Harga Semen Dipangkas, Laba Bersih Semen Indonesia Merosot
A
A
A
JAKARTA - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,2 triliun selama sembilan bulan tahun ini. Angka ini merosot 21,6% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,08 triliun.
Direktur Utama Semen Indonesia Suparni mengemukakan, salah satu faktor yang menyebabkan laba bersih perseroan menurun, yaitu dipangkasnya harga semen oleh pemerintah. Hal itu ditambah menurunnya jumlah permintaan pada semester I secara industri.
"Harga semen turun Rp3.000, (tapi) kalau tidak ada itu (penurunan), pendapatan kita naik. Kalau kita lihat pendapatan, volume, dan harga rata-rata dibandingkan tahun lalu tidak berubah," ujarnya di Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Suparni menyampaikan, pendapatan perseroan turun 1,26% dari Rp19,35 triliun pada tahun lalu menjadi Rp19,11 triliun. Sementara volume penjualan juga merosot 1,9% menjadi 20,29 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 20,69 juta ton.
"Volume penjualan di semester II lebih baik daripada sampai akhir Juli, yang turunnya 4,7% dari keseluruhan industri yang minus 3,9%," jelas dia.
Kendati demikian, permintaan terhadap semen secara nasional mulai meningkat mulai Agustus lalu, sehingga volume penjualan perseroan mulai merangkak naik.
"Tapi mulai Agustus, permintaan meningkat hingga ada kenaikan 17,8% per September, ada kenaikan juga sampai Oktober. Mulai Agustus, belanja infrastruktur mulai jalan, sehingga secara keseluruhan konsumsi domestik naik," kata Suparni.
Proyeksi ke depannya, lanjut dia, untuk laba bersih masih akan tetap tertekan hingga tutup tahun. Pasalnya, belum bisa menutup anjloknya kinerja di enam bulan pertama tahun ini. Di sisi lain, volume penjualan diprediksi akan meningkat.
"Sekarang laba bersih minus 20%, akhir tahun tetap minus 14%-15% karena situasi di semester I sangat berat. Harapannya akhir tahun untuk vokume bisa plus 0,5%," tandasnya.
Direktur Utama Semen Indonesia Suparni mengemukakan, salah satu faktor yang menyebabkan laba bersih perseroan menurun, yaitu dipangkasnya harga semen oleh pemerintah. Hal itu ditambah menurunnya jumlah permintaan pada semester I secara industri.
"Harga semen turun Rp3.000, (tapi) kalau tidak ada itu (penurunan), pendapatan kita naik. Kalau kita lihat pendapatan, volume, dan harga rata-rata dibandingkan tahun lalu tidak berubah," ujarnya di Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Suparni menyampaikan, pendapatan perseroan turun 1,26% dari Rp19,35 triliun pada tahun lalu menjadi Rp19,11 triliun. Sementara volume penjualan juga merosot 1,9% menjadi 20,29 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 20,69 juta ton.
"Volume penjualan di semester II lebih baik daripada sampai akhir Juli, yang turunnya 4,7% dari keseluruhan industri yang minus 3,9%," jelas dia.
Kendati demikian, permintaan terhadap semen secara nasional mulai meningkat mulai Agustus lalu, sehingga volume penjualan perseroan mulai merangkak naik.
"Tapi mulai Agustus, permintaan meningkat hingga ada kenaikan 17,8% per September, ada kenaikan juga sampai Oktober. Mulai Agustus, belanja infrastruktur mulai jalan, sehingga secara keseluruhan konsumsi domestik naik," kata Suparni.
Proyeksi ke depannya, lanjut dia, untuk laba bersih masih akan tetap tertekan hingga tutup tahun. Pasalnya, belum bisa menutup anjloknya kinerja di enam bulan pertama tahun ini. Di sisi lain, volume penjualan diprediksi akan meningkat.
"Sekarang laba bersih minus 20%, akhir tahun tetap minus 14%-15% karena situasi di semester I sangat berat. Harapannya akhir tahun untuk vokume bisa plus 0,5%," tandasnya.
(rna)