Pertamina Harus Timbang Untung-Rugi Ambil Blok East Kalimantan

Selasa, 26 Januari 2016 - 23:27 WIB
Pertamina Harus Timbang...
Pertamina Harus Timbang Untung-Rugi Ambil Blok East Kalimantan
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) beberapa waktu lalu telah menyatakan minat untuk mengambil alih pengelolaan Blok East Kalimantan yang kontraknya akan berakhir pada 24 Oktober 2018. Hal ini dilakukan setelah Chevron Indonesia Company (CICO), selaku existing operator memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak pengelolaan blok migas tersebut.

Ketua Komite Eksplorasi Nasional (KEN) Andang Bachtiar me‎ngatakan, pihaknya merekomendasikan pengelolaan Blok East Kalimantan untuk diambil alih Pertamina. Namun, sebelum memutuskan hal tersebut BUMN migas itu harus mempertimbangkan untung dan ruginya.

Sebab, semakin tua ladang minyak maka semakin butuh teknologi dan biaya untuk merawatnya. Apalagi, saat ini harga minyak dunia tengah mengalami penurunan.‎ Pertamina perlu memperhitungkan secara matang sebelum mengambil keputusan.

"Saya enggak punya angkanya (cadangan migas di Blok East Kalimantan), tapi yang jelas masih ada. Ekonomis atau tidak tergantung harga minyak, harga gas. (Blok migas) semakin tua makin butuh teknologi untuk mengeluarkan itu. Dengan harga minyak sekarang, apakah ekonomis atau tidak ya musti dihitung. Tapi kalau ditanya masih ada (cadangan) ya masih," ujarnya di Gedung Ditjen Kelistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Baca:
- Chevron Kembalikan Kontrak Blok East Kalimantan ke Indonesia
- Pertamina Kepincut Ambil Blok Chevron di Kalimantan
- Chevron Ungkap Alasan Tak Perpanjang Kontrak di Indonesia

Menurutnya, jika dilihat dari tren harga minyak dunia‎ saat ini maka pihaknya tidak menjamin Pertamina akan untung jika mengambil alih blok tersebut. Terlebih, tren penurunan harga minyak dunia ini pun diprediksi bakal terjadi hingga dua tahun mendatang.

"Enggak tahu apa menguntungkan atau tidak. Kan tergantung cadangannya juga, berapa ongkos produksinya. Tapi hati-hati, harga minyak lagi turun nih. Bisa liar antara USD30-USD20, itu juga harus diperhitungkan apa menguntungkan atau tidak‎," jelasnya.

Andang menambahkan, jika harga minyak dunia terus merosot hingga ke level USD20 per barel, maka blok migas milik perseroan yang ada saat ini pun akan terbengkalai.

"‎Kalau harga minyak sampai USD20 bukan lapangan itu saja, banyak bloknya Pertamina juga ditinggal. Enggak bisa dikerjain.‎ Kita harus bersiap harga minyak rendah sampai dua tahun ke depan," tandasnya
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1126 seconds (0.1#10.140)