Harga Beras Naik, 82% Masyarakat Indonesia Menangis
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengemukakan, sumber dari tingginya tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia adalah harga pangan, khususnya komoditas beras. Pasalnya, jika harga beras naik maka 82% masyarakat Indonesia akan menangis.
Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat kabinet terbatas telah menekankan bahwa berkaitan dengan harga beras tersebut perlu ada keseimbangan antara upaya melindungi konsumen dan upaya menjaga kepentingan konsumen. Sebab, dari sekitar 250 juta penduduk di Tanah Air yang berprofesi sebagai petani hanya sekitar 18%.
"Menurut Bapak Presiden, petani padi itu kira-kira 18% dari penduduk kita. Kalau harga padi naik, mereka akan lebih gembira. Tapi sisanya, 82% boleh jadi malah menangis. Karena buat dia harga yang tinggi merugikan dia," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Karena itu, sambung mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini, pemerintah harus memperhatikan keduanya. Perhatian tersebut tidak dengan mendorong harga padi naik setinggi-tingginya dan kemudian pada akhirnya merugikan konsumen. "Pemerintah harus memperhatikan dua-duanya," jelasnya.
Darmin menambahkan, sumber tingginya tingkat kemiskinan di Tanah Air berikutnya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang pada akhirnya berimbas pada perdagangan global menurun. Kemudian pada akhirnya, perlambatan tersebut berdampak pada penduduk Indonesia yang mengandalkan komoditas seperti pertambangan dan perkebunan yang kini mengalami perlambatan.
"Itu kemudian memukul harga produk pertambangan dan perkebunan kita. Dan, itu membuat penghasilan banyak penduduk kita terpukul karena harganya jatuh," pungkasnya.
Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat kabinet terbatas telah menekankan bahwa berkaitan dengan harga beras tersebut perlu ada keseimbangan antara upaya melindungi konsumen dan upaya menjaga kepentingan konsumen. Sebab, dari sekitar 250 juta penduduk di Tanah Air yang berprofesi sebagai petani hanya sekitar 18%.
"Menurut Bapak Presiden, petani padi itu kira-kira 18% dari penduduk kita. Kalau harga padi naik, mereka akan lebih gembira. Tapi sisanya, 82% boleh jadi malah menangis. Karena buat dia harga yang tinggi merugikan dia," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Karena itu, sambung mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini, pemerintah harus memperhatikan keduanya. Perhatian tersebut tidak dengan mendorong harga padi naik setinggi-tingginya dan kemudian pada akhirnya merugikan konsumen. "Pemerintah harus memperhatikan dua-duanya," jelasnya.
Darmin menambahkan, sumber tingginya tingkat kemiskinan di Tanah Air berikutnya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang pada akhirnya berimbas pada perdagangan global menurun. Kemudian pada akhirnya, perlambatan tersebut berdampak pada penduduk Indonesia yang mengandalkan komoditas seperti pertambangan dan perkebunan yang kini mengalami perlambatan.
"Itu kemudian memukul harga produk pertambangan dan perkebunan kita. Dan, itu membuat penghasilan banyak penduduk kita terpukul karena harganya jatuh," pungkasnya.
(dmd)