25 Tahun Kerja Sama, PLN Sebut Layak Dapat Harga Uap Murah
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) tetap pada pendiriannya untuk tidak menyepakati harga uap panas bumi yang diajukan PT Pertamina (Persero) untuk pasokan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Kamojang 1, 2, dan 3.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PLN Nasri Sebayang mengemukakan bahwa harga USD6 sen yang diajukan Pertamina untuk pasokan uap panas bumi di PLTP Kamojang adalah harga sementara (interim). Sementara pihaknya berpikir bahwa kerja sama antara Pertamina dan PLN untuk supply uap panas bumi di PLTP Kamojang telah lama terjalin.
Artinya, Dia menerangkan biaya investasi yang telah dikeluarkan selama ini telah kembali. "Kita beli uap dari PLTP kamojang sudah lebih dari 25 tahun, artinya menurut PLN biaya investasi yang dikeluarkan selama ini sudah kembali. Kalau investasi sudah lama, maka selesai investasinya, biaya apa lagi yang ada di sana?," katanya di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
(Baca Juga: PLN: Pertamina Tawarkan Harga Uap Panas Bumi Tak Wajar)
Menurutnya, tidak semua biaya investasi harus dibebankan kepada PLN. Sementara kerja sama telah terjalin lebih dari 25 tahun. "Kita maunya (harga uap panas bumi) yang lebih murah. Tentunya biaya pemeliharaan atau invetsasi tambahan, tapi tidak sebesar investasi yang dulu," lanjutnya.
Ditambahkan bahwa, PLN menginginkan harga uap panas bumi yang dibeli dari Pertamina itu sebesar USD3 hingga USD4 sen. Untuk mencapai kesepakatan tersebut, PLN akan meminta pihak ketiga guna menilai harga yang wajar untuk itu.
"3 sampai 4 sen kita mintanya. Karena kita melihat sudah 25 tahun. Sekarang kita punya mobil misalnya, ada mobil yang beroperasi 10 tahun. Sudah kita operasikan 5 tahun, apa iya kalau sewa 5 tahun lagi biayanya lebih mahal daripada sewa sebelumnya? Logikanya sederhana bagi kita. Makanya nanti akan ada pihak ketiga yang akan menilai," pungkasnya.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PLN Nasri Sebayang mengemukakan bahwa harga USD6 sen yang diajukan Pertamina untuk pasokan uap panas bumi di PLTP Kamojang adalah harga sementara (interim). Sementara pihaknya berpikir bahwa kerja sama antara Pertamina dan PLN untuk supply uap panas bumi di PLTP Kamojang telah lama terjalin.
Artinya, Dia menerangkan biaya investasi yang telah dikeluarkan selama ini telah kembali. "Kita beli uap dari PLTP kamojang sudah lebih dari 25 tahun, artinya menurut PLN biaya investasi yang dikeluarkan selama ini sudah kembali. Kalau investasi sudah lama, maka selesai investasinya, biaya apa lagi yang ada di sana?," katanya di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
(Baca Juga: PLN: Pertamina Tawarkan Harga Uap Panas Bumi Tak Wajar)
Menurutnya, tidak semua biaya investasi harus dibebankan kepada PLN. Sementara kerja sama telah terjalin lebih dari 25 tahun. "Kita maunya (harga uap panas bumi) yang lebih murah. Tentunya biaya pemeliharaan atau invetsasi tambahan, tapi tidak sebesar investasi yang dulu," lanjutnya.
Ditambahkan bahwa, PLN menginginkan harga uap panas bumi yang dibeli dari Pertamina itu sebesar USD3 hingga USD4 sen. Untuk mencapai kesepakatan tersebut, PLN akan meminta pihak ketiga guna menilai harga yang wajar untuk itu.
"3 sampai 4 sen kita mintanya. Karena kita melihat sudah 25 tahun. Sekarang kita punya mobil misalnya, ada mobil yang beroperasi 10 tahun. Sudah kita operasikan 5 tahun, apa iya kalau sewa 5 tahun lagi biayanya lebih mahal daripada sewa sebelumnya? Logikanya sederhana bagi kita. Makanya nanti akan ada pihak ketiga yang akan menilai," pungkasnya.
(akr)