Rupiah Berjaya, Produk Makanan Olahan RI Makin Berdaya Saing
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis produk ekspor makanan olahan dari Indonesia akan semakin berdaya saing, dengan kembali terkereknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mendekati level Rp12.000/USD.
(Baca: USD Defensif, Rupiah Makin Bersinar di Level Rp13.150/USD)
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Nus Nuzulia Ishak mengatakan, menguatnya mata uang Garuda akan sangat berdampak terhadap beberapa komoditi ekspor dari Tanah Air, salah satunya makanan olahan. Sebab, selama ini bahan baku makanan olahan dari Tanah Air masih bergantung pada impor.
"Saya kira dengan menguatnya rupiah untuk beberapa komoditi ekspor, misalnya saja process food di mana kebergantungan konten impornya cukup tinggi ini akan memberikan peningkatan daya saing. Dengan menguatnya rupiah, sudah tentu kita akan lebih murah lagi harga dari makanan olahan ekspor sendiri," katanya di Gedung Kemendag, Jakarta, Kamis (4/3/2016).
Nus menuturka, penguatan rupiah tersebut tidak memengaruhi target ekspor Indonesia. Sebab, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong telah menekankan bahwa kontraksi ekspor tahun ini berada pada kisaran 1%-5%.
"Arahan bapak menteri adalah ekspor 2016, kontraksinya 1%-5% dari tahun lalu. Jadi, ini yang cukup visible," tandas dia.
(Baca: USD Defensif, Rupiah Makin Bersinar di Level Rp13.150/USD)
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Nus Nuzulia Ishak mengatakan, menguatnya mata uang Garuda akan sangat berdampak terhadap beberapa komoditi ekspor dari Tanah Air, salah satunya makanan olahan. Sebab, selama ini bahan baku makanan olahan dari Tanah Air masih bergantung pada impor.
"Saya kira dengan menguatnya rupiah untuk beberapa komoditi ekspor, misalnya saja process food di mana kebergantungan konten impornya cukup tinggi ini akan memberikan peningkatan daya saing. Dengan menguatnya rupiah, sudah tentu kita akan lebih murah lagi harga dari makanan olahan ekspor sendiri," katanya di Gedung Kemendag, Jakarta, Kamis (4/3/2016).
Nus menuturka, penguatan rupiah tersebut tidak memengaruhi target ekspor Indonesia. Sebab, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong telah menekankan bahwa kontraksi ekspor tahun ini berada pada kisaran 1%-5%.
"Arahan bapak menteri adalah ekspor 2016, kontraksinya 1%-5% dari tahun lalu. Jadi, ini yang cukup visible," tandas dia.
(izz)