Harga Minyak Dunia Terburuk Sejak 2009
A
A
A
NEW YORK - Harga minyak mentah terus memburuk pada perdagangan Jumat (11/12) waktu setempat dan Sabtu (12/12/2015) pagi WIB, ketika ditutup pada USD35,62 per barrel. Patokan minyak light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) jatuh sekira 5% hari ini dengan total 12% selama satu pekan terakhir dan merupakan tingkat terendah sejak Februari 2009.
Pelaku perdagangan minyak dan analis mengaku bingung dengan penuruhan harga minyak sejak 4 Desember lalu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) menggelar pertemuan. "Sangat sulit untuk menemukan penyebab apa yang terjadi. Laporan IEA (Badan Energi Internasional) menempatkan tekanan yang lebih besar kepada pasar," ucap broker likuiditas energi di New York, Peter Donovan seperti dilansir Reuters, Sabtu (12/12/2015).
Sementara kontrak berjangka minyak mentah Brent berkurang USD1,80 dolar atau 4,5% menjadi USD37,93 per barrel. Ini merupakan posisi terendah sejak krisis keuangan global 2008. IEA sendiri memperkirakan pasokan non-OPEC turun 600.000 barrel per hari pada tahun depan, karena penurunan produksi minyak serpih dari Amerika Utara.
"Konsumsi kemungkinan telah mencapai puncaknya pada kuartal ketiga sehingga permintaan semakin lambat dengan perkiraan 1,2 juta bpd (barel per hari) pada tahun 2016. Ini jug dampak dari harga minyak dunia yang terus jatuh," jelas IEA.
Pelaku perdagangan minyak dan analis mengaku bingung dengan penuruhan harga minyak sejak 4 Desember lalu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) menggelar pertemuan. "Sangat sulit untuk menemukan penyebab apa yang terjadi. Laporan IEA (Badan Energi Internasional) menempatkan tekanan yang lebih besar kepada pasar," ucap broker likuiditas energi di New York, Peter Donovan seperti dilansir Reuters, Sabtu (12/12/2015).
Sementara kontrak berjangka minyak mentah Brent berkurang USD1,80 dolar atau 4,5% menjadi USD37,93 per barrel. Ini merupakan posisi terendah sejak krisis keuangan global 2008. IEA sendiri memperkirakan pasokan non-OPEC turun 600.000 barrel per hari pada tahun depan, karena penurunan produksi minyak serpih dari Amerika Utara.
"Konsumsi kemungkinan telah mencapai puncaknya pada kuartal ketiga sehingga permintaan semakin lambat dengan perkiraan 1,2 juta bpd (barel per hari) pada tahun 2016. Ini jug dampak dari harga minyak dunia yang terus jatuh," jelas IEA.
(akr)