Kerja Keras, Produktif dan Peduli terhadap Kondisi Bangsa
A
A
A
TIDAK semua orang dapat membagi waktu, memadukan liburan dengan bisnis, bahkan memberikan perhatian khusus terhadap kondisi ekonomi bangsa. Namun, Hary Tanoesoedibjo (HT) dapat melakukannya dengan baik.
CEO MNC Group ini tidak hanya sosok panutan bagi keluarga, dan karyawan di perusahaannya yang berkembang pesat, tapi juga teladan bagi bangsa Indonesia.
Pada momen liburan akhir tahun bersama keluarga, dia tetap menyempatkan diri bertemu dengan sahabat, rekan bisnis, dan memantau kegiatan perusahaan, dan berdiskusi mengenai kondisi ekonomi-politik Indonesia saat ini. (Baca: HT Sosok Panutan dalam Keluarga)
"Saya ke Amerika bersama keluarga, ada pesan kuat untuk saya sampaikan kepada para pembaca. Indonesia butuh pertolongan. Kita sudah 70 tahun merdeka, tapi justru dalam banyak hal mengalami kemunduran. Kita sudah tidak berdaulat di bidang pangan, energi juga di sektor-sektor strategis yang banyak dikuasai asing. Prestasi olahraga terpuruk meskipun jumlah generasi muda kita ketiga terbesar di dunia," tutur HT.
Selama liburan di Los Angeles (LA) Amerika Serikat, banyak hal yang menarik dari perjalanan HT di sana. Pria yang dinobatkan sebagai Businessman of The Year 2015 dari Majalah Forbes Indonesia ini membuat catatan diary khusus selama berada di negeri Paman Sam. Berikut petikannya:
Hari Keenam (30 Des 2015)
Setelah nyetir sendiri dari SF ke LA dan tiba hampir tengah malam, saya masih bekerja sampai pukul 03.00 pagi. Mungkin karena kelelahan, saya bangun agak kesiangan hampir pukul 07.00 pagi.
Diawali dengan minum dua cangkir kopi sambil sibuk dengan email dan WhatsApp sampai pukul 08.30, aktivitas berikutnya olahraga di gym sedangkan anak-anak bersepeda di seputar Beverly Hills.
Siangnya saya bersama dua orang kawan pengusaha dari Jakarta makan siang di Prago, restoran Italia yang terletak di Canon Dr., di seberang tempat saya tinggal. Saya hanya pesan pizza karena sudah lama tidak makan pizza. Kami berdiskusi berbagai hal termasuk kondisi ekonomi dan politik di Tanah Air.
Diskusi berlanjut di apartemen sampai pukul 04.00 lebih, kemudian pukul 05.00 sore datang satu kawan lagi, juga seorang pengusaha mengajak diskusi. Memang akhir-akhir ini banyak pengusaha sering mengajak diskusi tentang kondisi ekonomi dan politik yang diwarnai dengan ketidakpastian. Banyak yang bingung, pesimis dan sebagian lagi pasrah.
Saya tegaskan kepada kawan-kawan itulah yang melatarbelakangi saya terjun ke dunia politik. Saya dorong mereka agar ikut memikirkan dan memberikan solusi bagi bangsa kita. Kita punya kewajiban untuk mengembalikan Indonesia ke jalan yang benar, menuju bangsa yang maju dan sejahtera.
Kami sekeluarga janjian makan malam cukup telat setelah pukul 09.00 malam di il Pastaio, restoran Italia dekat saya tinggal yang terkenal dengan pasta dan truffle (wild mushroom). Malamnya jam 11.00 beberapa kawan yang lain lagi mengajak ngobrol di lounge lantai 2 di tempat saya tinggal. Kami berdiskusi sampai pukul 01.00 pagi.
Hari Ketujuh (31 Des 2015)
Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir tahun 2015. Saya mencoba mengenang perjalanan selama satu tahun ini, tidak ada kata lain kecuali mengucap syukur atas semua berkat Tuhan. Sungguh luar biasa perkembangan MNC Group, Partai Perindo, di samping hubungan rumah tangga yang tetap harmonis dan solid. Anak-anak tumbuh dengan kepribadian yang baik.
Seperti biasanya saya ke gym tapi kali ini tidak treadmill karena lutut saya sakit. Sebagai penggantinya, saya bersepeda dan angkat beban sampai membakar lebih dari 500 kalori.
