Rupiah Dibuka Melemah Saat Yen Bergerak Stabil
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal pekan dibuka melemah di kisaran Rp13.300/USD saat euro dan yen cenderung bergerak stabil terdorong pertemuan G20. Hasil pertemuan para penentu kebijakan ekonomi itu memberikan sentimen positif terhadap beberapa mata uang utama.
Sedangkan rupiah tercatat tertekan berdasarkan data Yahoo Finance yang berada pada posisi Rp13.390/USD dengan kisaran harian Rp13.390-Rp13. 430/USD. Posisi tersebut turun 15 poin dari posisi akhir pekan kemarin di level Rp13.375/USD.
Menurut data Sindonews bersumber dari Limas, rupiah pagi ini dibuka pada level Rp13.395/USD. Posisi itu tidak lebih baik dari posisi penutupan kemarin yang berakhir di level Rp13.380/USD atau melemah tipis sebesar 15 poin.
Data Bloomberg menunjukkan, rupiah pada sesi pembukaan berakhir di posisi Rp13.392/USD. Posisi itu masih tertekan sebesar 11 poin dari penutupan sebelumnya yang berada di level Rp13.381/USD.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah mengawali pekan ini pada level 13,395.00. Posisi ini memburuk dari posisi sebelumnya di posisi Rp13.400/USD.
Dilansir Reuters, Senin (29/2/2016) euro dan yen bergerak cenderung stabil saat data AS menimbulkan kembali risiko kenaikan suku bunga AS (Fed rate). Yen tercatat ada pada posisi 114.00 yen terhadap USD sedikit berubah dibandingkan akhir pekan kemarin yang mengalami kenaikan 0,9%. Euro sendiri stagnan ada pada level 124.50 terhadap yen.
Indeks beberapa mata uang utama dunia juga terlihat bergerak mendatar di posisi USD1.0925. Sementara dolar Australia juga bersemangat menguat sebesar 71 sen terhadap USD, meski mata uang Selandia Baru tergelincir 66 sen. Penguatan juga terjadi pada indeks USD terhadap enam mata uang utama setelah akhir pekan kemarin ada di posisi 98.26 dan hari ini menjadi 98.13.
Menteri G20 mengeluarkan pernyataan setuju untuk menggunakan semua kebijakan moneter, fiskal dan struktural secara individual dan kolektif untuk mencapai tujuan ekonomi kelompok. "Harapan untuk komitmen substantif dari G20 cukup rendah sehingga kita tidak boleh mengharapkan tanggapan pasar yang signifikan di awal pekan ini," jelas Kepala Global FX strategi di National Australia Bank, Ray Attrill.
Sedangkan rupiah tercatat tertekan berdasarkan data Yahoo Finance yang berada pada posisi Rp13.390/USD dengan kisaran harian Rp13.390-Rp13. 430/USD. Posisi tersebut turun 15 poin dari posisi akhir pekan kemarin di level Rp13.375/USD.
Menurut data Sindonews bersumber dari Limas, rupiah pagi ini dibuka pada level Rp13.395/USD. Posisi itu tidak lebih baik dari posisi penutupan kemarin yang berakhir di level Rp13.380/USD atau melemah tipis sebesar 15 poin.
Data Bloomberg menunjukkan, rupiah pada sesi pembukaan berakhir di posisi Rp13.392/USD. Posisi itu masih tertekan sebesar 11 poin dari penutupan sebelumnya yang berada di level Rp13.381/USD.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah mengawali pekan ini pada level 13,395.00. Posisi ini memburuk dari posisi sebelumnya di posisi Rp13.400/USD.
Dilansir Reuters, Senin (29/2/2016) euro dan yen bergerak cenderung stabil saat data AS menimbulkan kembali risiko kenaikan suku bunga AS (Fed rate). Yen tercatat ada pada posisi 114.00 yen terhadap USD sedikit berubah dibandingkan akhir pekan kemarin yang mengalami kenaikan 0,9%. Euro sendiri stagnan ada pada level 124.50 terhadap yen.
Indeks beberapa mata uang utama dunia juga terlihat bergerak mendatar di posisi USD1.0925. Sementara dolar Australia juga bersemangat menguat sebesar 71 sen terhadap USD, meski mata uang Selandia Baru tergelincir 66 sen. Penguatan juga terjadi pada indeks USD terhadap enam mata uang utama setelah akhir pekan kemarin ada di posisi 98.26 dan hari ini menjadi 98.13.
Menteri G20 mengeluarkan pernyataan setuju untuk menggunakan semua kebijakan moneter, fiskal dan struktural secara individual dan kolektif untuk mencapai tujuan ekonomi kelompok. "Harapan untuk komitmen substantif dari G20 cukup rendah sehingga kita tidak boleh mengharapkan tanggapan pasar yang signifikan di awal pekan ini," jelas Kepala Global FX strategi di National Australia Bank, Ray Attrill.
(akr)