UKM Perempuan Harus Tingkatkan Pengetahuan
A
A
A
JAKARTA - Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) perempuan diminta meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) melalui pengetahuan yang handal jika ingin bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
CEO Smartpreneur Pro Indonesia, Budi Isman menjelaskan, dari 10 negara yang menerapkan kebijakan MEA, UKM di Indonesia pada dasarnya sudah cukup siap menyambut perdagangan bebas tersebut. Meski demikian, ada hal yang harus ditingkatkan, terutama SDM melalui pengetahuan yang cukup.
"Bisnis UKM itu harus dilihat sumber daya utamanya, yaitu SDM, kita harus berpikir dari awal apa kekurangan dan kelebihan usaha kita, yang dibutuhkan adalah pendidikan untuk membangun SDM," ujarnya, dalam talk show bertema 'Kesiapan UKM Perempuan pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN' di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
Menurutnya, wilayah ASEAN mempunyai sejumlah kelebihan dibandingkan negara-negara lain di dunia. Misalnya, dari sisi ekonominya yang tumbuh secara pesat. Di sisi lain, wilayah ASEAN termasuk mempunyai jumlah penduduk yang terbesar di dunia. Hal ini menjadi kelebihan bagi Indonesia dengan penduduk dan wilayah geografisnya terbesar dibandingkan kawasan ASEAN.
"UKM perempuan jangan takut dengan adanya MEA, meskipun mereka akan melakukan penetrasi tapi kalau bisnis kita bagus pasti akan terus berkembang, jangan berharap dulu untuk go internasional, yang utama adalah mempertahankan pasar kita di Indonesia yang sudah cukup besar," tegasnya.
Berdasarkan data Smartpreneur, sebagian besar usaha di wilayah ASEAN atau mencapai 96% merupakan UKM. Hal ini mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru, karena 50-85% tenaga kerja berasal dari UKM. Sementara kontribusi terhadap produk domestic bruto (PDB) mencapai 19-31%.
"UKM penting untuk mengurangi pengangguran. Selain itu juga untuk pengembangan dan pemberdayaan perempuan maupun pemuda yang sejahtera, adil dan merata," tambahnya.
Budi menyatakan, UKM perempuan di Indonesia sudah cukup kompetitif dibandingkan negara lain di ASEAN. Dari kunjungannya ke sejumlah wilayah di Tanah Air, ada beberapa produk cukup potensial untuk dikembangkan hingga ke pasar internasional. Namun, yang harus diperhatikan pelaku usaha UKM untuk bisa berkembang yaitu, harga yang jelas, kemasan yang bagus dan diversifikasi produk yang tepat.
"Untuk itu pengetahuan dari pelaku usaha harus di-upgrade, mereka harus mau belajar sehingga tidak tertinggal dengan negara lain di ASEAN," tandasnya.
CEO Smartpreneur Pro Indonesia, Budi Isman menjelaskan, dari 10 negara yang menerapkan kebijakan MEA, UKM di Indonesia pada dasarnya sudah cukup siap menyambut perdagangan bebas tersebut. Meski demikian, ada hal yang harus ditingkatkan, terutama SDM melalui pengetahuan yang cukup.
"Bisnis UKM itu harus dilihat sumber daya utamanya, yaitu SDM, kita harus berpikir dari awal apa kekurangan dan kelebihan usaha kita, yang dibutuhkan adalah pendidikan untuk membangun SDM," ujarnya, dalam talk show bertema 'Kesiapan UKM Perempuan pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN' di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
Menurutnya, wilayah ASEAN mempunyai sejumlah kelebihan dibandingkan negara-negara lain di dunia. Misalnya, dari sisi ekonominya yang tumbuh secara pesat. Di sisi lain, wilayah ASEAN termasuk mempunyai jumlah penduduk yang terbesar di dunia. Hal ini menjadi kelebihan bagi Indonesia dengan penduduk dan wilayah geografisnya terbesar dibandingkan kawasan ASEAN.
"UKM perempuan jangan takut dengan adanya MEA, meskipun mereka akan melakukan penetrasi tapi kalau bisnis kita bagus pasti akan terus berkembang, jangan berharap dulu untuk go internasional, yang utama adalah mempertahankan pasar kita di Indonesia yang sudah cukup besar," tegasnya.
Berdasarkan data Smartpreneur, sebagian besar usaha di wilayah ASEAN atau mencapai 96% merupakan UKM. Hal ini mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru, karena 50-85% tenaga kerja berasal dari UKM. Sementara kontribusi terhadap produk domestic bruto (PDB) mencapai 19-31%.
"UKM penting untuk mengurangi pengangguran. Selain itu juga untuk pengembangan dan pemberdayaan perempuan maupun pemuda yang sejahtera, adil dan merata," tambahnya.
Budi menyatakan, UKM perempuan di Indonesia sudah cukup kompetitif dibandingkan negara lain di ASEAN. Dari kunjungannya ke sejumlah wilayah di Tanah Air, ada beberapa produk cukup potensial untuk dikembangkan hingga ke pasar internasional. Namun, yang harus diperhatikan pelaku usaha UKM untuk bisa berkembang yaitu, harga yang jelas, kemasan yang bagus dan diversifikasi produk yang tepat.
"Untuk itu pengetahuan dari pelaku usaha harus di-upgrade, mereka harus mau belajar sehingga tidak tertinggal dengan negara lain di ASEAN," tandasnya.
(dmd)