Siangnya saya makan siang di Bouchon, restoran Prancis yang terletak di sebelah tempat tinggal saya dengan salah satu partner di bidang property. Hari ini saya agak flu. Karena malamnya akan ada acara makan malam menyambut tahun baru 2016 bersama kawan-kawan, saya minum dua tablet Panadol hijau supaya cepat sembuh. Ternyata ampuh juga, malamnya kondisi saya kembali fit.
Hary Tanoesoedibjo (HT) dan istri pada malam Tahun Baru bersama David Foster, Peter Cetera (penyanyi lagu "You are the Inspiration") dan Paul Marciano (pendiri Guess Jeans).
Malamnya bersama kawan-kawan kami merayakan malam tahun baru di Wally's, restoran Prancis milik Paul Marciano, pemilik Guess Jeans yang letaknya juga di Canon Dr, hanya 200 meter dari tempat saya tinggal. Hadir di acara tersebut sahabat saya Oak Aburizal Bakrie (Ical) dan keluarganya, David Foster, Peter Cetera (penyanyi lagu "You are the inspiration"), Haim Saban, pemilik TV Univision, salah satu konglomerat Berverly Hills dan donatur besar Hillary Clinton.
Saya suka bergaul dengan Pak Ical, beliau adalah sosok yang baik. Dari sisi keluarga, beliau mampu menjaga rumah tangganya harmonis dan keluarga besar Bakrie tetap solid. Juga komitmen beliau yang konsisten meskipun begitu banyak badai yang harus dihadapi.
Kami selesai makan malam sekitar pk 12.30. Saya tidak langsung tidur, tapi membalas ucapan selamat tahun baru yang masuk ke HP dan WhatsApp saya yang jumlahnya ratusan.
Hari Kedelapan (1 Jan 2016)
Pada hari kedelapan, mengawali tahun 2016, saya pergunakan untuk mengobrol-ngobrol dengan istri dan anak-anak. Kami makan siang di rumah dengan menu Indomie goreng, murah meriah. Malamnya kami makan malam di restoran Jepang Kanpai yang terkenal dengan sushi dan grill di daerah Los Angeles.
Malamnya jam 10.00, saya mengajak istri dan anak-anak untuk berdoa bersama khusus memasuki tahun 2016. Sayang sekali Angela dan Michael tidak bisa ikut karena anak-anak mereka yang masih bayi sehingga mereka memilih liburan di Hong Kong.
Kami mensyukuri tahun 2015 telah berlalu dengan begitu banyak berkat Tuhan. Secara khusus tema 2016 bagi keluarga saya adalah Kitab Yesaya 60:1-2 dimana tertulis:
1) Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. (2) Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.
Saya tekankan dalam doa keluarga bahwa kita harus menjadi terang di saat dunia dan bangsa kita banyak masalah. Jadilah kita contoh yang baik bagi yang lain dengan perbuatan dan perilaku kita. Ini juga menjadi bagian dari introspeksi saya agar di tahun 2016 ini saya lebih produktif dan bermanfaat khususnya bagi bangsa dan negara.
Hari Kesembilan (2 Jan 2016)
Memasuki hari kedua tahun 2016, seperti biasa saya awali dengan olahraga. Lutut saya sudah membaik jadi bisa treadmill lagi.
Siangnya saya diundang makan siang oleh Dennis dan Rita, kawan pemilik Wine Merchant, toko wine di kawasan Canon Dr, depan tempat saya tinggal. Rita asal Lebanon, jago masak nasi briani domba, sangat lezat yang mungkin terenak yang pernah saya makan selama ini. Saya ajak kawan-kawan termasuk Pak Ical dan menantunya, Taufan.
Setelah makan siang Pak Ical mengajak saya dan Warren ke MGM, Las Vegas untuk menonton UFC, ada kejuaran dunia tarung bebas kelas welter antara Lawler (juara bertahan) dan penantangnya Condit. Saya dan Warren baru pertama kali menonton UFC secara live, sangat seru, emosi kita bisa terbawa. Beda dengan kalau nonton di TV iNews setiap pukul 10.00-12.00 malam.
Usai menonton, kami makan malam di restoran Jepang Shibuya di kompleks MGM dan kemudian langsung balik ke LA dan tiba di LA hampir pukul 01.00 pagi.
Hari Kesepuluh (3 Jan 2016)
Dihari kesepuluh tepat hari Minggu, kami ke Gereja di kawasan West Hollywood. Saya selalu membiasakan anak-anak agar tidak lupa berdoa. Dengan pengaruh kehidupan sekuler yang makin memprihatinkan, perlu mengasah anak-anak dengan iman yang kuat supaya mereka tetap memiliki pendirian dan moral yang baik.
