BI Khawatirkan Pelemahan Yuan
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) khawatir dengan yuan yang kembali mengalami pelemahan. Mata uang Negeri Panda itu turun diduga sebagai upaya China melakukan devaluasi.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyampaikan ketakutannya karena kondisi ini dapat berimbas pada mata uang lain di dunia termasuk Indonesia.
"Saya mengantisipasi karena kondisi menjelang FOMC (Federal Open Market Committee) meeting, Tiongkok (China) yang ekonominya melemah, dan kekhawatiran kalau ekonomi Tiongkok terus melemah itu kemungkinan devaluasi yuan akan ada lagi. Jadi ketakutan itu pasti ada," ujar Agus di Bank Indonesia, Kamis (10/12/2015)
Dia memandang hal ini akan terjadi hingga 2016. "Ini yang harus kita jaga terus, dan BI tetap berada di pasar apapun kondisinya," tegas Agus.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih tidak menyangka yuan akan kembali melemah, padahal sudah masuk dalam mata uang Special Drawing Rights (SDR)
"Saya enggak sangka. Seharusnya dengan yuan masuk SDR mestinya kewajiban dia menjadikan mata uangnya fleksibel," katanya.
Lana menduga, mereka melemahkan yuan dengan kebijakan moneter. Padahal, tidak boleh melemahkan langsung dengan kebijakan moneter. "Harusnya bisa dilakukan dengan Giro Wajib Minimum (GWM), turunkan bunga deposito atau kredit. Enggak boleh langsung," tandasnya.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyampaikan ketakutannya karena kondisi ini dapat berimbas pada mata uang lain di dunia termasuk Indonesia.
"Saya mengantisipasi karena kondisi menjelang FOMC (Federal Open Market Committee) meeting, Tiongkok (China) yang ekonominya melemah, dan kekhawatiran kalau ekonomi Tiongkok terus melemah itu kemungkinan devaluasi yuan akan ada lagi. Jadi ketakutan itu pasti ada," ujar Agus di Bank Indonesia, Kamis (10/12/2015)
Dia memandang hal ini akan terjadi hingga 2016. "Ini yang harus kita jaga terus, dan BI tetap berada di pasar apapun kondisinya," tegas Agus.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih tidak menyangka yuan akan kembali melemah, padahal sudah masuk dalam mata uang Special Drawing Rights (SDR)
"Saya enggak sangka. Seharusnya dengan yuan masuk SDR mestinya kewajiban dia menjadikan mata uangnya fleksibel," katanya.
Lana menduga, mereka melemahkan yuan dengan kebijakan moneter. Padahal, tidak boleh melemahkan langsung dengan kebijakan moneter. "Harusnya bisa dilakukan dengan Giro Wajib Minimum (GWM), turunkan bunga deposito atau kredit. Enggak boleh langsung," tandasnya.
(dmd)