Kimia Farma Gandeng Investor Korea Bangun Pabrik Bahan Baku Obat
A
A
A
JAKARTA - PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) menggandeng investor Korea Selatan, Sungwun Pharmacopia Co Ltd untuk membangun pabrik bahan baku obat di wilayah Lippo Cikarang.
Direktur Utama Kimia Farma, Rusdi Rosman menjelaskan ini merupakan pembangunan pabrik bahan baku obat atau active pharmaceutical ingredient (API) kedua yang dibangun perseroan. Sebelumnya KAEF telah membangun pabrik bahan baku garam farmasi yang saat ini sudah selesai 100% pembangunannya dan masih menunggu izin sertifikasi BPOM.
"Sebagian besar bahan baku obat atau 96% berasal dari impor, dengan membangun pabrik bahan baku kami berharap bisa menekan biaya hingga 10%," jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (24/12/2015).
Dia juga menambahkan perseroan turut menggandeng PT Sungwun Pharmacopia Indonesia yang merupakan perwakilan dari Sungwun Pharmacopia Co Ltd untuk pembangunan pabrik tersebut. Keduanya telah melakukan penandatangan kerjasama joint venture dengan porsi kepemilikan KAEF mayoritas yaitu sebesar 75%.
"Sungwun mempunyai teknologi terbaru untuk produksi API, mereka juga mempunyai pangsa pasar di Amerika dan Jepang, kedepan kami memang membidik pasar ke negara tersebut," paparnya.
(Baca Juga: RI Pasar Potensial Industri Farmasi Dunia)
Menurutnya perseroan menyiapkan investasi sebesar Rp110 miliar untuk pembangunan pabrik tersebut. Untuk tahap pertama, pabrik ini direncanakan akan memproduksi 14-15 jenis active pharmaceutical ingredient. Pertahunnya diprediksi dapat menghasilkan 30 ton bahan baku aktif, yang terdiri dari delapan bahan baku obat dan tujuh bahan suplemen.
"Kebutuhan bahan baku obat di Indonesia mencapai 60 ton pertahunnya, ada 1.056 item IPA yang masih diimpor dengan nilai Rp25 triliun, ini merupakan potensi pasar yang besar, untuk tahap awal 100% kita jual ke dalam negeri," tandasnya.
Dia menjelaskan, proses pembangunan pabrik akan dimulai pada 2016 mendatang. Diharapkan dalam tempo 1,5-2 tahun kedepan, pabrik yang berlokasi di Lippo Cikarang ini telah beroperasi. Dengan demikian pembangunan pabrik diprediksi selesai pada akhir tahun 2017 dan sudah bisa memproduksi bahan baku obat aktif untuk mencukupi sekitar 20% kebutuhan nasional.
Direktur Utama Kimia Farma, Rusdi Rosman menjelaskan ini merupakan pembangunan pabrik bahan baku obat atau active pharmaceutical ingredient (API) kedua yang dibangun perseroan. Sebelumnya KAEF telah membangun pabrik bahan baku garam farmasi yang saat ini sudah selesai 100% pembangunannya dan masih menunggu izin sertifikasi BPOM.
"Sebagian besar bahan baku obat atau 96% berasal dari impor, dengan membangun pabrik bahan baku kami berharap bisa menekan biaya hingga 10%," jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (24/12/2015).
Dia juga menambahkan perseroan turut menggandeng PT Sungwun Pharmacopia Indonesia yang merupakan perwakilan dari Sungwun Pharmacopia Co Ltd untuk pembangunan pabrik tersebut. Keduanya telah melakukan penandatangan kerjasama joint venture dengan porsi kepemilikan KAEF mayoritas yaitu sebesar 75%.
"Sungwun mempunyai teknologi terbaru untuk produksi API, mereka juga mempunyai pangsa pasar di Amerika dan Jepang, kedepan kami memang membidik pasar ke negara tersebut," paparnya.
(Baca Juga: RI Pasar Potensial Industri Farmasi Dunia)
Menurutnya perseroan menyiapkan investasi sebesar Rp110 miliar untuk pembangunan pabrik tersebut. Untuk tahap pertama, pabrik ini direncanakan akan memproduksi 14-15 jenis active pharmaceutical ingredient. Pertahunnya diprediksi dapat menghasilkan 30 ton bahan baku aktif, yang terdiri dari delapan bahan baku obat dan tujuh bahan suplemen.
"Kebutuhan bahan baku obat di Indonesia mencapai 60 ton pertahunnya, ada 1.056 item IPA yang masih diimpor dengan nilai Rp25 triliun, ini merupakan potensi pasar yang besar, untuk tahap awal 100% kita jual ke dalam negeri," tandasnya.
Dia menjelaskan, proses pembangunan pabrik akan dimulai pada 2016 mendatang. Diharapkan dalam tempo 1,5-2 tahun kedepan, pabrik yang berlokasi di Lippo Cikarang ini telah beroperasi. Dengan demikian pembangunan pabrik diprediksi selesai pada akhir tahun 2017 dan sudah bisa memproduksi bahan baku obat aktif untuk mencukupi sekitar 20% kebutuhan nasional.
(akr)