Ekonomi Lesu, Indonesia Terjebak di Zona Nyaman

Senin, 11 Januari 2016 - 15:04 WIB
Ekonomi Lesu, Indonesia Terjebak di Zona Nyaman
Ekonomi Lesu, Indonesia Terjebak di Zona Nyaman
A A A
JAKARTA - Chief Executive Officer (CEO) MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengungkapkan, Indonesia selalu terjebak di zona nyaman, hingga pada akhirnya dalam beberapa waktu terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia melempem.

Dia mengisahkan, struktur ekonomi nasional pada 1970-an diwarnai dengan kekuatan Indonesia sebagai produsen minyak. Saat itu, produksi minyak Indonesia berlimpah dan pada akhirnya ‎menjadi negara eksportir minyak, serta masuk menjadi anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).

"‎Kita kelebihan minyak, kita ekspor, kita tertolong. Tapi enggak persiapkan processing dengan baik," katanya dalam acara Group & Economy Update di Gedung MNC News Center, Jakarta, Senin (11/1/2016).

Kemudian, pada 1980-an hingga 1990-an kekuatan minyak di Tanah Air sudah tidak ada lagi dan bergeser ke sektor industri serta manufaktur. Hal ini yang mendasari tumbuhnya pembangunan pabrik di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Sayangnya, sambung pria yang akrab disapa HT ini, Indonesia memiliki kelemahan dengan sering masuk di zona nyaman. Indonesia lupa bahwa negara lain juga mempersiapkan diri dengan memperkuat basis industrinya.

"‎Kita lupa negara lain, begitu lihat Indonesia sebagai macan Asia, dia juga ingin coba memperkuat basis industrinya. Indonesia tidak mempersiapkan, negara lain seperti China, Korea, Vietnam mencoba memperbesar basis industri," tutur HT.

Saat itu, Indonesia juga kalah dan tidak bisa bersaing dengan negara-negara lainnya yang mulai menunjukkan keperkasaan. Sehingga, pada krisis keuangan 1998 Indonesia sangat rentan. "Banyak industri manufaktur pindah ke negara lain, dari situ mulai awal merosotnya kekuatan ekonomi nasional," ungkapnya.

Namun, Indonesia kembali diuntungkan dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki. Pada 2000, harga komoditas di pasar global meroket dan ekonomi Indonesia kembali tertolong.

"‎Bahkan pernah mencapai 65% ekspor nonmigas Indonesia dari komoditas. Sehingga sangat menolong pemerintahan SBY. Pak SBY bisa dikatakan luck-nya besar," tandas Ketua Umum Partai Perindo ini.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3839 seconds (0.1#10.140)