Neraca Dagang Defisit, 8 Komoditi Ekspor Alami Kenaikan
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, dari defisit perdagangan bulan Desember 2015 yang sebesar USD3,5 miliar, terdapat 9 komoditi ekspor yang mengalami kenaikan dan flat dari total 22 komoditi yang dicatat.
Dia menambahkan sisanya mengalami penurunan namun tidak terlalu banyak di bulan tersebut. Sedangkan untuk komoditi gula yang masuk di 9 komoditi tersebut, ekspornya cenderung stagnan dimana tidak terjadi kenaikan atau penurunan.
"Pertama, kopra naik 6,65% jika dibandingkan November 2015. Terus palm oil naik 1,25%, palm kernal oil naik 7,65%, lobster naik 0,7%, ramber naik 2,46%, alumunium naik 1,98%, soy bean oil naik 4,82%, dan soy bean 2,99%," jelasnya di Jakarta, Jumat (15/1/2016).
(Baca Juga: Neraca Perdagangan RI Desember Defisit Rp3,25 Triliun)
Untuk komoditi yang turun, Dia menjelaskan ada kakao, fish meal, shrimp, cooper, gold, nikel, silver, tin, dan zink. Dia juga menerangkan ke 22 komoditas itu dibandingkan Desember 2014, yang membaik hanya kakao.
"Dibanding tahun lalu naik 13,65%. Tapi 21 komoditas lainnya lebih dari 10% turunnya. Ini karena penurunan harga. Volume nya masih tinggi," pungkas dia.
Dia menambahkan sisanya mengalami penurunan namun tidak terlalu banyak di bulan tersebut. Sedangkan untuk komoditi gula yang masuk di 9 komoditi tersebut, ekspornya cenderung stagnan dimana tidak terjadi kenaikan atau penurunan.
"Pertama, kopra naik 6,65% jika dibandingkan November 2015. Terus palm oil naik 1,25%, palm kernal oil naik 7,65%, lobster naik 0,7%, ramber naik 2,46%, alumunium naik 1,98%, soy bean oil naik 4,82%, dan soy bean 2,99%," jelasnya di Jakarta, Jumat (15/1/2016).
(Baca Juga: Neraca Perdagangan RI Desember Defisit Rp3,25 Triliun)
Untuk komoditi yang turun, Dia menjelaskan ada kakao, fish meal, shrimp, cooper, gold, nikel, silver, tin, dan zink. Dia juga menerangkan ke 22 komoditas itu dibandingkan Desember 2014, yang membaik hanya kakao.
"Dibanding tahun lalu naik 13,65%. Tapi 21 komoditas lainnya lebih dari 10% turunnya. Ini karena penurunan harga. Volume nya masih tinggi," pungkas dia.
(akr)