Harga Minyak Anjlok, Tantangan Industri Migas RI Makin Berat
A
A
A
JAKARTA - Merosotnya harga minyak mentah dunia mencapai di bawah USD30 per barel terendah dalam kurun 12 tahun terakhir, menurut Pakar energi dari Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Benny Lubiantara menjadi tantangan industri hulu minyak dan gas bumi di Indonesia.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Makin Parah di Bawah USD30/Barel)
Dia menambahkan pemerintah perlu mengurangi tekanan dengan memberi kemudahan, supaya bisnis hulu migas tidak terpuruk. Saat harga minyak jatuh, menurutnya Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) akan mengurangi bahkan menghentikan kegiatan eksplorasi migasnya.
"Akibatnya, produksi akan terus turun karena kegiatan ekplorasi tidak bergairah sehingga tidak ada lagi pengembangan," katanya, di SKK Migas, Jakarta, Rabu (13/1/2016).
Diterangkan jatuhnya harga minyak akan mengancam ketahanan energi nasional. Padahal cadangan, termasuk produksi, minyak dan gas bumi di Indonesia harus dinaikkan untuk mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab itu, menurutya pemerintah perlu gerak cepat menyikapi kondisi global tersebut.
"Pemerintah perlu antisipasi jangka panjang. Ketahanan energi akan terancam jika tidak di antisipasi karena dilihat dari sisi cadangan akan terpukul di satu sisi konsumsi terus meningkat," sambungnya.
Dia mengatakan, fluktuasi harga minyak tidak bisa diprediksi secara tepat dan akurat. Pemerintah hanya bisa mengantisipasi kondisi ini secara jangka panjang dengan meringkas perizinan, memberikan insentif bagi pelaku industri migas agar investasi di sektor migas menarik di mata investor.
"Harga minyak sulit di tebak. Untuk mengantisipasinya perlu jangka panjang meringankan beban investor," tandasnya.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Makin Parah di Bawah USD30/Barel)
Dia menambahkan pemerintah perlu mengurangi tekanan dengan memberi kemudahan, supaya bisnis hulu migas tidak terpuruk. Saat harga minyak jatuh, menurutnya Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) akan mengurangi bahkan menghentikan kegiatan eksplorasi migasnya.
"Akibatnya, produksi akan terus turun karena kegiatan ekplorasi tidak bergairah sehingga tidak ada lagi pengembangan," katanya, di SKK Migas, Jakarta, Rabu (13/1/2016).
Diterangkan jatuhnya harga minyak akan mengancam ketahanan energi nasional. Padahal cadangan, termasuk produksi, minyak dan gas bumi di Indonesia harus dinaikkan untuk mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab itu, menurutya pemerintah perlu gerak cepat menyikapi kondisi global tersebut.
"Pemerintah perlu antisipasi jangka panjang. Ketahanan energi akan terancam jika tidak di antisipasi karena dilihat dari sisi cadangan akan terpukul di satu sisi konsumsi terus meningkat," sambungnya.
Dia mengatakan, fluktuasi harga minyak tidak bisa diprediksi secara tepat dan akurat. Pemerintah hanya bisa mengantisipasi kondisi ini secara jangka panjang dengan meringkas perizinan, memberikan insentif bagi pelaku industri migas agar investasi di sektor migas menarik di mata investor.
"Harga minyak sulit di tebak. Untuk mengantisipasinya perlu jangka panjang meringankan beban investor," tandasnya.
(akr)