ADB: Pertumbuhan Ekonomi Asia 2015 Tak Berubah
A
A
A
JAKARTA - Asia Development Bank (ADB) mengemukakan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia tidak berubah sebesar 5,8% pada 2015 dan 6,0% pada 2016.
Dalam laporan Asian Development Outlook Update, dipertahankannya proyeksi pertumbuhan untuk kawasan ini, terlihat dari perkiraan pertumbuhan untuk Republik Rakyat China (RRC) diimbangi revisi ke bawah perkiraan untuk Asia Tengah dan Pasifik.
"Prospek pertumbuhan untuk ekonomi industri besar juga telah diturunkan. Namun, meskipun kami telah melihat beberapa prospek regional yang lebih luas untuk pertumbuhan yang stabil," ujar Kepala Ekonom ADB Shang-Jin Wei, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (4/12/2015).
Dia menuturkan, pertumbuhan kawasan ini didukung konsumsi swasta yang hidup di RRC dan memperluas produksi industri di India dan negara-negara lainnya.
Pada saat yang sama, negara-negara yang bergantung pada komoditas juga terkena imbas dari kemerosotan harga global, dan pemulihan lebih lambat dari yang diperkirakan di AS dan kontraksi ekonomi di Jepang akan terus membebani prospek ekspor.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan Asia Timur juga dipertahankan pada level 6,0% untuk tahun 2015 dan 2016.
Menurut Shang-Jin Wei, RRC memprediksi pertumbuhan berada pada angka 6,9% tahun ini, atau sedikit lebih tinggi dari 6,8% yang diproyeksikan sebelumnya. "Meskipun kapasitas industri berlebih, namun ekonomi RRC tetap tangguh, didukung terutama oleh konsumsi dan jasa swasta," ungkapnya.
Di sisi lain, prospek Asia Selatan diprediksi tetap positif, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 6,9% pada 2015 dan 7,3% pada 2016. "Untuk pertumbuhan di India didukung pertumbuhan produksi industri, belanja modal publik, dan penjualan ritel," imbuhnya.
Prospek pertumbuhan untuk Asia Tenggara juga tidak berubah dari bulan September, yakni pada angka 4,4% pada 2015 dan 4,9% pada 2016. "Sedikit pelemahan untuk Indonesia, akibat dari lebih rendah dari perkiraan pencairan anggaran dan pelemahan di ekspor," ungkapnya.
Sementara prospek pertumbuhan untuk Asia Tengah pada 2015 dan 2016 telah diturunkan masing-masing menjadi 3,2% dan 3,7% dari 3,3% dan 4,2%.
Menurutnya, penurunan tersebut lantaran harga komoditas yang terus menerus rendah, terutama pada minyak dan gas, serta pemulihan yang lambat di Federasi Rusia.
"Importir energi seperti Armenia, Georgia, Republik Kyrgyz, Tajikistan, dan Uzbekistan melihat perlambatan konsumsi domestik sebagai akibat dari pengiriman uang yang lebih rendah, terutama dari Federasi Rusia," tandasnya.
Sementara ekonomi Pacific juga terlihat mencatatkan pertumbuhan di bawah perkiraan ADB, dengan keterlambatan dalam beberapa proyek investasi besar.
Dalam laporan Asian Development Outlook Update, dipertahankannya proyeksi pertumbuhan untuk kawasan ini, terlihat dari perkiraan pertumbuhan untuk Republik Rakyat China (RRC) diimbangi revisi ke bawah perkiraan untuk Asia Tengah dan Pasifik.
"Prospek pertumbuhan untuk ekonomi industri besar juga telah diturunkan. Namun, meskipun kami telah melihat beberapa prospek regional yang lebih luas untuk pertumbuhan yang stabil," ujar Kepala Ekonom ADB Shang-Jin Wei, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (4/12/2015).
Dia menuturkan, pertumbuhan kawasan ini didukung konsumsi swasta yang hidup di RRC dan memperluas produksi industri di India dan negara-negara lainnya.
Pada saat yang sama, negara-negara yang bergantung pada komoditas juga terkena imbas dari kemerosotan harga global, dan pemulihan lebih lambat dari yang diperkirakan di AS dan kontraksi ekonomi di Jepang akan terus membebani prospek ekspor.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan Asia Timur juga dipertahankan pada level 6,0% untuk tahun 2015 dan 2016.
Menurut Shang-Jin Wei, RRC memprediksi pertumbuhan berada pada angka 6,9% tahun ini, atau sedikit lebih tinggi dari 6,8% yang diproyeksikan sebelumnya. "Meskipun kapasitas industri berlebih, namun ekonomi RRC tetap tangguh, didukung terutama oleh konsumsi dan jasa swasta," ungkapnya.
Di sisi lain, prospek Asia Selatan diprediksi tetap positif, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 6,9% pada 2015 dan 7,3% pada 2016. "Untuk pertumbuhan di India didukung pertumbuhan produksi industri, belanja modal publik, dan penjualan ritel," imbuhnya.
Prospek pertumbuhan untuk Asia Tenggara juga tidak berubah dari bulan September, yakni pada angka 4,4% pada 2015 dan 4,9% pada 2016. "Sedikit pelemahan untuk Indonesia, akibat dari lebih rendah dari perkiraan pencairan anggaran dan pelemahan di ekspor," ungkapnya.
Sementara prospek pertumbuhan untuk Asia Tengah pada 2015 dan 2016 telah diturunkan masing-masing menjadi 3,2% dan 3,7% dari 3,3% dan 4,2%.
Menurutnya, penurunan tersebut lantaran harga komoditas yang terus menerus rendah, terutama pada minyak dan gas, serta pemulihan yang lambat di Federasi Rusia.
"Importir energi seperti Armenia, Georgia, Republik Kyrgyz, Tajikistan, dan Uzbekistan melihat perlambatan konsumsi domestik sebagai akibat dari pengiriman uang yang lebih rendah, terutama dari Federasi Rusia," tandasnya.
Sementara ekonomi Pacific juga terlihat mencatatkan pertumbuhan di bawah perkiraan ADB, dengan keterlambatan dalam beberapa proyek investasi besar.
(dmd)