Investasi Industri TPT Meningkat, Kemenperin Siapkan SDM Kompeten
A
A
A
WONOGIRI - Pemerintah terus memacu peningkatan investasi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) karena memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagai sektor prioritas, industri TPT selama ini mampu menciptakan lapangan kerja yang cukup banyak, memenuhi kebutuhan sandang dalam negeri, serta memiliki peranan strategis dalam proses industrialisasi.
Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi terkait industri padat karya itu dengan meresmikan tiga agenda sekaligus di Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (22/1/2016). Agenda itu meliputi peresmian pabrik PT Nesia Pan Pacific Clothing, Peresmian Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta, serta Peluncuran Program Investasi Padat Karya Menciptakan Lapangan Kerja di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
Presiden juga menyaksikan penandatanganan dua MoU, yaitu antara SMK Negeri 2 Wonogiri dengan Nesia Pan Pacific Clothing dan Pusdiklat Industri Kemenperin dengan Nesia Pan Pacific.
"Saya sangat menghargai langkah Nesia Pan Pasific, SMKN 2 dan Akademi Komunitas. Ini dalam rangka meningkatkan skill, produktivitas, dan etos kerja agar kita berdaya saing dan memenangi kompetisi," kata Presiden Jokowi.
Selanjutnya, Presiden menandatangani prasasti Peresmian Pabrik PT Nesia Pan Pacific Clothing dengan didampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin, Kepala BKPM Franky Sibarani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kemenperin, Mujiyono turut hadir untuk menandatangani MoU tersebut.
Dalam situasi ekonomi dunia yang tengah mengalami perlambatan ini, Presiden mengingatkan agar masyarakat tetap optimis. Karena, masih banyak peluang-peluang di negara kita yang bisa kita angkat jadi investasi dan lapangan kerja.
Nesia Pan Pacific Clothing merupakan perusahaan PMA asal Korea Selatan dengan induk perusahaannya Pan-Pacific Co. Perusahaan tersebut telah merealisasikan investasinya hingga akhir 2015 sebesar USD14,5 juta untuk pembangunan dua pabrik.
Perusahaan yang didirikan di atas lahan seluas 12 hektare di Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah ini akan menambahkan investasinya pada tahun 2016 sebesar USD14,5 juta untuk dua pabrik dan 2017 sebesar USD31 juta untuk tiga pabrik. PT Nesia Pan Pacific Clothing menargetkan total investasi sebesar USD60 juta untuk membangun tujuh pabrik dalam tiga tahap tersebut dan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 12.600 orang.
Kapasitas produksi perusahaan ini akan mencapai 24,1 juta pcs per tahun dari 126 lini yang dimiliki. Seluruh produknya berupa pakaian jadi seperti celana, jaket, dan gaun akan dikirim ke pasar ekspor. PT Nesia Pan Pacific Clothing telah bekerja sama dengan H&M, Gap, Old Navy, Target, dan Tommy & Columbia yang memiliki kualifikasi dan standar pembeli internasional.
Menperin Saleh Husin mengatakan, industri TPT merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia, mengingat kontribusinya terhadap PDB yang cukup signifikan. "Kerja sama seperti ini, Nesia dengan SMK dan Pusdiklat serta keberadaan Akademi Komunitas memacu peningkatan kualitas SDM. Industri nasional memang idealnya diperkuat oleh kekuatan SDM kita sendiri," ulasnya.
Kemenperin mencatat, sampai triwulan III tahun 2015, sektor TPT telah mencatat surlpus sebesar USD 3,34 miliar dengan nilai ekspor mencapai USD 9,27 miliar USD dan nilai impor USD 5,93 miliar USD. “Nilai ekspor tersebut setara dengan 8,06 persen ekspor nasional pada periode yang sama,” kata Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Harjanto di tempat yang sama. Turut hadir, Sekjen Kemenperin Syarif Hidayat.
Industri TPT merupakan sektor padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang atau sekitar 10,36% tenaga kerja di sektor industri.
Akademi Komunitas Tekstil
Upaya peningkatan kemampuan SDM industri TPT oleh Kementerian Perindustrian diwujudkan dengan menginisiasi pendirian Akademi Komunitas Industri TPT Surakarta di Gedung Solo Technopark.
