Laba BNI Syariah Tumbuh 64,62%
A
A
A
JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BNI Syariah, Imam Teguh Saptono mengatakan, laba bersih BNI Syariah pada kuartal I 2016 mengalami peningkatan 64,62% menjadi Rp75,18 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan laba bersih ini disokong oleh ekspansi pembiayaan yang didukung dengan kualitas pembiayaan yang terjaga serta rasio dana murah yang lebih baik.
Diharapkan, hingga akhir tahun 2016 pertumbuhan laba bisa berada di angka sekitar Rp290 miliar.
"Pencapaian kinerja bisnis tersebut tetap memperhatikan kualitas pembiayaan dimana NPF (Non Performing Financing/tingkat pembiayaan bermasalah) sebesar 2,77%," ujarnya di Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Menurutnya, rasio NPF per akhir Maret 2016 sebesar 2,7% berada di bawah rata-rata NPF industri yaitu 5%. Namun, jika melihat data terakhir pertengahan April 2016 ini, NPF BNI Syariah sudah kembali turun di angka 2,5%-2,6%.
Seiring dengan pertumbuhan pembiayaan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga meningkat sebesar 20,07% dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi Rp20,9 triliun.
Imam menyebut, dana pihak ketiga dikontribusikan oleh deposito sebesar Rp11,4 triliun. Kemudian dana bank sekitar Rp564 miliar, giro dan tabungan masing masing sebesar Rp1,7 triliun dan Rp7,6 triliun.
(Baca: Pembiayaan BNI Syariah Capai Rp18 Triliun Sepanjang Kuartal I)
Perseroan juga mencatatkan peningkatan efisiensi dengan melonggarnya rasio biaya operasional terhadap pendapatan (cost to income ratio) menjadi 61% pada kuartal I 2016 dari 71% periode sama di 2015. BNI Syariah juga berhasil menghimpun aset sebesar Rp24,6 triliun dari bulan yang sama tahun 2015 sebesar Rp20,5 triliun.
Lebih lanjut dia menuturkan, efisiensi perusahaan juga tetap dijaga dengan mengendalikan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang kini berada di 85,3% dari 89,8%.
"Untuk tahun ini kami tahan dulu untuk mendirikan kantor cabang. Kami ingin optimalkan kantor cabang yang ada. Ini salah satu cara kami agar menjaga BOPO," tukas dia.
Pertumbuhan laba bersih ini disokong oleh ekspansi pembiayaan yang didukung dengan kualitas pembiayaan yang terjaga serta rasio dana murah yang lebih baik.
Diharapkan, hingga akhir tahun 2016 pertumbuhan laba bisa berada di angka sekitar Rp290 miliar.
"Pencapaian kinerja bisnis tersebut tetap memperhatikan kualitas pembiayaan dimana NPF (Non Performing Financing/tingkat pembiayaan bermasalah) sebesar 2,77%," ujarnya di Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Menurutnya, rasio NPF per akhir Maret 2016 sebesar 2,7% berada di bawah rata-rata NPF industri yaitu 5%. Namun, jika melihat data terakhir pertengahan April 2016 ini, NPF BNI Syariah sudah kembali turun di angka 2,5%-2,6%.
Seiring dengan pertumbuhan pembiayaan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga meningkat sebesar 20,07% dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi Rp20,9 triliun.
Imam menyebut, dana pihak ketiga dikontribusikan oleh deposito sebesar Rp11,4 triliun. Kemudian dana bank sekitar Rp564 miliar, giro dan tabungan masing masing sebesar Rp1,7 triliun dan Rp7,6 triliun.
(Baca: Pembiayaan BNI Syariah Capai Rp18 Triliun Sepanjang Kuartal I)
Perseroan juga mencatatkan peningkatan efisiensi dengan melonggarnya rasio biaya operasional terhadap pendapatan (cost to income ratio) menjadi 61% pada kuartal I 2016 dari 71% periode sama di 2015. BNI Syariah juga berhasil menghimpun aset sebesar Rp24,6 triliun dari bulan yang sama tahun 2015 sebesar Rp20,5 triliun.
Lebih lanjut dia menuturkan, efisiensi perusahaan juga tetap dijaga dengan mengendalikan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang kini berada di 85,3% dari 89,8%.
"Untuk tahun ini kami tahan dulu untuk mendirikan kantor cabang. Kami ingin optimalkan kantor cabang yang ada. Ini salah satu cara kami agar menjaga BOPO," tukas dia.
(ven)