USD Berkuasa Pascakomentar Yellen, Rupiah Dibuka Sengsara
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka sengsara, di tengah berkuasanya dolar Amerika Serikat (USD) terhadap mata uang dunia pascakomenter Gubernur Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen.
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp13.565/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke Rp13.599/USD. Posisi ini negatif dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.548/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.603/USD, terdepresiasi 142 poin dari posisi kemarin di Rp13.461/USD.
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada Rp13.611/USD. Posisi tersebut melemah 96 poin dibanding posisi kemarin di Rp13.515/USD. (Baca: Rupiah Diharapkan Bertahan di Zona Hijau)
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas juga berada pada level Rp13.611/USD. Posisi ini memburuk 81 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.530/USD.
Sementara USD berada pada level tertinggi tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang utama pada hari ini menyusul melonjaknya imba hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) karena Federal Reserve (The Fed) kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga pada Desember 2015.
Dalam komentar publik pertamanya sejak pertemuan Fed pekan lalu, Gubernur The Fed Janet Yellen menyatakan siap untuk menaikkan suku bunga. Gubernur Fed New York William Dudley mendukung kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini.
Sementara imbal hasil obligasi melonjak, mengakibatkan USD mencapai level tertinggi dua bulan terhadap yen ke 121,72. Indeks USD mencapai rekor tertinggi tiga bulan pada 98,054. Posisi itu naik dari level baru-baru ini pada 97,871, masih naik lebih dari 4% dalam tiga pekan.
Namun, beberapa analis memperingatkan naiknya USD dibayagi oleh laporan pekerja bulanan AS. "Bagaimanapun The Fed tetap tergantung data dan dalam waktu dekat masih ada risiko terkoreksinya USD menjelang laporan pekerjaan pada Jumat," kata analis di BNP Paribasdalam sebuah catatanya, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (5/11/2015).
Adapun dolar Australia merosot ke 0,7151/USD, menjauhi level tertinggi satu pekan di 0,7224. Dolar Selandia Baru mencapai titik terendah satu bulan pada 0,6574/USD. begitu juga dengan poundsterling mengalami kerugian moderat terhadap USD, tergelincir ke 1,5382.
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp13.565/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke Rp13.599/USD. Posisi ini negatif dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.548/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.603/USD, terdepresiasi 142 poin dari posisi kemarin di Rp13.461/USD.
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada Rp13.611/USD. Posisi tersebut melemah 96 poin dibanding posisi kemarin di Rp13.515/USD. (Baca: Rupiah Diharapkan Bertahan di Zona Hijau)
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas juga berada pada level Rp13.611/USD. Posisi ini memburuk 81 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.530/USD.
Sementara USD berada pada level tertinggi tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang utama pada hari ini menyusul melonjaknya imba hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) karena Federal Reserve (The Fed) kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga pada Desember 2015.
Dalam komentar publik pertamanya sejak pertemuan Fed pekan lalu, Gubernur The Fed Janet Yellen menyatakan siap untuk menaikkan suku bunga. Gubernur Fed New York William Dudley mendukung kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini.
Sementara imbal hasil obligasi melonjak, mengakibatkan USD mencapai level tertinggi dua bulan terhadap yen ke 121,72. Indeks USD mencapai rekor tertinggi tiga bulan pada 98,054. Posisi itu naik dari level baru-baru ini pada 97,871, masih naik lebih dari 4% dalam tiga pekan.
Namun, beberapa analis memperingatkan naiknya USD dibayagi oleh laporan pekerja bulanan AS. "Bagaimanapun The Fed tetap tergantung data dan dalam waktu dekat masih ada risiko terkoreksinya USD menjelang laporan pekerjaan pada Jumat," kata analis di BNP Paribasdalam sebuah catatanya, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (5/11/2015).
Adapun dolar Australia merosot ke 0,7151/USD, menjauhi level tertinggi satu pekan di 0,7224. Dolar Selandia Baru mencapai titik terendah satu bulan pada 0,6574/USD. begitu juga dengan poundsterling mengalami kerugian moderat terhadap USD, tergelincir ke 1,5382.
(rna)