BNI Akui Penurunan Bunga Deposito Berpotensi Bikin Nasabah Kabur
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) mengakui pembatasan suku bunga deposito berpotensi membuat nasabah yang telah menyimpan uangnya di bank tersebut kabur. Seperti diketahui pemerintah saat ini tengah berniat menurunkan suku bunga deposito untuk menekan bunga kredit perbankan.
(Baca Juga: Dorong Diversifikasi Investasi, Menkeu Desak Bunga Deposito Turun)
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menerangkan penurunan suku bunga deposito ini memang berpotensi menyebabkan nasabah kabur karena tingkat suku bunganya sudah tidak menarik lagi. Karena itu sebelum menurunkan suku bunga, dia menekankan BNI akan melihat tingkat likuiditas.
"Kalau likuiditas banyak mungkin bank tidak berlomba naikan suku bunga depositonya. Tapi kalau likuiditas ketat bank mungkin akan coba bersaing," jelasnya di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (24/2/2016).
Dia menambahkan pembatasan suku bunga deposito menjadi 1% di atas inflasi memang angka yang ideal. Karena, di banyak negara memang suku bunga depositonya berada di kisaran tersebut. "Kalau menurut saya ideal (suku bunga deposito 1% di atas inflasi). Karena banyak negara yang segitu juga. Ya kalau sekarang kita lihat suku bunga kita dibanding negara lain memang tinggi," sambungnya.
Saat ini saja, suku bunga deposito BNI berada di kisaran 4,5% hingga 7%. Jika saat ini inflasi berada di angka 4%, maka seharusnya suku bunga deposito sekitar 5%. "Kita (suku bunga deposito) start dari angka 4,5% dan 5%. Tapi juga ada sampai ke angka 7%. Cuma semua tergantung jangka waktu dan nominalnya juga," imbuh dia.
BNI sendiri, sambung Baiquni, akan berupaya untuk memperkecil penghimpunan dana dari deposito. Perseroan akan lebih memfokuskan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk casa.
"Kebijakan BNI akan berupaya untuk menghimpun DPK dalam bentuk casa. Untuk deposito kita upayakan tidak terlalu besar. Kita akan upaya di casa. Sekarang casa 62% hingga 63%. Kisarannya masih segitu. Maunya 70% tapi tidak akan naik signifikan semudah itu," tandasnya.
Sebagai informasi, sepanjang 2016 Bank Indonesia (BI) telah dua kali mengeluarkan kebijakan penurunan suku bunga acuan. BI rate saat ini turun 50 basis points (bps) dari 7,5% menjadi 7% pada Februari 2016. Sayangnya, penurunan BI rate ini tidak diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dan deposito perbankan nasional.
Karena itu, pemerintah mengimbau bahwa suku bunga deposito seharusnya dapat turun hingga 1% dari total inflasi nasional. Dengan begitu, perbankan juga dapat memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga kredit menjadi single digit.
(Baca Juga: Dorong Diversifikasi Investasi, Menkeu Desak Bunga Deposito Turun)
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menerangkan penurunan suku bunga deposito ini memang berpotensi menyebabkan nasabah kabur karena tingkat suku bunganya sudah tidak menarik lagi. Karena itu sebelum menurunkan suku bunga, dia menekankan BNI akan melihat tingkat likuiditas.
"Kalau likuiditas banyak mungkin bank tidak berlomba naikan suku bunga depositonya. Tapi kalau likuiditas ketat bank mungkin akan coba bersaing," jelasnya di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (24/2/2016).
Dia menambahkan pembatasan suku bunga deposito menjadi 1% di atas inflasi memang angka yang ideal. Karena, di banyak negara memang suku bunga depositonya berada di kisaran tersebut. "Kalau menurut saya ideal (suku bunga deposito 1% di atas inflasi). Karena banyak negara yang segitu juga. Ya kalau sekarang kita lihat suku bunga kita dibanding negara lain memang tinggi," sambungnya.
Saat ini saja, suku bunga deposito BNI berada di kisaran 4,5% hingga 7%. Jika saat ini inflasi berada di angka 4%, maka seharusnya suku bunga deposito sekitar 5%. "Kita (suku bunga deposito) start dari angka 4,5% dan 5%. Tapi juga ada sampai ke angka 7%. Cuma semua tergantung jangka waktu dan nominalnya juga," imbuh dia.
BNI sendiri, sambung Baiquni, akan berupaya untuk memperkecil penghimpunan dana dari deposito. Perseroan akan lebih memfokuskan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk casa.
"Kebijakan BNI akan berupaya untuk menghimpun DPK dalam bentuk casa. Untuk deposito kita upayakan tidak terlalu besar. Kita akan upaya di casa. Sekarang casa 62% hingga 63%. Kisarannya masih segitu. Maunya 70% tapi tidak akan naik signifikan semudah itu," tandasnya.
Sebagai informasi, sepanjang 2016 Bank Indonesia (BI) telah dua kali mengeluarkan kebijakan penurunan suku bunga acuan. BI rate saat ini turun 50 basis points (bps) dari 7,5% menjadi 7% pada Februari 2016. Sayangnya, penurunan BI rate ini tidak diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dan deposito perbankan nasional.
Karena itu, pemerintah mengimbau bahwa suku bunga deposito seharusnya dapat turun hingga 1% dari total inflasi nasional. Dengan begitu, perbankan juga dapat memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga kredit menjadi single digit.
(akr)