Selesai dari Gereja kami makan siang di Tatsu Ramen, di kawasan Melrose, West Hollywood, yang terkenal dengan ramennya. Setelah itu kami menikmati kopi di Alfred Coffee dikawan Melrose juga. Sorenya saya bertemu Pak Nirwan Bakrie, kami janjian ngobrol tentang kondisi bangsa. Malamnya anak-anak mengajak makan malam di Barton G, restoran Amerika di kawasan Beverly Hills.
Hari ini (waktu setempat) adalah hari terakhir saya berlibur karena besok Senin tanggal 4 Januari 2016 sudah memasuki hari pertama kantor buka. Memang saya berada di luar negeri tapi dengan alat komunikasi yang canggih kegiatan kantor dan partai tetap dapat saya kendalikan secara fulltime.
Mulai, Senin 4 januari 2016 saya akan mulai kerja keras lagi. Tahun 2016 ini saya harus mampu lebih baik lagi, di samping tetap bekerja keras tapi harus lebih produktif. Tidak boleh membuang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Sebelum saya menutup diary perjalanan liburan saya ke Amerika bersama keluarga, ada pesan kuat untuk saya sampaikan kepada para pembaca.
Indonesia butuh pertolongan. Kita sudah 70 tahun merdeka, tapi justru dalam banyak hal mengalami kemunduran. Kita sudah tidak berdaulat di bidang pangan, energi juga di sektor-sektor strategis yang banyak dikuasai asing. Prestasi olahraga terpuruk meskipun jumlah generasi muda kita ketiga terbesar di dunia.
Keadilan hukum juga semakin buruk, di mana hukum menjadi transaksional dan korupsi yang makin meraja lela. Moral bangsa yang mengalami degradasi di mana Indonesia saat ini telah menjadi konsumen narkoba terbesar di Asia.
Keadilan sosial dari sisi pendidikan dan kesehatan yang memprihatinkan. Meskipun sudah 70 tahun merdeka, lebih dari 40% masyarakat kita berpendidikan SD ke bawah. Ini salah satu penyebab rendahnya produktivitas nasional. Indonesia sudah menjadi negara konsumen, bukan produsen lagi seperti di era tahun 80-90-an. Situasi ini menjadi makin rawan.
CEO MNC Group ini tidak hanya sosok panutan bagi keluarga, dan karyawan di perusahaannya yang berkembang pesat, tapi juga teladan bagi bangsa Indonesia.
Pada momen liburan akhir tahun bersama keluarga, dia tetap menyempatkan diri bertemu dengan sahabat, rekan bisnis, dan memantau kegiatan perusahaan, dan berdiskusi mengenai kondisi ekonomi-politik Indonesia saat ini. (Baca: HT Sosok Panutan dalam Keluarga)
"Saya ke Amerika bersama keluarga, ada pesan kuat untuk saya sampaikan kepada para pembaca. Indonesia butuh pertolongan. Kita sudah 70 tahun merdeka, tapi justru dalam banyak hal mengalami kemunduran. Kita sudah tidak berdaulat di bidang pangan, energi juga di sektor-sektor strategis yang banyak dikuasai asing. Prestasi olahraga terpuruk meskipun jumlah generasi muda kita ketiga terbesar di dunia," tutur HT.
Selama liburan di Los Angeles (LA) Amerika Serikat, banyak hal yang menarik dari perjalanan HT di sana. Pria yang dinobatkan sebagai Businessman of The Year 2015 dari Majalah Forbes Indonesia ini membuat catatan diary khusus selama berada di negeri Paman Sam. Berikut petikannya:
Hari Keenam (30 Des 2015)
Setelah nyetir sendiri dari SF ke LA dan tiba hampir tengah malam, saya masih bekerja sampai pukul 03.00 pagi. Mungkin karena kelelahan, saya bangun agak kesiangan hampir pukul 07.00 pagi.
Diawali dengan minum dua cangkir kopi sambil sibuk dengan email dan WhatsApp sampai pukul 08.30, aktivitas berikutnya olahraga di gym sedangkan anak-anak bersepeda di seputar Beverly Hills.
Siangnya saya bersama dua orang kawan pengusaha dari Jakarta makan siang di Prago, restoran Italia yang terletak di Canon Dr., di seberang tempat saya tinggal. Saya hanya pesan pizza karena sudah lama tidak makan pizza. Kami berdiskusi berbagai hal termasuk kondisi ekonomi dan politik di Tanah Air.
