Ekonomi RI Rawan, Mendag Lihat Harapan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong mengaku telah menaruh rasa pesimis dengan kondisi perekonomian di Indonesia sejak 2013. Bahkan, saat itu jauh sebelum dirinya menjabat sebagai pejabat di pemerintahan.
Rasa pesimisnya tersebut, dikatakannya lantaran melihat kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terus terperosok, guncangan yang terjadi dalam kondisi perekonomian global, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih belum menunjukkan perbaikan.
(Baca Juga: Menkeu Akui Ekonomi RI Tahun Ini Kurang Cerah)
"Saya pribadi terus terang dari 2013 sudah prihatin (dengan kondisi ekonomi RI), saya selalu memperingatkan bahwa ini berat. Saya pesimis rupiah, kondisi global, dan pertumbuhan," katanya dalam acara APINDO CEO's Gathering di Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (7/12/2015).
Namun, Lembong mengungkapkan bahwa mulai pertengahan tahun ini rasa pesimisnya tersebut mulai bergeser menjadi optimisme. Kendati kondisi perekonomian di Tanah Air masih cukup memprihatinkan, tetapi telah terjadi berbagai kemajuan yang juga dibarengi kondisi ekonomi global.
"Memang rupiah masih tertekan, ekonomi masih rawan, masih terjal. Tapi saya melihat bahwa sudah banyak kemajuan, sudah banyak sekali pembenahan," imbuh dia.
Lembong mengisahkan, dua tahun lalu terjadi krisis moneter besar-besaran di Eropa. Bahkan, International Monetary Fund (IMF) dan World Bank harus masuk agar negara di Eropa seperti Portugal, Irlandia, Spanyol tidak semakin ambruk. Saat itu juga, kondisi perekonomian di Amerika Serikat (AS) masih sangat lemah.
Namun krisis moneter tersebut memaksa pemerintah di Eropa mulai melakukan reformasi dan kini telah mulai menemukan kejayaannya kembali. "Dan kita lihat sekarang tumbuh lagi. Spanyol pertumbuhannya tinggi sekali, AS mengikuti dan kemungkinan kedepannya Fed akan naikkan suku bunga. Meski akan tekan kurs kita., tapi juga mencerminkan bahwa ekonomi AS mulai pulih," tandasnya.
Rasa pesimisnya tersebut, dikatakannya lantaran melihat kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terus terperosok, guncangan yang terjadi dalam kondisi perekonomian global, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih belum menunjukkan perbaikan.
(Baca Juga: Menkeu Akui Ekonomi RI Tahun Ini Kurang Cerah)
"Saya pribadi terus terang dari 2013 sudah prihatin (dengan kondisi ekonomi RI), saya selalu memperingatkan bahwa ini berat. Saya pesimis rupiah, kondisi global, dan pertumbuhan," katanya dalam acara APINDO CEO's Gathering di Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (7/12/2015).
Namun, Lembong mengungkapkan bahwa mulai pertengahan tahun ini rasa pesimisnya tersebut mulai bergeser menjadi optimisme. Kendati kondisi perekonomian di Tanah Air masih cukup memprihatinkan, tetapi telah terjadi berbagai kemajuan yang juga dibarengi kondisi ekonomi global.
"Memang rupiah masih tertekan, ekonomi masih rawan, masih terjal. Tapi saya melihat bahwa sudah banyak kemajuan, sudah banyak sekali pembenahan," imbuh dia.
Lembong mengisahkan, dua tahun lalu terjadi krisis moneter besar-besaran di Eropa. Bahkan, International Monetary Fund (IMF) dan World Bank harus masuk agar negara di Eropa seperti Portugal, Irlandia, Spanyol tidak semakin ambruk. Saat itu juga, kondisi perekonomian di Amerika Serikat (AS) masih sangat lemah.
Namun krisis moneter tersebut memaksa pemerintah di Eropa mulai melakukan reformasi dan kini telah mulai menemukan kejayaannya kembali. "Dan kita lihat sekarang tumbuh lagi. Spanyol pertumbuhannya tinggi sekali, AS mengikuti dan kemungkinan kedepannya Fed akan naikkan suku bunga. Meski akan tekan kurs kita., tapi juga mencerminkan bahwa ekonomi AS mulai pulih," tandasnya.
(akr)