP lewat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat. Jika bergabung dalam TPP, maka daya saing industri nasional dan pelaku usaha domestik dalam negeri masih sangat rendah.
Sebelumnya, tawaran yang sama pernah dilakukan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun SBY tidak menerima tawaran tersebut. (Baca:Jokowi: RI Akan Bergabung dengan Kemitraan Trans Pasifik).
"Ada hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum pemerintah Indonesia memutuskan bergabung dengan TPP yakni dari segi geopolitik dan geoekonomi di tingkat regional antara AS dan China. Ini ancaman kalau sampai Indonesia ikut, karena daya saing industri kita untuk domestik masih rendah," jelasnya di Jakarta, Rabu (28/10/2015).
Saat ini, kata Dani, kedua negara dengan ekonomi kuat ini memperebutkan pasar berkembang di kawasan Asia-Pasifik. Bahkan, China sejak 2008 sudah menguasai pasar Asia-Pasifik dan pasar Amerika dari sisi manufaktur.
"Amerika itu tidak mau kehilangan momentum dengan melihat pasar yang sedang berkembang di Indonesia. Di China khususnya di Asia Tenggara yang sangat dinamis, lalu di Pasifik meski sebenarnya pertumbuhannya sangat kecil," kata dia.
Menurutnya, Indonesia ditawari perjanjian perdagangan bebas liberalisasi dengan kawasan-kawasan negara maju, bakal membuat Indonesia tidak bisa bersaing dan jadi bumerang untuk domestik.
"Di MEA, kita masih belum begitu siap sebetulnya. Apalagi ketika ditawari perjanjian perdagangan bebas liberalisasi perdagangan dengan kawasan-kawasan yang pertumbuhnanya dan kapasitas ekonominya sangat besar dan kapasitas industrinya lebih maju," tandas dia.
Obama saat ini tengah menawarkan Indonesia untuk masuk dalam TPP lewat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat. Jika bergabung dalam TPP, maka daya saing industri nasional dan pelaku usaha domestik dalam negeri masih sangat rendah.
Sebelumnya, tawaran yang sama pernah dilakukan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun SBY tidak menerima tawaran tersebut. (Baca:Jokowi: RI Akan Bergabung dengan Kemitraan Trans Pasifik).
"Ada hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum pemerintah Indonesia memutuskan bergabung dengan TPP yakni dari segi geopolitik dan geoekonomi di tingkat regional antara AS dan China. Ini ancaman kalau sampai Indonesia ikut, karena daya saing industri kita untuk domestik masih rendah," jelasnya di Jakarta, Rabu (28/10/2015).
Saat ini, kata Dani, kedua negara dengan ekonomi kuat ini memperebutkan pasar berkembang di kawasan Asia-Pasifik. Bahkan, China sejak 2008 sudah menguasai pasar Asia-Pasifik dan pasar Amerika dari sisi manufaktur.
"Amerika itu tidak mau kehilangan momentum dengan melihat pasar yang sedang berkembang di Indonesia. Di China khususnya di Asia Tenggara yang sangat dinamis, lalu di Pasifik meski sebenarnya pertumbuhannya sangat kecil," kata dia.
Menurutnya, Indonesia ditawari perjanjian perdagangan bebas liberalisasi dengan kawasan-kawasan negara maju, bakal membuat Indonesia tidak bisa bersaing dan jadi bumerang untuk domestik.
"Di MEA, kita masih belum begitu siap sebetulnya. Apalagi ketika ditawari perjanjian perdagangan bebas liberalisasi perdagangan dengan kawasan-kawasan yang pertumbuhnanya dan kapasitas ekonominya sangat besar dan kapasitas industrinya lebih maju," tandas dia.
(izz)