Ini juga menjawab permasalahan industri TPT yang kesulitan memperoleh tenaga kerja kompeten karena terbatasnya perguruan tinggi vokasi yang menyelenggarakan pendidikan dengan spesialisasi teknologi di bidang TPT.
“Pendirian Akademi Komunitas Industri TPT ini telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian PAN dan RB, sehingga secara kelembagaan telah resmi sebagai Perguruan Tinggi Vokasi Industri di bawah Kementerian Perindustrian,” papar Menperin.
Industri TPT di Provinsi Jawa Tengah meliputi wilayah Solo, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, dan Wonogiri, dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang signifikan, baik berupa investasi baru, perluasan pabrik, maupun relokasi pabrik dari wilayah Jabotabek. Hal ini berdampak pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja industri TPT, khususnya di Wilayah Solo dan sekitarnya, termasuk untuk tingkat kepala regu (setara Diploma I dan diploma II) yang mencapai 4.670 orang.
Menteri Saleh mengakui, pendidikan pada Akademi Komunitas Industri TPT Surakarta sangat baik untuk dijadikan contoh pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi serta link and match dengan dunia usaha industri.
Pendidikan Diploma II pada Akademi Komunitas Industri TPT Surakarta merupakan merupakan Program Beasiswa dengan Ikatan Kerja pada perusahaan industri. Seluruh mahasiswa dibebaskan dari biaya pendidikan setelah lulus akan langsung ditempatkan bekerja pada perusahaan industri tekstil di Solo dan sekitarnya.
Pendidikan di akademi ini telah dimulai pada Oktober 2015 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 123 orang yang berasal dari masyarakat umum (60%) dan pegawai pabrik yang butuh peningkatan kompetensi (40%). Program Studi yang diselenggarakan, meliputi: (1) Teknik Pembuatan Benang (Pintal), (2) Teknik Pembuatan Kain Tenun, dan (3) Teknik Pembuatan Garmen. “Pendidikan dilaksanakan dengan sistem blok waktu, yaitu dalam setiap semester kuliah dan praktik di kampus selama 2 bulan dan praktik kerja di industri selama tiga bulan,” ujar Kepala Pusdiklat Kemenperin Mujiyono.
Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi terkait industri padat karya itu dengan meresmikan tiga agenda sekaligus di Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (22/1/2016). Agenda itu meliputi peresmian pabrik PT Nesia Pan Pacific Clothing, Peresmian Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta, serta Peluncuran Program Investasi Padat Karya Menciptakan Lapangan Kerja di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
Presiden juga menyaksikan penandatanganan dua MoU, yaitu antara SMK Negeri 2 Wonogiri dengan Nesia Pan Pacific Clothing dan Pusdiklat Industri Kemenperin dengan Nesia Pan Pacific.
"Saya sangat menghargai langkah Nesia Pan Pasific, SMKN 2 dan Akademi Komunitas. Ini dalam rangka meningkatkan skill, produktivitas, dan etos kerja agar kita berdaya saing dan memenangi kompetisi," kata Presiden Jokowi.
Selanjutnya, Presiden menandatangani prasasti Peresmian Pabrik PT Nesia Pan Pacific Clothing dengan didampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin, Kepala BKPM Franky Sibarani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kemenperin, Mujiyono turut hadir untuk menandatangani MoU tersebut.
Dalam situasi ekonomi dunia yang tengah mengalami perlambatan ini, Presiden mengingatkan agar masyarakat tetap optimis. Karena, masih banyak peluang-peluang di negara kita yang bisa kita angkat jadi investasi dan lapangan kerja.
Nesia Pan Pacific Clothing merupakan perusahaan PMA asal Korea Selatan dengan induk perusahaannya Pan-Pacific Co. Perusahaan tersebut telah merealisasikan investasinya hingga akhir 2015 sebesar USD14,5 juta untuk pembangunan dua pabrik.
