Neraca Perdagangan Februari Surplus Tertinggi Lima Tahun
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2016 terjadi surplus USD1,14 miliar. Dimana nilai ekspor mencapai USD11,30 miliar dan impor USD10,16 miliar.
Surplus pada Februari merupakan surplus tertinggi dalam lima tahun. Dari sisi ekspor, yang angkanya mencapai USD11,30 miliar terjadi kenaikan 7,8% dibanding Januari 2016.
Di sektor migas, terjadi kenaikan yakni 0,47% dari USD1,11 miliar menjadi USD1,116 miliar. Untuk nonmigas, dari USD9,37 miliar ke USD10,19 miliar, atau naik 8,67%.
"Secara year on year (YoY), dari Februari 2015 ke Februari 2016, ekspor Indonesia turun dari USD12,17 miliar ke USD11,3 miliar atau turun 7,18%," ujar Kepala BPS Suryamin, di Gedung BPS, Selasa (15/3/2016).
Ekspor secara kumulatif, dari Januari ke Februari 2016, ekspor Indonesia mencapai USD21,78 miliar atau turun 14,32% secara YoY. Untuk ekspor nonmigas dari Januari ke Februari 2016 turun 9,89% menjadi USD19,56 miliar. Share terbesar untuk ekspor Indonesia yakni lemak dan minyak hewan nabati sebesar USD2,62 miliar dan bahan bakar mineral USD2,14 miliar.
"Pangsa terbesar nonmigas kita nomor satu yakni, Amerika Serikat USD2,38 miliar atau 12,15%, Jepang USD2,16 miliar atau 11,05% dan Tiongkok USD1,83 miliar atau 9,37%. Untuk ekspor nonmigas ke ASEAN yakni USD4,14 miliar atau 21,17% dan ekspor nonmigas ke Uni Eropa yakni USD2,28 miliar atau 11,63%," terang dia.
Untuk impor, yang nilainya USD10,16 miliar, mengalami penurunan 2,91% dibanding Januari 2016 dan migas juga turun 8,79% dari USD1,22 miliar menjadi USD1,11 miliar. Sedangkan nonmigas turun 2,13% dari USD9,25 miliar ke USD9,05 miliar.
"Secara year on year dari Februari 2015 ke Februari 2016, kita turun 11,71%, dari USD11,51 miliar ke USD10,16 miliar," kata Suryamin.
Untuk total impor Januari-Februari 2016, terjadi penurunan 14,48% secara YoY mencapai USD20,63 miliar. Share impor terbesar yakni, mesin dan peralatan mekanik USD3,41 miliar dan mesin dan peralatan listrik USD2,28 miliar.
"Pangsa impor nonmigas kita masih Tiongkok yakni USD4,87 miliar atau 26,65%, Jepang USD1,92 miliar atau 10,50% dan Thailand USD1,48 miliar atau 8,11%. Sedangkan untuk impor nonmigas dari ASEAN USD4,07 miliar atau 22,22%. Untuk impor nonmigas dari Uni Eropa sebesar USD1,77 miliar atau 9,68%," pungkasnya.
Surplus pada Februari merupakan surplus tertinggi dalam lima tahun. Dari sisi ekspor, yang angkanya mencapai USD11,30 miliar terjadi kenaikan 7,8% dibanding Januari 2016.
Di sektor migas, terjadi kenaikan yakni 0,47% dari USD1,11 miliar menjadi USD1,116 miliar. Untuk nonmigas, dari USD9,37 miliar ke USD10,19 miliar, atau naik 8,67%.
"Secara year on year (YoY), dari Februari 2015 ke Februari 2016, ekspor Indonesia turun dari USD12,17 miliar ke USD11,3 miliar atau turun 7,18%," ujar Kepala BPS Suryamin, di Gedung BPS, Selasa (15/3/2016).
Ekspor secara kumulatif, dari Januari ke Februari 2016, ekspor Indonesia mencapai USD21,78 miliar atau turun 14,32% secara YoY. Untuk ekspor nonmigas dari Januari ke Februari 2016 turun 9,89% menjadi USD19,56 miliar. Share terbesar untuk ekspor Indonesia yakni lemak dan minyak hewan nabati sebesar USD2,62 miliar dan bahan bakar mineral USD2,14 miliar.
"Pangsa terbesar nonmigas kita nomor satu yakni, Amerika Serikat USD2,38 miliar atau 12,15%, Jepang USD2,16 miliar atau 11,05% dan Tiongkok USD1,83 miliar atau 9,37%. Untuk ekspor nonmigas ke ASEAN yakni USD4,14 miliar atau 21,17% dan ekspor nonmigas ke Uni Eropa yakni USD2,28 miliar atau 11,63%," terang dia.
Untuk impor, yang nilainya USD10,16 miliar, mengalami penurunan 2,91% dibanding Januari 2016 dan migas juga turun 8,79% dari USD1,22 miliar menjadi USD1,11 miliar. Sedangkan nonmigas turun 2,13% dari USD9,25 miliar ke USD9,05 miliar.
"Secara year on year dari Februari 2015 ke Februari 2016, kita turun 11,71%, dari USD11,51 miliar ke USD10,16 miliar," kata Suryamin.
Untuk total impor Januari-Februari 2016, terjadi penurunan 14,48% secara YoY mencapai USD20,63 miliar. Share impor terbesar yakni, mesin dan peralatan mekanik USD3,41 miliar dan mesin dan peralatan listrik USD2,28 miliar.
"Pangsa impor nonmigas kita masih Tiongkok yakni USD4,87 miliar atau 26,65%, Jepang USD1,92 miliar atau 10,50% dan Thailand USD1,48 miliar atau 8,11%. Sedangkan untuk impor nonmigas dari ASEAN USD4,07 miliar atau 22,22%. Untuk impor nonmigas dari Uni Eropa sebesar USD1,77 miliar atau 9,68%," pungkasnya.
(izz)