JK Beberkan Reformasi Kebijakan Investasi di APEC
A
A
A
JAKARTA - Rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Filipina dimanfaatkan delegasi Indonesia untuk mempromosikan kemajuan-kemajuan yang telah dilakukan pemerintah.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) dalam CEO Summit menyampaikan berbagai update mengenai Indonesia termasuk reformasi kemudahan kebijakan perizinan investasi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, yang mendampingi Wakil Presiden RI menyampaikan bahwa dialog tersebut digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai potensi investasi serta perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan investasi.
“Dalam kondisi perekonomian yang tidak menentu, aliran modal dalam bentuk investasi FDI menjadi salah satu hal yang diharapkan dapat berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resminya kepada pers, Rabu (18/11/2015).
Franky menuturkan, Wapres JK dalam dialog dengan tema “Securing Growth in a Volatile World: What is To Be Done?” menyampaikan paparannya bersama dengan pemimpin-pemimpin negara ekonomi APEC, seperti Australia, Kanada, Meksiko dan Singapura.
Negara-negara tersebut merupakan negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup progresif di tengah kondisi yang tidak menentu. Dari data Bank Dunia pada 2014, Australia tumbuh 2,5%, Kanada 2,5%, Meksiko 2,1% dan Singapura 2,9%.
“Jadi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,73%, maka Indonesia merupakan salah satu negara yang ekonomi APEC yang berada di posisi papan atas. Hanya RRT, APEC economies yang pertumbuhan ekonominay berada di atas Indonesia,” papar dia.
Beberapa hal yang disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di antaranya mengenai perbaikan layanan investasi, paket-paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah serta kemudahan berupa percepatan prosedur dan insentif investasi yang diberikan kepada investor.
Selain pertemuan CEO Summit, Wakil Presiden RI, Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara mitra dagang.
Seperti diketahui, realisasi investasi negara-negara yang tergabung dalam Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) masih mendominasi arus investasi yang masuk ke Indonesia. Berdasarkan data realisasi investasi BKPM, dalam lima tahun terakhir dari 20 negara teratas, anggota ekonomi APEC berkontribusi hingga 77,5% dengan nilai mencapai USD76 miliar.
BKPM mencatat, realisasi investasi periode 2010-September 2015 dari Singapura mencapai USD29,6 Miliar, Jepang USD14,6 Miliar, Amerika Serikat USD8,25 Miliar, Korea Selatan USD7,83 Miliar, dan Malaysia USD7,02 Miliar.
Sementara itu, realisasi investasi dari negara-negara anggota APEC lainnya adalah Australia sebesar UD2,08 Miliar, China USD1,94 Miliar, Taiwan USD1,54 Miliar, Thailand USD792 Juta, dan Kanada USD517 Juta. Dari tahun ke tahun, tren realisasi investasi dari negara APEC juga menunjukkan hal yang positif.
Posisi realisasi investasi negara APEC pada 2010 yang mencapai USD9,2 miliar meningkat menjadi USD10,5 miliar pada 2011, kemudian kembali meningkat menjadi USD12,8 miliar pada 2012, serta meningkat cukup drastis menjadi USD16,1 miliar pada 2013 dan USD15,1 miliar pada 2014. Sementara posisi pada 2015 hingga September mencapai USD11,9 miliar.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) dalam CEO Summit menyampaikan berbagai update mengenai Indonesia termasuk reformasi kemudahan kebijakan perizinan investasi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, yang mendampingi Wakil Presiden RI menyampaikan bahwa dialog tersebut digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai potensi investasi serta perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan investasi.
“Dalam kondisi perekonomian yang tidak menentu, aliran modal dalam bentuk investasi FDI menjadi salah satu hal yang diharapkan dapat berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resminya kepada pers, Rabu (18/11/2015).
Franky menuturkan, Wapres JK dalam dialog dengan tema “Securing Growth in a Volatile World: What is To Be Done?” menyampaikan paparannya bersama dengan pemimpin-pemimpin negara ekonomi APEC, seperti Australia, Kanada, Meksiko dan Singapura.
Negara-negara tersebut merupakan negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup progresif di tengah kondisi yang tidak menentu. Dari data Bank Dunia pada 2014, Australia tumbuh 2,5%, Kanada 2,5%, Meksiko 2,1% dan Singapura 2,9%.
“Jadi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,73%, maka Indonesia merupakan salah satu negara yang ekonomi APEC yang berada di posisi papan atas. Hanya RRT, APEC economies yang pertumbuhan ekonominay berada di atas Indonesia,” papar dia.
Beberapa hal yang disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di antaranya mengenai perbaikan layanan investasi, paket-paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah serta kemudahan berupa percepatan prosedur dan insentif investasi yang diberikan kepada investor.
Selain pertemuan CEO Summit, Wakil Presiden RI, Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara mitra dagang.
Seperti diketahui, realisasi investasi negara-negara yang tergabung dalam Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) masih mendominasi arus investasi yang masuk ke Indonesia. Berdasarkan data realisasi investasi BKPM, dalam lima tahun terakhir dari 20 negara teratas, anggota ekonomi APEC berkontribusi hingga 77,5% dengan nilai mencapai USD76 miliar.
BKPM mencatat, realisasi investasi periode 2010-September 2015 dari Singapura mencapai USD29,6 Miliar, Jepang USD14,6 Miliar, Amerika Serikat USD8,25 Miliar, Korea Selatan USD7,83 Miliar, dan Malaysia USD7,02 Miliar.
Sementara itu, realisasi investasi dari negara-negara anggota APEC lainnya adalah Australia sebesar UD2,08 Miliar, China USD1,94 Miliar, Taiwan USD1,54 Miliar, Thailand USD792 Juta, dan Kanada USD517 Juta. Dari tahun ke tahun, tren realisasi investasi dari negara APEC juga menunjukkan hal yang positif.
Posisi realisasi investasi negara APEC pada 2010 yang mencapai USD9,2 miliar meningkat menjadi USD10,5 miliar pada 2011, kemudian kembali meningkat menjadi USD12,8 miliar pada 2012, serta meningkat cukup drastis menjadi USD16,1 miliar pada 2013 dan USD15,1 miliar pada 2014. Sementara posisi pada 2015 hingga September mencapai USD11,9 miliar.
(dmd)