Emas Motif Batik Antam Diklaim Laris Manis
A
A
A
JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengklaim penjualan produk emas dengan motif batik yang dimiliki perseroan laku keras di masyarakat, meski harganya lebih mahal.
"Kita sudah jual emas dengan motif batik laku keras. Walaupun emasnya jual lebih mahal, terutama untuk pecinta batik," ujar Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman di Jakarta, Kamis (31/3/2016).
Tedy mengatakan, perusahaan masih akan menggenjot penjualan mineral mentah di dalam negeri karena pemerintah melarang ekspor bahan tambang yang belum dihilirisasi.
"Jadi, ekspansi usaha kami perkuat lini usaha yang sudah ada. Dengan harga rendah cari pendapatan paling cepat. Bagaimana datangkan uang dari komoditas kita jual, misalnya emas sudah ada 13 butik, yang baru, satu di Denpasar, satu di Yogyakarta," katanya.
Sementara, lanjut dia, perusahaan juga akan meluncurkan produk emas baru bernama Brankas (Berencana Aman Kelola Emas).
"Yang terdekat soal brankas untuk korporasi. Jadi misalkan kalau korporasi mau menabung emas di Brankas, itu bisa perorangan dan juga korporasi. Jadi satu korporasi bisa beli sesuai periode tertentu, misalnya tiap bulan dikelola sendiri atau bisa kita yang mengelolanya," jelas dia.
Sepanjang 2015, penjualan Antam tercatat Rp10,53 triliun, naik 11,79% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp9,42 triliun. Kendati demikian, beban pokok penjualan tercatat naik dari Rp8,62 triliun menjadi Rp10,33 triliun. Sehingga memangkas laba kotor perseroan dari Rp793,36 miliar menjadi Rp195,14 miliar.
Peningkatan penjualan tersebut karena naiknya penjualan emas. Komoditas ini menyumbang pendapatan Rp7,31 triliun atau 69% dari total penjualan bersih.
Selain emas, feronikel menjadi penyumbang terbesar kedua pendapatan perseroan. Meski industri pertambangan global mengalami volatilitas, komoditas ini menyumbang Rp2,74 triliun atau 26% dari total penjualan bersih.
"Kita sudah jual emas dengan motif batik laku keras. Walaupun emasnya jual lebih mahal, terutama untuk pecinta batik," ujar Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman di Jakarta, Kamis (31/3/2016).
Tedy mengatakan, perusahaan masih akan menggenjot penjualan mineral mentah di dalam negeri karena pemerintah melarang ekspor bahan tambang yang belum dihilirisasi.
"Jadi, ekspansi usaha kami perkuat lini usaha yang sudah ada. Dengan harga rendah cari pendapatan paling cepat. Bagaimana datangkan uang dari komoditas kita jual, misalnya emas sudah ada 13 butik, yang baru, satu di Denpasar, satu di Yogyakarta," katanya.
Sementara, lanjut dia, perusahaan juga akan meluncurkan produk emas baru bernama Brankas (Berencana Aman Kelola Emas).
"Yang terdekat soal brankas untuk korporasi. Jadi misalkan kalau korporasi mau menabung emas di Brankas, itu bisa perorangan dan juga korporasi. Jadi satu korporasi bisa beli sesuai periode tertentu, misalnya tiap bulan dikelola sendiri atau bisa kita yang mengelolanya," jelas dia.
Sepanjang 2015, penjualan Antam tercatat Rp10,53 triliun, naik 11,79% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp9,42 triliun. Kendati demikian, beban pokok penjualan tercatat naik dari Rp8,62 triliun menjadi Rp10,33 triliun. Sehingga memangkas laba kotor perseroan dari Rp793,36 miliar menjadi Rp195,14 miliar.
Peningkatan penjualan tersebut karena naiknya penjualan emas. Komoditas ini menyumbang pendapatan Rp7,31 triliun atau 69% dari total penjualan bersih.
Selain emas, feronikel menjadi penyumbang terbesar kedua pendapatan perseroan. Meski industri pertambangan global mengalami volatilitas, komoditas ini menyumbang Rp2,74 triliun atau 26% dari total penjualan bersih.
(izz)