Batang Siapkan Blok Industri di Pantura
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang berencana membangun blok-blok industri menyusul pembangunan PLTU berkapasitas 2x1.000 MW di wilayahnya. Keberadaan industri itu diyakini bisa menyerap tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo mengatakan, blok industri itu akan dibangun di sepanjang jalan pantai utara (pantura) mulai dari Gringsing, Banyuputih, Tulis, Kandeman, hingga Batang. Wilayah itu dipilih karena pantura merupakan jalur paling aktif di Indonesia, sehingga mudah transportasinya. “Ini akan menjadi hal yang luar biasa,” ucap Yoyok, saat berdiskusi dengan jajaran Redaksi Koran SINDO di Gedung SINDO, Jakarta.
Pembangunan PLTU Batang dinilai akan sangat membantu pemerintah dalam mendorong percepatan ekonomi di wilayahnya. Karena itu, Pemkab Batang tiap pekan melakukan monitoring dan evaluasi guna memastikan megaproyek senilai Rp36 triliun itu berjalan dengan baik.
Pembuatan blok-blok industri juga sebagai persiapan kemungkinan adanya pindahan industri dari Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Pabrik-pabrik dari sejumlah kawasan industri itu diyakini akan ekspansi atau pindah ke wilayah Jawa Tengah pada 2017 karena upah buruh di Jateng masih cukup kompetitif. Karena itu, sebagai salah satu daerah di Jateng, Batang perlu mempersiapkan kemungkinan perpindahan industri itu. “Kalau tidak secepatnya dipersiapkan, bisa bablas,” ujar Yoyok, yang belum lama ini mendapat Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015.
Sebagai langkah awal, Yoyok akan mengubah Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Batang. Lokasi-lokasi industri akan berada di wilayah utara (bawah), sedangkan wilayah selatan (atas) tetap dijaga sebagai lahan pertanian. Dengan perubahan RTRW. maka masing-masing wilayah jelas peruntukannya dan tidak tumpang tindih.
Kemudahan mengurus izin usaha di Kabupaten Batang juga telah dirintis Yoyok sejak awal memimpin pada 2012 silam. Terbukti, izin investasi naik 800% dibanding pendahulunya. Keberhasilan itu juga bisa dilihat dari kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) yang meningkat tajam. Jika pada 2012, PAD hanya Rp67 miliar, maka 2014 mencapai Rp186 miliar. Bahkan, pada 2017 nanti PAD ditargetkan bisa mencapai Rp200 miliar. “Saya sangat yakin nantinya Batang akan menjadi Kota Mandiri di Pantura,” ucapnya optimistis.
Cita-cita itu bukan hal yang mustahil diwujudkan. Apalagi, selama ini Yoyok telah melakukan perbaikan sistem dan birokrasi. Sejak terpilih menjadi Bupati Batang, dia dan wakilnya, Soetadi, menerapkan transparansi anggaran dan pembangunan.
Dalam pengadaan barang dan jasa, Batang meniru Subaraya menggunakan sistem layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) yang dapat mencegah rekayasa dan korupsi. Hasilnya, LPSE Batang pada 2014 meraih standar ISO 27001 dari Lembaga Sertifikasi Internasional ACS Registrars.
Selain itu, mantan Dansatgas BIN Wil Jaya Wijaya Papua ini juga membentuk Unit Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (UPKP2) pada 2013. Kantor ini memiliki tugas melayani pengaduan dan usulan masyarakat terkait agenda pembangunan. “Saya selalu bilang rakyat adalah raja. Saya ini pelayan. Jadi, melalui UPKP2, masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya,” kata Yoyok.
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Pekalongan sebelumnya juga mendorong munculnya kawasan industri di Kabupaten Batang. Adanya PLTU berkapasitas 2x1.000 megawatt di wilayah itu akan menarik investor domestik maupun mancanegara mendirikan pabrik/perusahaan di Batang.
Ketua Kadin Kota Pekalongan Ricsa Mangkulla mengatakan, hal yang perlu dipersiapkan dari awal adalah infrastruktur kawasan industri. “Ini peluang emas, pemerintah harus bisa mendapatkan kesempatan ini untuk memacu ekonomi setempat,” tegasnya.
Ricsa mendorong Pemkab Batang lebih peka membuat kawasan industri baru. Sebab, lahan yang tersedia masih sangat memungkinkan dengan luas daerah 78.864,16 hektare. “Secara teknis biar pemerintah daerah yang membagi wilayahnya untuk pertanian, perkebunan, dan kawasan industri. Namun, potensinya cukup bagus,” tandasnya.
Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo mengatakan, blok industri itu akan dibangun di sepanjang jalan pantai utara (pantura) mulai dari Gringsing, Banyuputih, Tulis, Kandeman, hingga Batang. Wilayah itu dipilih karena pantura merupakan jalur paling aktif di Indonesia, sehingga mudah transportasinya. “Ini akan menjadi hal yang luar biasa,” ucap Yoyok, saat berdiskusi dengan jajaran Redaksi Koran SINDO di Gedung SINDO, Jakarta.
Pembangunan PLTU Batang dinilai akan sangat membantu pemerintah dalam mendorong percepatan ekonomi di wilayahnya. Karena itu, Pemkab Batang tiap pekan melakukan monitoring dan evaluasi guna memastikan megaproyek senilai Rp36 triliun itu berjalan dengan baik.
Pembuatan blok-blok industri juga sebagai persiapan kemungkinan adanya pindahan industri dari Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Pabrik-pabrik dari sejumlah kawasan industri itu diyakini akan ekspansi atau pindah ke wilayah Jawa Tengah pada 2017 karena upah buruh di Jateng masih cukup kompetitif. Karena itu, sebagai salah satu daerah di Jateng, Batang perlu mempersiapkan kemungkinan perpindahan industri itu. “Kalau tidak secepatnya dipersiapkan, bisa bablas,” ujar Yoyok, yang belum lama ini mendapat Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015.
Sebagai langkah awal, Yoyok akan mengubah Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Batang. Lokasi-lokasi industri akan berada di wilayah utara (bawah), sedangkan wilayah selatan (atas) tetap dijaga sebagai lahan pertanian. Dengan perubahan RTRW. maka masing-masing wilayah jelas peruntukannya dan tidak tumpang tindih.
Kemudahan mengurus izin usaha di Kabupaten Batang juga telah dirintis Yoyok sejak awal memimpin pada 2012 silam. Terbukti, izin investasi naik 800% dibanding pendahulunya. Keberhasilan itu juga bisa dilihat dari kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) yang meningkat tajam. Jika pada 2012, PAD hanya Rp67 miliar, maka 2014 mencapai Rp186 miliar. Bahkan, pada 2017 nanti PAD ditargetkan bisa mencapai Rp200 miliar. “Saya sangat yakin nantinya Batang akan menjadi Kota Mandiri di Pantura,” ucapnya optimistis.
Cita-cita itu bukan hal yang mustahil diwujudkan. Apalagi, selama ini Yoyok telah melakukan perbaikan sistem dan birokrasi. Sejak terpilih menjadi Bupati Batang, dia dan wakilnya, Soetadi, menerapkan transparansi anggaran dan pembangunan.
Dalam pengadaan barang dan jasa, Batang meniru Subaraya menggunakan sistem layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) yang dapat mencegah rekayasa dan korupsi. Hasilnya, LPSE Batang pada 2014 meraih standar ISO 27001 dari Lembaga Sertifikasi Internasional ACS Registrars.
Selain itu, mantan Dansatgas BIN Wil Jaya Wijaya Papua ini juga membentuk Unit Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (UPKP2) pada 2013. Kantor ini memiliki tugas melayani pengaduan dan usulan masyarakat terkait agenda pembangunan. “Saya selalu bilang rakyat adalah raja. Saya ini pelayan. Jadi, melalui UPKP2, masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya,” kata Yoyok.
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Pekalongan sebelumnya juga mendorong munculnya kawasan industri di Kabupaten Batang. Adanya PLTU berkapasitas 2x1.000 megawatt di wilayah itu akan menarik investor domestik maupun mancanegara mendirikan pabrik/perusahaan di Batang.
Ketua Kadin Kota Pekalongan Ricsa Mangkulla mengatakan, hal yang perlu dipersiapkan dari awal adalah infrastruktur kawasan industri. “Ini peluang emas, pemerintah harus bisa mendapatkan kesempatan ini untuk memacu ekonomi setempat,” tegasnya.
Ricsa mendorong Pemkab Batang lebih peka membuat kawasan industri baru. Sebab, lahan yang tersedia masih sangat memungkinkan dengan luas daerah 78.864,16 hektare. “Secara teknis biar pemerintah daerah yang membagi wilayahnya untuk pertanian, perkebunan, dan kawasan industri. Namun, potensinya cukup bagus,” tandasnya.
(dmd)