Diskusi berlanjut di apartemen sampai pukul 04.00 lebih, kemudian pukul 05.00 sore datang satu kawan lagi, juga seorang pengusaha mengajak diskusi. Memang akhir-akhir ini banyak pengusaha sering mengajak diskusi tentang kondisi ekonomi dan politik yang diwarnai dengan ketidakpastian. Banyak yang bingung, pesimis dan sebagian lagi pasrah.
Saya tegaskan kepada kawan-kawan itulah yang melatarbelakangi saya terjun ke dunia politik. Saya dorong mereka agar ikut memikirkan dan memberikan solusi bagi bangsa kita. Kita punya kewajiban untuk mengembalikan Indonesia ke jalan yang benar, menuju bangsa yang maju dan sejahtera.
Kami sekeluarga janjian makan malam cukup telat setelah pukul 09.00 malam di il Pastaio, restoran Italia dekat saya tinggal yang terkenal dengan pasta dan truffle (wild mushroom). Malamnya jam 11.00 beberapa kawan yang lain lagi mengajak ngobrol di lounge lantai 2 di tempat saya tinggal. Kami berdiskusi sampai pukul 01.00 pagi.
Hari Ketujuh (31 Des 2015)
Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir tahun 2015. Saya mencoba mengenang perjalanan selama satu tahun ini, tidak ada kata lain kecuali mengucap syukur atas semua berkat Tuhan. Sungguh luar biasa perkembangan MNC Group, Partai Perindo, di samping hubungan rumah tangga yang tetap harmonis dan solid. Anak-anak tumbuh dengan kepribadian yang baik.
Seperti biasanya saya ke gym tapi kali ini tidak treadmill karena lutut saya sakit. Sebagai penggantinya, saya bersepeda dan angkat beban sampai membakar lebih dari 500 kalori.
Siangnya saya makan siang di Bouchon, restoran Prancis yang terletak di sebelah tempat tinggal saya dengan salah satu partner di bidang property. Hari ini saya agak flu. Karena malamnya akan ada acara makan malam menyambut tahun baru 2016 bersama kawan-kawan, saya minum dua tablet Panadol hijau supaya cepat sembuh. Ternyata ampuh juga, malamnya kondisi saya kembali fit.
Hary Tanoesoedibjo (HT) dan istri pada malam Tahun Baru bersama David Foster, Peter Cetera (penyanyi lagu "You are the Inspiration") dan Paul Marciano (pendiri Guess Jeans).
Malamnya bersama kawan-kawan kami merayakan malam tahun baru di Wally's, restoran Prancis milik Paul Marciano, pemilik Guess Jeans yang letaknya juga di Canon Dr, hanya 200 meter dari tempat saya tinggal. Hadir di acara tersebut sahabat saya Oak Aburizal Bakrie (Ical) dan keluarganya, David Foster, Peter Cetera (penyanyi lagu "You are the inspiration"), Haim Saban, pemilik TV Univision, salah satu konglomerat Berverly Hills dan donatur besar Hillary Clinton.
Saya suka bergaul dengan Pak Ical, beliau adalah sosok yang baik. Dari sisi keluarga, beliau mampu menjaga rumah tangganya harmonis dan keluarga besar Bakrie tetap solid. Juga komitmen beliau yang konsisten meskipun begitu banyak badai yang harus dihadapi.
Kami selesai makan malam sekitar pk 12.30. Saya tidak langsung tidur, tapi membalas ucapan selamat tahun baru yang masuk ke HP dan WhatsApp saya yang jumlahnya ratusan.
Hari Kedelapan (1 Jan 2016)
Pada hari kedelapan, mengawali tahun 2016, saya pergunakan untuk mengobrol-ngobrol dengan istri dan anak-anak. Kami makan siang di rumah dengan menu Indomie goreng, murah meriah. Malamnya kami makan malam di restoran Jepang Kanpai yang terkenal dengan sushi dan grill di daerah Los Angeles.
Malamnya jam 10.00, saya mengajak istri dan anak-anak untuk berdoa bersama khusus memasuki tahun 2016. Sayang sekali Angela dan Michael tidak bisa ikut karena anak-anak mereka yang masih bayi sehingga mereka memilih liburan di Hong Kong.
