Aussie Gautama Beberkan Perdebatan Pembangunan Kilang di Blok Masela

Sabtu, 02 Januari 2016 - 10:44 WIB
Aussie Gautama Beberkan...
Aussie Gautama Beberkan Perdebatan Pembangunan Kilang di Blok Masela
A A A
JAKARTA - Mantan Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Aussie Gautama membeberkan perdebatan sengit yang terjadi dalam rencana pembangunan kilang di Blok Masela, Maluku. Pada dasarnya, perdebatan tersebut tidak hanya baru-baru ini terjadi, melainkan jauh sebelumnya.

Dia mengisahkan, blok migas di wilayah Maluku Selatan tersebut ditemukan pada tahun 2000. Namun perdebatan sengit untuk membangun kilang dengan sistem LNG terapung (floating LNG/offshore) atau dibangun di laut dengan sistem onshore itu terjadi sekitar 2008 hingga 2010.

"Di 2008-2010 perdebatan onshore atau offshore sudah terjadi dan cukup sengit. Dengan looking back in the history, sangat sengit. Mungkin tidak kalah dengan diskusi yang ada sekarang," katanya dalam Diskusi Polemik Sindotrijaya di Jakarta, Sabtu (2/1/2016).

Kala itu, Inpex Corporation selaku operator Blok Masela mengusulkan pengembangan kilang dilakukan dengan sistem offshore atau dibangun di laut dengan kapasitas 4 miliar ton per annum. Namun, pemerintah tak kunjung mengambil keputusan dan akhirnya memilih untuk melakukan studi dengan melibatkan pihak ketiga.

"‎Pihak ketiga melibatkn UI, ITB, ITS, gamma, dan juga melibatkan konsultan dari luar. Dan rekomendasi dari studi ini adalah floating LNG," imbuh dia.

Akhirnya, pemerintah pun memutuskan untuk membangun kilang terapung namun dengan kapasitas hanya 2,5 m ton per annum. Keputusan tersebut diambil sekitar tahun 2010.

Selang beberapa tahun keputusan tersebut diambil, Inpex ‎pun menyampaikan hasil deliniasi pihaknya yang menemukan bahwa akumulasi cadangan gas di Lapangan Abadi itu jauh lebih ‎besar dari evaluasi yang dilakukannya pada 2009. Karena itu, membangun kilang terapung dengan kapasitas 2,5 miliar ton per annum dinilai sangat tidak optimum.

"Mereka usulkan membuat kilang terapung 7,5 miliar ton per annum. Besar dan belum ada di dunia. Kapalnya sudah dibuat yang akan selesai 2018," kisahnya.

‎Usulan Inpex untuk membangun kilang dengan kapasitas sebesar itu menimbulkan polemik besar di tubuh pemerintah dan SKK Migas. Bahkan, muncul dua kubu di SKK Migas yaitu mereka yang menginginkan kilang terapung (offshore) dan kilang darat (onshore).
(dol)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4565 seconds (0.1#10.140)