Impor Perhiasan RI Melonjak 607%
A
A
A
JAKARTA - Neraca perdagangan pada November 2015 kembali defisit ditopang meningkatnya impor dan menurunnya kinerja ekspor. Salah satu kelompok komoditas impor yang mengalami lonjakan tertinggi adalah perhiasan/permata yang naik hingga 607,3% secara bulanan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, impor pada November mencapai USD11,5 miliar atau naik sebesar 3,6% dibanding Oktober 2015. Impor migas mengalami penurunan 6,9% karena menurunnya impor hasil minyak minus 10,2% dan impor gas minus 17%. "Sementara untuk non-migas terjadi peningkatan (impor) 5,6%," kata Suryamin di kantornya, Selasa (15/12/2015).
Dia menuturkan, tiga komoditas yang mengalami pertumbuhan impor tertinggi adalah perhiasan/permata yang naik menjadi USD255,7 juta atau naik 607,3%, serelia/biji-bijian naik USD128,4 juta atau naik 58,9%, dan besi dan baja yang naik USD146 juta atau naik 17,6%.
Berdasarkan data BPS yang diperoleh, melonjaknya nilai impor perhiasan/permata pada November didorong oleh impor emas batangan SA metalor dengan kadar kemurnian 99,99%. Emas seberat 8 ribu ton itu diproduksi oleh perusahaan yang berinduk di Swiss dan diimpor dengan nilai USD291,7 juta.
"Jumlah tersebut mencapai 98,23% dari total impor kelompok perhiasan/permata sebesar USD297 juta. Sepanjang tahun ini, emas batangan tersebut sudah diimpor sebanyak 17 ribu ton dengan nilai USD603,4 juta," katanya.
Adapun komoditas perhiasan/permata lainnya yang diimpor pada November adalah kawat emas Heraeus senilai USD1,1 juta, material Silver-Flo 55 senilai USD620 ribu, kawat emas senilai USD574 ribu, anting Melissa Statement USD405 ribu, dan sebagainya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, impor pada November mencapai USD11,5 miliar atau naik sebesar 3,6% dibanding Oktober 2015. Impor migas mengalami penurunan 6,9% karena menurunnya impor hasil minyak minus 10,2% dan impor gas minus 17%. "Sementara untuk non-migas terjadi peningkatan (impor) 5,6%," kata Suryamin di kantornya, Selasa (15/12/2015).
Dia menuturkan, tiga komoditas yang mengalami pertumbuhan impor tertinggi adalah perhiasan/permata yang naik menjadi USD255,7 juta atau naik 607,3%, serelia/biji-bijian naik USD128,4 juta atau naik 58,9%, dan besi dan baja yang naik USD146 juta atau naik 17,6%.
Berdasarkan data BPS yang diperoleh, melonjaknya nilai impor perhiasan/permata pada November didorong oleh impor emas batangan SA metalor dengan kadar kemurnian 99,99%. Emas seberat 8 ribu ton itu diproduksi oleh perusahaan yang berinduk di Swiss dan diimpor dengan nilai USD291,7 juta.
"Jumlah tersebut mencapai 98,23% dari total impor kelompok perhiasan/permata sebesar USD297 juta. Sepanjang tahun ini, emas batangan tersebut sudah diimpor sebanyak 17 ribu ton dengan nilai USD603,4 juta," katanya.
Adapun komoditas perhiasan/permata lainnya yang diimpor pada November adalah kawat emas Heraeus senilai USD1,1 juta, material Silver-Flo 55 senilai USD620 ribu, kawat emas senilai USD574 ribu, anting Melissa Statement USD405 ribu, dan sebagainya.
(dmd)