Pembangunan Kereta Cepat Mulai Digeber Lagi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Millik Negara (BUMN) memastikan saat ini proyek kereta api cepat rute Jakarta-Bandung telah memulai proses konstruksi. Sebelumnya, pembangunan kereta cepat mandek lantaran PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) belum mengantongi izin pembangunan sarana dan prasarana perkeretaapian umum dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, saat ini proses konstruksi kereta cepat sudah dimulai, dengan modal yang telah disetor oleh China Development Bank dan dari konsorsium kereta cepat. Diharapkan, financial closing dapat dilakukan sebelum akhir April 2016.
"Jadi konstruksi sudah mulai, finalisasi dari financial closing itu kita harapkan sebelum akhir April. Dan pembiayaan (loan) memang 100% dari China Development Bank," katanya saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Sekadar mengingatkan, dalam proposal pembiayaan yang diajukan China untuk proyek prestisius ini beberapa waktu lalu, China Development Bank memberikan pinjaman lunak dengan rincian 60% dalam bentuk dolar Amerika Serikat (USD) dan 40% dalam renminbi. Bunga yang harus ditanggung adalah 2% dalam USD dan 3,5% dalam renminbi.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Pontas Tambunan menyebutkan, total dana yang dibutuhkan untuk membangun kereta cepat sebesar USD5,135 miliar.
Sebanyak 70% dana tersebut merupakan pinjaman dari CDB, sedangkan sisanya jadi tanggungan konsorsium BUMN untuk kereta cepat. "Yang dimaksud 100% itu untuk loannya seluruhnya dari CDB. 70:30 dan equity kita 30%," pungkasnya.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, saat ini proses konstruksi kereta cepat sudah dimulai, dengan modal yang telah disetor oleh China Development Bank dan dari konsorsium kereta cepat. Diharapkan, financial closing dapat dilakukan sebelum akhir April 2016.
"Jadi konstruksi sudah mulai, finalisasi dari financial closing itu kita harapkan sebelum akhir April. Dan pembiayaan (loan) memang 100% dari China Development Bank," katanya saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Sekadar mengingatkan, dalam proposal pembiayaan yang diajukan China untuk proyek prestisius ini beberapa waktu lalu, China Development Bank memberikan pinjaman lunak dengan rincian 60% dalam bentuk dolar Amerika Serikat (USD) dan 40% dalam renminbi. Bunga yang harus ditanggung adalah 2% dalam USD dan 3,5% dalam renminbi.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Pontas Tambunan menyebutkan, total dana yang dibutuhkan untuk membangun kereta cepat sebesar USD5,135 miliar.
Sebanyak 70% dana tersebut merupakan pinjaman dari CDB, sedangkan sisanya jadi tanggungan konsorsium BUMN untuk kereta cepat. "Yang dimaksud 100% itu untuk loannya seluruhnya dari CDB. 70:30 dan equity kita 30%," pungkasnya.
(izz)