BI Catat Transaksi Hedging 2015 Mencapai USD41,6 Miliar

Senin, 28 Maret 2016 - 15:26 WIB
BI Catat Transaksi Hedging 2015 Mencapai USD41,6 Miliar
BI Catat Transaksi Hedging 2015 Mencapai USD41,6 Miliar
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatatkan volume transaksi lindung nilai (hedging) sepanjang 2015 mencapai USD41,61 miliar atau sekitar Rp553 triliun. BI menyebutkan angka ini sudah sesuai dengan laporan yang diterima berdasarkan Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati-hatian (KPPK).

Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur BI Hendar. Menurutnya, volume transaksi lindung nilai sepanjang 2015 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

"2015 lalu, volume transaksi untuk hedging kita naik. Pada 2014 total derivatif beli korporasi domestik itu sebesar USD36,81 miliar atau rata-rata USD3 miliar per bulan. Maka pada 2015 itu USD41,61 miliar selama setahun," ujar Hendar di Jakarta, Senin (28/3/2016).

Hendar mengatakan, bank sentral sendiri berharap perusahaan dalam negeri, baik perusahaan pelat merah maupun swasta yang bertransaksi menggunakan valuta asing (valas) dapat melakukan transaksi lindung nilai.

"Mereka disarankan melakukan kegiatan tersebut agar menghindari risiko selisih nilai tukar," katanya.

Hendar mengungkapkan, transaksi hedging BUMN juga mengalami peningkatan. Kondisi tersebut sejalan dengan arahan Kementerian BUMN yang meminta agar perusahaan pelat merah dapat menjadi lokomotif bagi perusahaan swasta di dalam negeri terkait dengan transaksi lindung nilai.

"Di sektor BUMN juga naik, seperti Pertamina, PLN, Garuda Indonesia, Petrokimia Gresik, Semen Gresik dan Semen Padang. Mereka sudah adakan master agreement. Transaksi beli BUMN itu USD1,9 miliar pada 2015 atau naik 200% dibanding 2014, yakni USD580 juta," katanya.

Lebih lanjut, dia menambahkan, dengan adanya peningkatan volume transaksi lindung nilai yang sudah mencapai USD41,61 miliar diharapkan dapat menekan neraca transaksi berjalan yang masih mengalami defisit hingga saat ini.

"Tapi kami patut bersyukur bahwa segala upaya yang kami lakukan sudah baik. Rasio current account deficit atau defisit transaksi berjalan kita itu 2% di akhir 2015. Upaya ini hasil kebijakan yang dilakukan BI," tutup Hendar.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6843 seconds (0.1#10.140)