Perusahaan yang didirikan di atas lahan seluas 12 hektare di Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah ini akan menambahkan investasinya pada tahun 2016 sebesar USD14,5 juta untuk dua pabrik dan 2017 sebesar USD31 juta untuk tiga pabrik. PT Nesia Pan Pacific Clothing menargetkan total investasi sebesar USD60 juta untuk membangun tujuh pabrik dalam tiga tahap tersebut dan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 12.600 orang.
Kapasitas produksi perusahaan ini akan mencapai 24,1 juta pcs per tahun dari 126 lini yang dimiliki. Seluruh produknya berupa pakaian jadi seperti celana, jaket, dan gaun akan dikirim ke pasar ekspor. PT Nesia Pan Pacific Clothing telah bekerja sama dengan H&M, Gap, Old Navy, Target, dan Tommy & Columbia yang memiliki kualifikasi dan standar pembeli internasional.
Menperin Saleh Husin mengatakan, industri TPT merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia, mengingat kontribusinya terhadap PDB yang cukup signifikan. "Kerja sama seperti ini, Nesia dengan SMK dan Pusdiklat serta keberadaan Akademi Komunitas memacu peningkatan kualitas SDM. Industri nasional memang idealnya diperkuat oleh kekuatan SDM kita sendiri," ulasnya.
Kemenperin mencatat, sampai triwulan III tahun 2015, sektor TPT telah mencatat surlpus sebesar USD 3,34 miliar dengan nilai ekspor mencapai USD 9,27 miliar USD dan nilai impor USD 5,93 miliar USD. “Nilai ekspor tersebut setara dengan 8,06 persen ekspor nasional pada periode yang sama,” kata Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Harjanto di tempat yang sama. Turut hadir, Sekjen Kemenperin Syarif Hidayat.
Industri TPT merupakan sektor padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang atau sekitar 10,36% tenaga kerja di sektor industri.
Akademi Komunitas Tekstil
Upaya peningkatan kemampuan SDM industri TPT oleh Kementerian Perindustrian diwujudkan dengan menginisiasi pendirian Akademi Komunitas Industri TPT Surakarta di Gedung Solo Technopark.
Ini juga menjawab permasalahan industri TPT yang kesulitan memperoleh tenaga kerja kompeten karena terbatasnya perguruan tinggi vokasi yang menyelenggarakan pendidikan dengan spesialisasi teknologi di bidang TPT.
“Pendirian Akademi Komunitas Industri TPT ini telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian PAN dan RB, sehingga secara kelembagaan telah resmi sebagai Perguruan Tinggi Vokasi Industri di bawah Kementerian Perindustrian,” papar Menperin.
Industri TPT di Provinsi Jawa Tengah meliputi wilayah Solo, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, dan Wonogiri, dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang signifikan, baik berupa investasi baru, perluasan pabrik, maupun relokasi pabrik dari wilayah Jabotabek. Hal ini berdampak pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja industri TPT, khususnya di Wilayah Solo dan sekitarnya, termasuk untuk tingkat kepala regu (setara Diploma I dan diploma II) yang mencapai 4.670 orang.
Menteri Saleh mengakui, pendidikan pada Akademi Komunitas Industri TPT Surakarta sangat baik untuk dijadikan contoh pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi serta link and match dengan dunia usaha industri.
Pendidikan Diploma II pada Akademi Komunitas Industri TPT Surakarta merupakan merupakan Program Beasiswa dengan Ikatan Kerja pada perusahaan industri. Seluruh mahasiswa dibebaskan dari biaya pendidikan setelah lulus akan langsung ditempatkan bekerja pada perusahaan industri tekstil di Solo dan sekitarnya.
Pendidikan di akademi ini telah dimulai pada Oktober 2015 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 123 orang yang berasal dari masyarakat umum (60%) dan pegawai pabrik yang butuh peningkatan kompetensi (40%). Program Studi yang diselenggarakan, meliputi: (1) Teknik Pembuatan Benang (Pintal), (2) Teknik Pembuatan Kain Tenun, dan (3) Teknik Pembuatan Garmen. “Pendidikan dilaksanakan dengan sistem blok waktu, yaitu dalam setiap semester kuliah dan praktik di kampus selama 2 bulan dan praktik kerja di industri selama tiga bulan,” ujar Kepala Pusdiklat Kemenperin Mujiyono.
(dmd)