Menperin Beberkan Semangat Hilirisasi di Ultah MNC News

Senin, 28 Maret 2016 - 15:54 WIB
Menperin Beberkan Semangat...
Menperin Beberkan Semangat Hilirisasi di Ultah MNC News
A A A
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin hadir sebagai pembicara dalam program Indonesia Siang Spesial 10 Tahun MNC News. Dalam kesempatan tersebut, dia membeberkan semangat hilirisasi yang dilakukan pemerintah untuk memajukan industri di Tanah Air.

Dia mengatakan, Indonesia adalah negara yang dikaruniai sumber daya alam (SDA) berlimpah. Sayang, selama ini Indonesia salah strategi dan hanya mengekspor kekayaan alam tersebut secara mentah. Akibatnya, yang mendapat nilai tambah (value added) dari kekayaan alam tersebut justru negara lain lantaran produk tersebut diolah di negara mereka.

"Selama ini yang dilakukan adalah bagaimana mengekspor SDA secara mentah ke luar negeri, terus diolah di negara lain, terus baru dijual kembali. Yang dapat nilai tambah justru di luar negeri, tenaga kerja yang diserap juga dari luar negeri. Akhirnya kita hanya jadi pasar," ujarnya di Auditorium Gedung Sindo, Jakarta, Senin (28/3/2016).

Menurutnya, kebiasaan tersebut harus diubah dengan melakukan pengolahan (hilirisasi) baik produk pertanian maupun pertambangan. Politisi Partai Hanura ini mencontohkan, selama ini produk tambang dari Indonesia yang diekspor ke luar negeri hanya berbentuk mineral mentah (ore) yang harga jualnya hanya sekitar USD30 per ton. Namun kini, perusahaan tambang diwajibkan melakukan hilirisasi dan membangun pabrik pengolahan serta pemurnian (smelter).

"Saat ini dengan kita melakukan hilirisasi membangun smelter di Indonesia, contoh di Morowali yang sudah beberapa tahun kemarin diresmikan Presiden, kami dorong terus tidak berhenti. Baru satu tingkat di atas itu, dia bisa jual belasan kali lipat dibanding ore," imbuhnya.

Saleh menuturkan, jika hal ini terus dilakukan maka Indonesia akan mendapatkan nilai tambah yang lebih besar, tenaga kerja yang terserap juga jauh lebih besar, serta industri pendukung yang akan berkembang.

Contoh lain, lanjut dia, dalam industri agro Indonesia dikenal sebagai produsen kakao yang besar. Namun, selama ini yang diekspor hanyalah bijih kakao dan kemudian diolah di luar negeri.

"Begitu jadi barang jadi, jadi cokelat, dijual ke supermarket kita. Nilai tambah yang dapat luar negeri, sementara bahan baku dari kita. Ini yang harus diubah. Dengan memberlakukan bea keluar tinggi untuk kakao, jadi mau enggak mau industri turunan kakao di dalam negeri jadi berkembang," pungkasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0592 seconds (0.1#10.140)