Menperin Desak Jepang Serius Bangun Industri Komponen di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin kembali meminta Jepang membangun industri komponen automotif di Indonesia. Langkah ini untuk memperkuat struktur industri, menciptakan lapangan kerja dan akses teknologi bagi pelaku industri komponen domestik.
“Secara khusus, saya minta Jepang tidak tanggung-tanggung dalam berbisnis automotif di Indonesia. Selain meneruskan aktivitas industri dan investasi, juga mesti membangun industri komponen. Jadi jangan hanya memanfaatkan pasar bagi penjualan produk,” kata Menperin, saat bertemu dengan Gubernur Fukuoka Hiroshi Ogawa di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (1/2/2016).
Fukuoka merupakan provinsi di Jepang bagian selatan yang menjadi salah satu konsentrasi industri kendaraan bermotor terkemuka di Negeri Sakura itu. Terdapat pabrikan kelas dunia, yaitu Toyota, Daihatsu dan Nissan beserta sekitar 500 perusahaan industri terkait.
Pada kesempatan tersebut, turut hadir Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki, Chairman of Fukuoka Prefectural Assembly Tadatoshi Inoue, Vice Director General Department of Commerce and Industry Fukuoka Yoshitoshi Kojima. Selain itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan, Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Kemenperin A Riyanto.
Menperin menekankan, pemerintah mendukung langkah Jepang yang terus menjalin kerja sama dan menanamkan modal di Indonesia.
Menteri Saleh juga memaparkan, populasi kelas menengah di Indonesia mencapai 80-90 juta dari total penduduk 250 juta jiwa. Angka ini lebih besar dari total penduduk Thailand yang sekira 60 juta jiwa.
“Tapi pabrik mobil Jepang lebih banyak di Thailand. Maka saya tak bosan-bosan selalu minta agar Jepang meningkatkan investasi dengan langkah konkret membangun pabrik-pabrik komponen di Indonesia. Pasar automotif lebih besar di sini kok pabriknya di luar,” kata Menperin.
Lebih lanjut, Saleh mengungkapkan industri komponen domestik masih kurang sehingga berharap dukungan pihak prinsipal terhadap industri komponen ditingkatkan. Dia juga mengapresiasi Krakatau Nippon Steel, hasil patungan Krakatau Steel dengan perusahaan asal Jepang yang mengembangkan industri baja untuk kebutuhan automotif.
Menanggapi Menperin, Gubernur Fukuoka Hiroshi Ogawa mengatakan langkah perusahaan asal Jepang memperkuat industri di luar negeri adalah hal penting. “Pasar Indonesia tumbuh pesat dan menjadi pasar terbesar di ASEAN. Dari sisi industri, juga telah menjadi basis produksi terdepan. Inisiatif mengembangkan industri komponen telah dimulai 2012 dan pada 2014 kami makin fokus ke arah produksi melalui kemitraan dengan perusahaan komponen Indonesia termasuk pembicaraan investasi,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Executive Management Astra International, FX Sri Martono mengatakan, pihaknya akan mempertemukan 15 IKM komponen Indonesia dengan pelaku industri automotif Fukuoka. “Interaksi intens ini, nantinya bermuara hingga pembentukan joint venture antara industri Jepang dengan IKM komponen kita,” katanya.
Dirjen ILMATE I Gusti Putu Suryawirawan optimistis industri kedua negara dapat mempererat kerja sama dan bersama-sama memperkuat struktur industri Indonesia. “Kapasitas produksi pabrik-pabrik otomotif Jepang yang berlokasi di Indonesia mencapai 2 juta unit per tahun. Sekarang yang baru dimanfaatkan baru 1 juta sehingga ada idle capacity yang besar untuk kita manfaatkan,” pungkas Putu.
“Secara khusus, saya minta Jepang tidak tanggung-tanggung dalam berbisnis automotif di Indonesia. Selain meneruskan aktivitas industri dan investasi, juga mesti membangun industri komponen. Jadi jangan hanya memanfaatkan pasar bagi penjualan produk,” kata Menperin, saat bertemu dengan Gubernur Fukuoka Hiroshi Ogawa di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (1/2/2016).
Fukuoka merupakan provinsi di Jepang bagian selatan yang menjadi salah satu konsentrasi industri kendaraan bermotor terkemuka di Negeri Sakura itu. Terdapat pabrikan kelas dunia, yaitu Toyota, Daihatsu dan Nissan beserta sekitar 500 perusahaan industri terkait.
Pada kesempatan tersebut, turut hadir Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki, Chairman of Fukuoka Prefectural Assembly Tadatoshi Inoue, Vice Director General Department of Commerce and Industry Fukuoka Yoshitoshi Kojima. Selain itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan, Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Kemenperin A Riyanto.
Menperin menekankan, pemerintah mendukung langkah Jepang yang terus menjalin kerja sama dan menanamkan modal di Indonesia.
Menteri Saleh juga memaparkan, populasi kelas menengah di Indonesia mencapai 80-90 juta dari total penduduk 250 juta jiwa. Angka ini lebih besar dari total penduduk Thailand yang sekira 60 juta jiwa.
“Tapi pabrik mobil Jepang lebih banyak di Thailand. Maka saya tak bosan-bosan selalu minta agar Jepang meningkatkan investasi dengan langkah konkret membangun pabrik-pabrik komponen di Indonesia. Pasar automotif lebih besar di sini kok pabriknya di luar,” kata Menperin.
Lebih lanjut, Saleh mengungkapkan industri komponen domestik masih kurang sehingga berharap dukungan pihak prinsipal terhadap industri komponen ditingkatkan. Dia juga mengapresiasi Krakatau Nippon Steel, hasil patungan Krakatau Steel dengan perusahaan asal Jepang yang mengembangkan industri baja untuk kebutuhan automotif.
Menanggapi Menperin, Gubernur Fukuoka Hiroshi Ogawa mengatakan langkah perusahaan asal Jepang memperkuat industri di luar negeri adalah hal penting. “Pasar Indonesia tumbuh pesat dan menjadi pasar terbesar di ASEAN. Dari sisi industri, juga telah menjadi basis produksi terdepan. Inisiatif mengembangkan industri komponen telah dimulai 2012 dan pada 2014 kami makin fokus ke arah produksi melalui kemitraan dengan perusahaan komponen Indonesia termasuk pembicaraan investasi,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Executive Management Astra International, FX Sri Martono mengatakan, pihaknya akan mempertemukan 15 IKM komponen Indonesia dengan pelaku industri automotif Fukuoka. “Interaksi intens ini, nantinya bermuara hingga pembentukan joint venture antara industri Jepang dengan IKM komponen kita,” katanya.
Dirjen ILMATE I Gusti Putu Suryawirawan optimistis industri kedua negara dapat mempererat kerja sama dan bersama-sama memperkuat struktur industri Indonesia. “Kapasitas produksi pabrik-pabrik otomotif Jepang yang berlokasi di Indonesia mencapai 2 juta unit per tahun. Sekarang yang baru dimanfaatkan baru 1 juta sehingga ada idle capacity yang besar untuk kita manfaatkan,” pungkas Putu.
(dmd)