Kami mensyukuri tahun 2015 telah berlalu dengan begitu banyak berkat Tuhan. Secara khusus tema 2016 bagi keluarga saya adalah Kitab Yesaya 60:1-2 dimana tertulis:
1) Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. (2) Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.
Saya tekankan dalam doa keluarga bahwa kita harus menjadi terang di saat dunia dan bangsa kita banyak masalah. Jadilah kita contoh yang baik bagi yang lain dengan perbuatan dan perilaku kita. Ini juga menjadi bagian dari introspeksi saya agar di tahun 2016 ini saya lebih produktif dan bermanfaat khususnya bagi bangsa dan negara.
Hari Kesembilan (2 Jan 2016)
Memasuki hari kedua tahun 2016, seperti biasa saya awali dengan olahraga. Lutut saya sudah membaik jadi bisa treadmill lagi.
Siangnya saya diundang makan siang oleh Dennis dan Rita, kawan pemilik Wine Merchant, toko wine di kawasan Canon Dr, depan tempat saya tinggal. Rita asal Lebanon, jago masak nasi briani domba, sangat lezat yang mungkin terenak yang pernah saya makan selama ini. Saya ajak kawan-kawan termasuk Pak Ical dan menantunya, Taufan.
Setelah makan siang Pak Ical mengajak saya dan Warren ke MGM, Las Vegas untuk menonton UFC, ada kejuaran dunia tarung bebas kelas welter antara Lawler (juara bertahan) dan penantangnya Condit. Saya dan Warren baru pertama kali menonton UFC secara live, sangat seru, emosi kita bisa terbawa. Beda dengan kalau nonton di TV iNews setiap pukul 10.00-12.00 malam.
Usai menonton, kami makan malam di restoran Jepang Shibuya di kompleks MGM dan kemudian langsung balik ke LA dan tiba di LA hampir pukul 01.00 pagi.
Hari Kesepuluh (3 Jan 2016)
Dihari kesepuluh tepat hari Minggu, kami ke Gereja di kawasan West Hollywood. Saya selalu membiasakan anak-anak agar tidak lupa berdoa. Dengan pengaruh kehidupan sekuler yang makin memprihatinkan, perlu mengasah anak-anak dengan iman yang kuat supaya mereka tetap memiliki pendirian dan moral yang baik.
Selesai dari Gereja kami makan siang di Tatsu Ramen, di kawasan Melrose, West Hollywood, yang terkenal dengan ramennya. Setelah itu kami menikmati kopi di Alfred Coffee dikawan Melrose juga. Sorenya saya bertemu Pak Nirwan Bakrie, kami janjian ngobrol tentang kondisi bangsa. Malamnya anak-anak mengajak makan malam di Barton G, restoran Amerika di kawasan Beverly Hills.
Hari ini (waktu setempat) adalah hari terakhir saya berlibur karena besok Senin tanggal 4 Januari 2016 sudah memasuki hari pertama kantor buka. Memang saya berada di luar negeri tapi dengan alat komunikasi yang canggih kegiatan kantor dan partai tetap dapat saya kendalikan secara fulltime.
Mulai, Senin 4 januari 2016 saya akan mulai kerja keras lagi. Tahun 2016 ini saya harus mampu lebih baik lagi, di samping tetap bekerja keras tapi harus lebih produktif. Tidak boleh membuang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Sebelum saya menutup diary perjalanan liburan saya ke Amerika bersama keluarga, ada pesan kuat untuk saya sampaikan kepada para pembaca.
Indonesia butuh pertolongan. Kita sudah 70 tahun merdeka, tapi justru dalam banyak hal mengalami kemunduran. Kita sudah tidak berdaulat di bidang pangan, energi juga di sektor-sektor strategis yang banyak dikuasai asing. Prestasi olahraga terpuruk meskipun jumlah generasi muda kita ketiga terbesar di dunia.
Keadilan hukum juga semakin buruk, di mana hukum menjadi transaksional dan korupsi yang makin meraja lela. Moral bangsa yang mengalami degradasi di mana Indonesia saat ini telah menjadi konsumen narkoba terbesar di Asia.
Keadilan sosial dari sisi pendidikan dan kesehatan yang memprihatinkan. Meskipun sudah 70 tahun merdeka, lebih dari 40% masyarakat kita berpendidikan SD ke bawah. Ini salah satu penyebab rendahnya produktivitas nasional. Indonesia sudah menjadi negara konsumen, bukan produsen lagi seperti di era tahun 80-90-an. Situasi ini menjadi makin rawan.
(dmd)